Selasa, 07 September 2010

Membongkar Penindasan, Menghentikan Mafia Berkeley

Penindasan sering berlindung di balik hal-hal yang tampaknya ilmiah tetapi sebenarnya tidak ilmiah. Celakanya justru penindasan seperti itu sulit dibongkar karena menjadi keseharian yang membutakan mata banyak orang.

Seperti sering saya kemukakan di blog ini bahwa menyadarkan orang akan adanya penindasan bukan berarti kita pro kekerasan. Revolusi memang belum selesai, revolusi damai tetap dimungkinkan. Pada saat yang sama kita memang harus setia dengan jalan damai. Dua butir terakhir ini saya kemukakan dalam postingan terdahulu yaitu postingan tertanggal 17 Agustus dan 24 Agustus ("Pemerintahan Tuhan"). Kedua postingan itu mestinya masih segar dalam ingatan kita.

Seorang ekonom, apalagi kalau gelarnya doktor seharusnya memahami dasar-dasar akuntansi. Kalau ia memahami dasar-dasar aktuntansi seharusnya menolak penggunaan PDB (produk domestik bruto) dan pertumbuhan PDB sebagai ukuran makro ekonomi. PDB adalah penjumlahan pendapatan individual tahunan di suatu negara. Secara ilmu aktuntasi penjumlahan pendapatan individual tidak berkorelasi langsung dengan aset publik, bahkan sebenarnya berkebalikan atau berkorelasi negtif. Penjumlahan pendapatan individual akan berkorelasi langsung dengan penjumlahan aset individual. Dalam pengelolaan bank sentral, deposito individu adalah liabilitas. Dalam hal deposito individu ini memang teori ekonomi makro lama sudah benar, sayangnya tidak konsisten dalam arti azas itu tidak diterapkan untuk aset individu lain yang berupa saham, properti, atau yang lain yang terakumulasi karena adanya pertumbuhan PDB. Teori ekonomi makro biososioekonomi lebih konsisten, hadir untuk mengoreksi teori ekonomi makro lama. Menurut teori ekonomi makro biososioekonomi semua milik individu apakah deposito, saham, properti atau yang lain adalah liabilitas bagi publik. Banyak persoalan terjadi karena liabilitas publik lebih tinggi dari asetnya. Idealnya liabilitas publik sama dengan asetnya.

Penjumlahan pendapatan individual tidak menggambarkan pendapatan publik. Yang menggambarkan pendapatan publik adalah pajak, derma, dan daur ulang kekayaan individu seperti dijelaskan oleh teori ekonomi makro biososioekonomi. Pendapatan publik ini akan menjadi aset publik kalau dikelola dengan baik sesuai kaidah teori ekonomi makro biososioekonomi. Kalau tidak dikelola dengan baik, akan jatuh menjadi aset individual yang berarti menjadi liabilitas publik.

Kalau dengan penjelasan seperti ini masih juga bertahan dengan kekeliruan itu (yaitu penggunaan PDB) lantas apa yang sebenarnya terjadi dengan para ekonom itu? Bodoh, kaku dengan formalitas akademik, acuh tak acuh, atau memang bekerja untuk pemilik modal sebagai bagian dari suatu jaringan yang oleh beberapa orang disebut Mafia Berkeley?

Semula saya berhati-hati menggunakan istilah Mafia Berkeley ini dan mengambil sikap positif thinking bahwa para ekonom yang dikategorikan Mafia Berkeley itu sekedar khilaf atau kaku dengan formalitas akademik. Namun setelah membaca tulisan Kwik Kian Gie yang diposting tanggal 21 Juni 2010 yang berjudul "Sri Mulyani Indrawati (SMI), Berkeley Mafia, Organisasi Tanpa Bentuk (OTB), IMF dan World Bank (WB)" di Koran Internet (www.koraninternet.com) saya mungkin perlu mengubah pandangan saya bahwa apa yang disebut Mafia Berkeley itu memang nyata. Dalam tulisan itu Kwik Kian Gie menulis: "Awalnya kelompok ini adalah para ekonom dari FE UI yang disekolahkan di Universitas Berkeley untuk meraih gelar Ph.D Tetapi lambat laun menjadi sebuah Organisasi Tanpa Bentuk (OTB) yang sangat kompak dan kokoh ideologinya. Ideologinya mentabukan campur tangan pemerintah dalam kehidupan ekonomi. Afiliasinya dengan kekuatan asing yang diwakili oleh Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan IMF, sehingga sangat sering memenangkan kehendak mereka yang merugikan bangsanya sendiri. Lambat laun para anggotanya meluas dari siapa saja yang sepaham. Banyak ekonom yang tidak pernah belajar di Universitas Berkeley, bahkan tidak pernah belajar di UI menjadi anggota. Mereka membentuk keturunan-keturunannya."

Masih menurut Kwik, anggotanya ditambah dengan para sarjana ilmu politik dari Ohio State University dengan Prof. Bill Lidle sebagai tokohnya. Juga diperkuat dengan orang-orang yang merasa dirinya pandai di Indonesia. Tulisan Kwik selanjutnya mengisahkan pengalamannya sebagai pejabat pemerintah sejak jaman Gus Dur berinteraksi dengan SMI atau orang lain yang termasuk OTB. Mengenai Bill Lidle atau Wiliam Lidle pernah saya tulis di blog ini pada saat menjelang pemungutan suara pilpres Juli 2009.

Yang membedakan saya dengan Kwik adalah bahwa saya konsisten dengan biososioekonomi, bahwa yang menjadi persoalan bukan hanya modal asing tetapi semua milik individu baik asing maupun domestik. Masyarakat Sidoarjo dirugikan oleh tindakan atau aktivitas pemilik Lapindo yang notabene adalah domestik. Tetapi modal milik negara asing pun bisa menjadi liabilitas bagi dalam negeri (sebagai catatan perlu diketahui bahwa kelemahan teori politik klasik telah saya bahas dalam buku saya Herucakra Society Jalan Ketiga Ekonomi Dunia).

Liabilitas publik yang tinggi itu terjadi karena pendapatan publik (pajak, derma, daur ulang kekayaan individu) rendah. Bapa bangsa seperti Bung Hatta sendiri sudah mengingatkan bahwa rakyat akan tetap terjajah kalau di samping demokrasi politik tidak ada demokrasi ekonomi. Dan saya selalu mengingatkan bahwa jangan katakan ada demokrasi ekonomi ketika anggota masyarakat masih memiliki kebiasaan mewariskan kekayaan berlimpah pada keturunannya sendiri.

Seperti saya kemukakan di awal postingan ini, penindasan atau penjajahan sering berlindung pada hal-hal yang kelihatnnya ilmiah tetapi tidak ilmiah. Tugas cendekiawan yang jujur adalah membongkar penindasan itu dan menghentikan sepak terjang Mafia Berkeley (OTB). Anda semua bisa berpartisipasi dan bahkan dituntut partisipasinya dengan menyebarluaskan (melalui sms atau internet)tulisan yang mencerahkan yang berupaya menghentikan sepak terjang OTB seperti tulisan Kwik atau tulisan saya. Patut dihargai tulisan Kwik yang memaparkan pengalamannya dalam berinteraksi dengan OTB/Mafia Berkeley. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada siapa saja yang telah mempublikasikan dan menyebarkan tulisan saya. Karena penindasan berlindung di balik apa yang kelihatan ilmiah atau apa yang kelihat profesional maka membongkarnya juga dimulai dari yang ilmiah.

Sebagai teori ilmiah, teori ekonomi makro biososioekonomi, terbuka terhadap kritik dan perbaikan Kalau biososioekonomi salah tunjukkan salahnya, kalau benar harus diterima. Para penolak teori ekonomi makro biososioekonomi boleh jadi adalah anggota OTB/Mafia Berkeley. Paling tidak ekonom yang menolak biososioekonomi adalah ekonom yang menjengkelkan tidak pro rakyat. Sepak terjang OTB/Mafia Berkeley harus dihentikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar