Kamis, 27 Oktober 2011

Refleksi Sumpah Pemuda. Persatuan Bangsa dan Kesejahteraan Umum

Dalam refleksi peringatan Sumpah Pemuda tahun lalu di blog ini, saya tulis bahwa kaum muda yang menjadi harapan bangsa bisa berkarya di tiga pilar keadaban publik sesuai minatnya masing-masing. Tiga pilar itu adalah negara, society, dan pasar (bisnis).

Kaum muda dikenal semangat dan keterbukaannya. Kaum muda generasi 28 yang mencetuskan Sumpah Pemuda telah memenuhi panggilan sejarah dan memenuhi harapan bangsa untuk bebas dari belenggu penjajahan. Mereka generasi cerdas dan terpelajar yang memiliki visi di tengah sebagian bangsanya yang terbelenggu kemiskinan dan kebodohan.

Kini kita kaum muda juga dihadapkan pada kemiskinan dan kebodohan sebagian anak bangsa. Sementara itu sebagian pejabat pemerintah dan elite politik telah kehilangan roh proklamasi. Mereka menjajah bangsanya sendiri dengan sikapnya yang anti demokrasi ekonomi dan sikap buruk lainnya seperti mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok, terlalu banyak trik dan rekayasa untuk meraih kedudukan serta bersikap tamak. Kondisi seperti itu membuat kita terpanggil untuk memperbaikinya.

Teori ekonomi makro biososioekonomi membawa paradigma baru ekonomi publik kerakyatan yang sesungguhnya harus kita wujudkan. Saya memaparkan teori tersebut di blog ini agar semua orang, terutama kaum muda, bisa berperan mewujudkan kesejahteraan publik. Sebagai teori ilmiah biososioekonomi terbuka terhadap kritik, silakan dikritik atau dikoreksi bila keliru. Namun kalau teori itu benar maka kita terpanggil untuk mengimplementasikan dan menyebarluaskan sesuai kapasitas dan jabatan kita masing-masing di mana kita berkarya di ranah state, society, atau bisnis sebagaimana saya jelaskan dalam refleksi tahun lalu.

Persatuan bangsa dan kesejahteraan umum harus menjadi perhatian kita bersama. Saya gembira dan bahagia ketika menyaksikan kaum muda atau siapa saja yang setelah belajar di blog ini menjadi negarawan yang baik, anggota masyarakat yang baik, menjadi lebih cerdas dan jujur, dan menjadi lebih berkomitmen dalam mewujudkan kesejahteraan publik dan persatuan bangsa. Sebagaimana sering saya jelaskan di blog ini dan dalam kesempatan lain, saya berpantang menduduki jabatan struktural publik seperti jabatan presiden, gubernur atau jabatan semacamnya. Suatu pekerjaan yang tidak menjadi pantangan bagi saya adalah pekerjaan non struktural seperti menulis dan mengajar teori ekonomi makro biososioekonomi tingkat dasar. Maka harapan saya adalah agar mereka yang telah tuntas belajar di blog ini bisa menjadi lebih baik dalam ikut mewujudkan kesejahteraan publik entah sebagai pejabat pemerintah atau berkarya di tempat lain.

Semoga kita semua bisa ikut menjaga persatuan bangsa dan mewujudkan kesejahteraan publik yang menjadi dambaan rakyat. Salam Indonesia. Merdeka!

Kamis, 20 Oktober 2011

Memperingatkan Sebagai Hamba Sembari Bekerja Sebagai Penggarap

Tak terasa sudah tiga tahun usia blog ini, sebuah blog yang memperjuangkan demokrasi ekonomi dan kesejahteraan publik dengan biososioekonomi yang merupakan ekonomi publik kerakyatan. Setahun yang lalu saya menulis di blog ini bagaimana blog ini membangun paradigma ekonomi publik kerakyatan. Membangun paradigma baru memang tidak bisa semalam jadi, oleh karena itu sampai saat ini saya masih hadir menulis di blog ini, dan perlu diketahui bahwa semua artikel yang diposting di sini adalah karya saya pribadi (Hani Putranto). 

Pernah seorang rekan menanyakan mengapa saya yang aktivitas  sehari-harinya sebagai pebisnis peduli pada pengentasan kemiskinan. Melalui postingan hari ini saya akan mencoba menjawabnya. Waktu itu saya tidak menjawabnya karena jawaban itu akan panjang dan menyentuh pengalaman rohani saya. 

Bagi saya tidak aneh kalau seorang pebisnis peduli pada isu pengentasan kemiskinan. Seorang pebisnis adalah juga manusia yang tidak hanya homo economicus tapi juga homo socius. Sesuatu yang tidak mungkin menjadi bersifat sosial adalah perusahaan. Jadi pertama-tama mohon dibedakan antara pebisnis yang notabene adalah manusia dengan perusahaan. 

Karena menyangkut pengalaman rohani maka dalam penjelasan saya ini kadang diperlukan kutipan ayat Kitab Suci. Dari TUHAN dan Sabda-Nya saya memperoleh kekuatan dan keberanian untuk memperjuangkan kesejahteraan publik (dan pengentasan kemiskinan) yang sering mendapat rintangan dan hambatan dari kelompok kepentingan. Tentu seperti sering saya jelaskan di blog ini atau di blog saya yang berbahasa Inggris (http://public-prosperity.blogspot.com), kalau saya mengutip Alkitab itu berkaitan dengan kesejahteraan umum bukan berkaitan dengan ritual ke surga karena saya dipekerjakan hanya  di  suatu bidang yang bolehlah disebut divisi yaitu divisi kesejahteraan umum. Divisi lain adalah urusan pihak lain supaya tidak tumpang tindih.

Dalam pengalaman rohani saya, seorang pebisnis bukan sosok yang terasing dari karya dan rencana TUHAN karena dalam pengalaman saya tersebut TUHAN tidak hanya jalan ke surga tetapi juga jalan kesejahteraan umum di bumi. Mungkin pernah di dalam sejarah, seorang pebisnis terpinggirkan atau terpariakan dari rencana TUHAN dalam mewujudkan kesejahteraan umum di bumi, tetapi itu tidak berarti TUHAN sengaja membuang mereka. Bukan TUHAN yang membuang mereka.

Mula-mula saya kehilangan pekerjaan Februari 1993. Kemudian karena mendapat sentuhan dan jamahan yang luar biasa dari TUHAN sebagai Bapa maka saya berjanji kalau kaya raya akan mengembalikan kekayaan itu kepada TUHAN pemilik talenta bukan mewariskannya kepada anak cucu. Ternyata janji dan komitmen saya itu adalah awal dari tugas besar yang dipercayakan TUHAN kepada saya (bdk Matius 25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.). Tanggal 4 Juli 2002 ketika saya berhasil membaca nama saya R Hani Japar tersandi dalam mimpi seseorang, (bdk Wahyu 2:17 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya.") saya yakin bahwa saya dipilih TUHAN untuk memberi peringatan agar orang kaya mengembalikan kekayaan kepada TUHAN bukan mewariskannya kepada anak-cucu mereka.

Memberi peringatan dan menjelaskan teori ekonomi makro biososioekonomi sering membuat saya suntuk, apalagi jaman dulu sekitar tahun 2003 ketika belum marak media alternatif seperti blog, micro blog, dan jejaring sosial seperti fb. Berbagai macam penolakan, hambatan, dan penenggelaman sering saya alami. Dalam kondisi lelah seperti itu TUHAN memberi kekuatan agar saya melanjutkan peringatan yang saya sampaikan. Bagi saya tidaklah aneh ketika biososioekonomi dibuang atau ditolak sering terjadi sesuatu seperti gempa bumi (bdk Matius 21:42 Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.).

Perumpamaan dalam Matius 21:33-45  tentang kebun anggur dan para penggarap itu begitu hidup dalam arti begitu dekat dan nyata dalam realitas kehidupan dan pengalaman saya. Dalam pengalaman rohani saya yang dimaksud para penggarap kebun anggur tidak hanya rohaniwan/ti atau imam tetapi juga pebisnis. Memberi peringatan kepada pebisnis atau orang kaya agar mengembalikan kekayaan kepada TUHAN bukan mewariskannya adalah suatu pekerjaan seorang hamba dalam perumpamaan tersebut di atas, dan sering kali pekerjaan seperti itu selain penuh resiko juga peringatan yang kita tulis tidak dimuat alias dibuang atau ditenggelamkan. Penenggelaman atau pembuangan tulisan kita itu sering membuat suntuk dan lelah seolah-olah apa yang kita lakukan sia-sia. Namun dengan merangkap kerja sebagai penggarap baru maka segala kesuntukan dan kelelahan seperti itu terobati, itulah salah satu pengalaman nyata saya. Bagi saya, seorang pebisnis yang berkomitmen seperti saya juga adalah seorang penggarap di kebun anggur TUHAN.  Sebagai catatan perlu juga diketahui ada istilah pekerja di kebun anggur TUHAN. Mohon dibedakan antara pekerja dan penggarap.

Krisis ekonomi dan krisis kapitalisme yang melanda negara-negara barat menunjukkan bahwa mereka benar-benar tidak tahu atau terasing dengan sabda TUHAN yang mengatakan:"juallah segala milikmu." Teori ekonomi makro biososioekonomi berusaha memberi penjelasan ilmiah bagaimana sabda itu diimplementasikan. 

Kesejahteraan publik menuntut kita semua untuk berpartisipasi secara nyata dan damai non kekerasan, selanjutnya TUHAN yang akan menyempurnakan usaha kita. Baik seorang hamba yang memberi peringatan atau penggarap baru yang berkomitmen seperti saya, punya andil dalam mewujudkan kesejahteraan publik. Semoga TUHAN memberkati kita semua.

Kamis, 13 Oktober 2011

Maka Murkalah Raja Itu

Krisis ekonomi global bukanlah persoalan yang sepele yang akan pulih dengan sendirinya dengan pembiaran tanpa tindakan konkret yang tepat. Teori ekonomi makro biososioekonomi memberikan pengetahuan yang obyektif kondisi makro ekonomi sesuai dengan hukum alam mengenai keseimbangan (akuntansi) dan hukum alam mengenai kelangkaan (ekonomi).

Menurut teori ekonomi makro biososioekonomi, krisis didefinisikan sebagai ketidakmampuan sistem membayar satu atau beberapa kewajibannya (laba, bunga, gaji, jaminan sosial seperti pendidikan, kesehatan, food stamps, dan pensiun). Jatuhnya laba sudah sering terjadi dalam sejarah, demikian juga pengangguran. Adanya pengangguran mengindikasikan bahwa sistem ekonomi yang sedang berjalan tidak mampu membayar gaji. Adanya orang yang hidup di bawah batas kebutuhan hidup layak (khl) mengindikasikan bahwa sistem ekonomi yang sedang berjalan tidak mampu membayar laba. Demikian juga kalau bunga tabungan menjadi nol atau minus bila dikoreksi dengan inflasi, berarti sistem tidak mampu membayar bunga. Kejadian-kejadian seperti itu sudah sering terjadi dan masih terjadi sampai saat ini.

Selama rekening T publik menunjukkan bahwa liabilitas publik lebih tinggi dari asetnya atau aset individu lebih tinggi dari aset publik maka krisis tetap terjadi dan akan berlanjut. Sistem ekonomi akan mampu membayar semua kewajiban tersebut di atas bila aset publik sama dengan liabilitsanya. Sistem ekonomi kapitalistik dalam hal ini kapitalisme agregat tidak menjamin bahwa sistem itu mampu membayar semua kewajibannya di atas. Biososioekonomi sebagai ekonomi jalan tengah atau jalan ketiga menawarkan solusi mendasar atas krisis.

Kearifan lokal bangsa Indonesia meramalkan akan datangnya jaman keemasan, jaman yang penuh dengan keadilan dan kemakmuran. Menurut hemat saya jaman keemasan itu bisa diperumpamakan seperti pesta atau perjamuan perkawinan di mana semua orang diundang, bahagia, dan tidak kelaparan. Perumpamaan itu sudah ditulis dalam Kitab Suci (Mat 22:1-14). Namun seperti halnya yang ditulis dalam
Kitab Suci demikian juga realitas hidup kita bahwa pesta perjamuan nikah itu ada yang menghalangi. Biososioekonomi pun ada yang menghalangi, ada orang yang acuh tak acuh pura-pura tidak tahu, ada yang sibuk dengan pikiran atau paradigmanya sendiri. Bahkan ada yang berusaha menindas atau menenggelamkan biososioekonomi.

Kita semua dituntut untuk berpartisipasi dalam hajatan besar untuk semua penduduk bumi ini dengan cara-cara damai non kekerasan. Jangan berkecil hati bila ditolak atau dihalang-halangi sampai suatu saat Tuhan Raja Semesta Alam menurunkan tentara surga-Nya untuk membantu kita mewujudkan pesta atau jaman keemasan ini (bdk Mat 22:7 Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka).

Apa yang ingin disampaikan dalam postingan ini adalah kita semua diundang untuk berpartisipasi mewujudkan jaman keemasan ini melalui jalan damai non kekerasan. Tuhan sendiri yang akan menyempurnakan usaha kita. Dengan menyebarluaskan teori ekonomi makro biososioekonomi melalui sms, messenger, atau internet, Anda juga sudah ikut berpartisipasi. Tentu yang mampu berpartisipasi lebih dari itu juga dituntut lebih banyak. Semoga Tuhan meluputkan Anda dan keluarga Anda dari tulah dan hukuman TUHAN yang akan dijatuhkan ke bumi demi terwujudnya jaman keemasan.

Kamis, 06 Oktober 2011

Publik vs Pemilik Modal

Sering kita membaca tulisan di surat kabar konvensional baik berupa berita atau opini mengenai perekonomian makro tetapi sudut pandang yang diambilnya bukan kepentingan publik tetapi pemilik modal. Bagi kita yang memahami teori ekonomi makro biososioekonomi memang bisa mengenali sudut pandang yang diambilnya. Yang memprihatinkan kita tentu adalah bahwa tulisan-tulisan seperti itu tidak benar-benar membela kepentingan publik. Mungkin hal itu disengaja mungkin juga tidak karena ketidaktahuannya, tetapi yang jelas kepentingan publik tidak benar-benar ditegakkan atau diperjuangkan.

Negara Gagal
Ambil contoh misalnya istilah negara gagal, istilah ini sering dipakai. Menurut hemat saya istilah ini adalah istilah yang mengambil sudut pandang pemilik modal global. Seorang pemilik modal global atau manager investasinya akan berpikir ke mana mau menginvestasikan modalnya. Dia akan mempertimbangkan beberapa negara dan akan menilai apakah suatu negara termasuk kategori negara gagal atau tidak. Dia tidak akan menunggu pemerintahan baru untuk memperbaiki negara tersebut kalau kebutuhan untuk berinvestasinya adalah hari ini. Bagi kita yang peduli kepentingan publik dan tidak sedang memposisikan diri sebagai pemodal global lebih baik kalau menggunakan istilah pemerintahan gagal bukan negara gagal, karena kalau pemerintahan gagal bisa diganti sesuai konstitusi.

Peringkat Utang
Istilah ini juga sering dipakai. Menurut hemat saya istilah atau ukuran ini sering dipakai oleh pemilik modal global sebagai pedoman pembelian surat utang suatu negara. Seseorang yang bertanggung jawab pada perekonomian negara atau publik sebaiknya fokus pada upaya-upaya meningkatkan pendapatan publik melalui pajak, derma, dan daur ulang kekayaan pribadi.

Pertumbuhan Ekonomi
Demikian juga dengan istilah pertumbuhan ekonomi atau pertumbuhan PDB. Bagi pemodal global besarnya pertumbuhan PDB suatu negara menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk berinvestasi di negara tersebut. Pihak yang paling diuntungkan dengan besarnya pertumbuhan PDB adalah pemilik modal bukan rakyat kebanyakan. Kelemahan konsep PDB dan pertumbuhan PDB sudah saya ulas di blog ini. Penjumlahan pendapatan individual menjadi PDB tidak membuat PDB otomatis menjadi pendapatan publik. PDB tidak identik dengan pendapatan publik sementara ukuran yang berkaitan langsung dengan kesejahteraan publik atau makro adalah aset dan pendapatan publik.

Demikian beberapa istilah yang dipakai pemilik modal global sebagai bahan pertimbangan berinvestasi di suatu negara. Ekonomi berkaitan dengan kepentingan, jadi sebelum secara njlimet mengutip atau mengakomodasi teks book (yang sudah usang) sebaiknya seseorang secara jelas dan tegas menyatakan mewakili kepentingan siapa, publik atau pemilik modal? Pemasukan bagi publik adalah pengeluaran bagi pemilik modal. Jadi yang pertama-tama harus jelas adalah sudut pandang kepentingannya, publik atau pemilik modal.

Bagi yang baru pertama kali mengunjungi blog ini mungkin akan bertanya-tanya lantas apa yang harus dilakukan pemangku kepentingan publik. Yang harus dilakukan adalah meningkatkan pendapatan publik melalui derma, pajak, dan daur ulang kekayaan pribadi sesuai dengan ruang lingkup wewenangnya apakah di ranah state atau society agar aset publik sama dengan liabilitasnya.

Memang kepastian hukum diperlukan demikian juga infrastruktur dan keamanan yang baik. Namun hal ini bukan semata-mata untuk menarik investor. Kalau infrastruktur, keamanan, dan kepastian hukum baik rakyat juga akan menikmatinya.