Sabda di atas tertulis dalam Kitab Wahyu, kitab terakhir Perjanjian Baru. Di dalam postingan kali ini saya sekedar men-share-kan pengalaman rohani saya. Apa yang saya share ini bukan tafsir atas ayat tersebut tapi sekedar share perasaan dan pikiran menghadapi suatu peristiwa atau suatu pengalaman hidup yang nyata.
Puncak pengalaman rohani saya itu tepat terjadi 10 tahun lalu yaitu 4 Juli 2002. Pada saat itu saya berhasil membaca nama saya yang tersandi dalam nama RA Parjinah. Nama itu muncul dari mimpi penduduk Bantul tahun 1993 dan menjadi berita koran lokal tahun 1993. Namun demikian tak seorang pun berhasil menemukan saya sebagai R Hani Japar sampai akhirnya saya sendiri yang berhasil membaca nama saya tersandi dalam mimpi penduduk Bantul di atas. Maka sabda "...kecuali oleh yang menerimanya" dari Kitab Wahyu begitu dekat dengan pengalaman saya dan begitu menyentuh hati saya.
Selama bertahun-tahun saya merasakan sentuhan dan getaran kalau membaca sabda itu. Namun saya tetap bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan kata-kata "Barang siapa menang,..." Pertanyaan itu terus berkecamuk di dalam hati selama bertahun-tahun bergulat dalam kehidupan sehari-hari.
Sampai akhirnya krisis keuangan melanda Amerika Serikat dan krisis hutang melanda negara zona Euro. Ketika banyak orang, pejabat, atau lembaga menyerah pada pandangan neolib (laba adalah pengembalian yang sah atas modal). Ketika orang mengajarkan bahwa bederma cukup 3 atau 10% saja, saya dengan teori ekonomi makro biososioekonomi tetap bertekun dengan suatu pandangan bahwa laba berasal dari konsumen dan harus dikembalikan kepada konsumen (publik atau semua orang) sesuai prinsip biososioekonomi. Kalau laba yang dikembalikan hanya 3, 10, atau 50% maka segala perhitungan ekonomi tidak akan ketemu keseimbangannya. Aneka macam krisis ekonomi adalah karena adanya pandangan keliru mengenai laba itu bahwa bederma (termasuk membayar pajak) tidak perlu sampai 100%.
Ketika saya bertekun dengan prinsip saya (biososioekonomi) bahwa laba yang dikembalikan harus mendekati 100% maka bisa dikatakan bahwa saya menang, dalam artian saya tidak menyerah pada ajaran yang keliru. Tuhan sendiri menegaskan dalam ajaran-Nya (bdk Lukas 12:33 Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua,....)
Saya pribadi meyakini bahwa dengan segala pengalaman pribadi itu, TUHAN mengapresiasi segala komitmen, jerih payah, dan sikap saya yang sudah tekuni sebelum 2 Juli 2002 agar rakyat-Nya hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan.
Dari pengalaman rohani saya itu saya meyakini apa yang disebut sebagai Kingdom of Heaven (Kingdom of JHWH) dalam artian pemerintahan TUHAN tidak dipercayakan kepada orang-orang yang menyerah kalah pada ajaran keliru bahwa bederma (termasuk bayar pajak) tidak perlu sampai 100%. Saya pribadi meyakini bahwa saya dilibatkan dalam kerajaan-Nya khususnya di divisi kesejahteraan umum.
Semoga tulisan sederhana ini bisa menjadi bahan refleksi yang berguna. Bagi yang baru pertama berkunjung ke blog ini silakan baca dulu semua artikel kalau mau berkomentar. Banyak komentar tidak bermutu karena tidak membaca tulisan saya yang lain. Mengenai komentar, saya tetap pada kebijakan saya bahwa komentar pengunjung tidak mewakili opini saya. Saya tetap membiarkan komentar pengunjung yang bertentangan dengan sikap dan opini saya. Pengunjung dipersilakan menilai dan, memilah-milah sendiri komentar yang cerdas bermutu dan mana yang tidak bermutu.
Semoga TUHAN memberkati kita semua.
Beberapa Artikel Terkait
Harus Sampai Menjual Harta (2) http://www.satriopiningitasli.com/2012/05/harus-sampai-menjual-harta-2.html
Pemerintahan Tuhan http://www.satriopiningitasli.com/2010/08/pemerintahan-tuhan.html
Damarwulan, Lohgender, dan Realitas Hidup Kita http://www.satriopiningitasli.com/2010/06/damarwulan-lohgender-dan-realitas-hidup.html
Quo Vadis Teologi Pembebasan http://www.satriopiningitasli.com/2010/12/quo-vadis-teologi-pembebasan.html
Apakah Kejadian 2012 Siklus 1.000 tahunan? http://www.satriopiningitasli.com/2009/02/apakah-kejadian-2012-adalah-siklus-1000.html
Wahyu Keprabon http://www.satriopiningitasli.com/2008/10/wahyu-keprabon.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar