Minggu, 29 Juni 2014

Demokrasi dan Kepentingan Publik Dalam Pilpres 2014



Di bulan Agustus 2013 seperti biasa di bulan kemerdekaan, saya memposting artikel di blog ini tentang refleksi kemerdekaan. Di tahun 2013 itu saya menulis artikel yang berjudul: " Kepentingan Publik. Refleksi HUT RI Ke-68" (http://www.satriopiningitasli.blogspot.com/2013/08/kepentingan-publik-refleksi-hut-ri-ke-68.html?m=1)

Dalam artikel tersebut saya menulis:
"Kalau mengurusi partai bisa menghasilkan banyak eksekutif bagus seperti Joko Widodo atau Basuki Tjahaja Purnama (atau yang lain yang tidak saya sebut karena keterbatasan pengetahuan saya) mengapa harus maju menjadi calon presiden? Indonesia memerlukan lebih banyak orang-orang seperti Jokowi dan Ahok atau yang lebih baik dari mereka untuk menjadi pejabat publik di berbagai level entah gubernur, wali kota dll. Orang-orang yang mau bekerja nyata untuk kepentingan publik seperti itulah yang kita butuhkan." Seperti kita ketahui akhirnya Megawati Soekarnoputri mencalonkan Ir. Joko Widodo sebagai calon presiden setelah mempertimbangkan aspirasi rakyat banyak. Mencalonkan kader terbaik merupakan hal baru dalam demokrasi di Indonesia setelah sistem pemilihan presiden langsung diberlakukan. Bukan saatnya ketua umum partai atau ketua dewan pembina harus mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi capres. Bagi yang telah mencalonkan kader terbaiknya layak disebut negarawan/negarawati yang telah mengalahkan nafsunya sendiri. Kita harus mengapresiasinya. Namun tidak semua mengikuti jejak Megawati untuk menjadi negarawan.

Saya bersikap netral bila kader-kader terbaik menjadi capres di pilpres 2014. Misalnya yang menjadi capres-cawapres adalah Jokowi-Risma dan Ganjar-Ahok atau Jokowi-Ahok dan Ganjar-Nurdin Abdullah atau Ahok-Nurdin Abdullah dan Jokowi-Ganjar Pranowo maka dalam situasi seperti ini saya netral. Akan tetapi kalau kontestannya seperti yang sekarang terjadi, saya lebih cenderung kepada yang sudah terbukti bisa bekerja dalam lingkungan demokrasi dan terpilih kedua kalinya dalam sistem demokrasi serta tidak dikelilingi oleh orang-orang bermasalah. Demokrasi dan kepentingan publik harus diutamakan dan ditegakkan. Hal seperti itu ada pada pasangan nomor dua. Bukan berarti pasangan itu sempurna tanpa cacat. Di dalam sistem demokrasi kita harus tetap mengawasi dan mengoreksinya bila kelak terpilih tetapi melakukan kekeliruan. Sebaliknya kalau sistem demokrasi itu sendiri dibuang karena ambisi pribadi atau kelompok kita akan kesulitan melakukan koreksi. Tidak ada pasangan yang sempurna, untuk itulah koreksi dan kontrol oleh kedaulatan rakyat tetap diperlukan. Pasangan yang sudah terbukti bisa bekerja dalam lingkungan demokrasi lebih bisa memberi harapan.

Demikian juga penilaian saya bisa saja keliru. Untuk itu saya juga akan mengoreksi atau mengkritiknya bila pilihan saya menang. Sebenarnya pasangan mana pun yang menang tetap akan menghadapi tantangan dan masalah yang berat seperti kegagalan sistem kapitalisme yang bisa menyengsarakan rakyat dan menyebabkan turbulensi keuangan. Tetapi dalam sistem demokrasi dan open society, kritik terhadap sistem kapitalisme dan usulan atas penggantinya bisa dipublikasikan dan didiskusikan. Sementara dalam sistem otoriter-fasis tidak akan ada kebebasan menyatakan pendapat.

Semoga damai sejahtera menaungi rakyat dan bangsa Indonesia. Semoga kita dijauhkan dari kolonialisme sebagaimana yang saya harapkan bahwa pasca 2012 adalah pasca kolonial, suatu masa tanpa penindasan. Semoga Tuhan memberkati kita semua.


Artikel Terkait

Pancasila dan krisis ekonomi
http://www.satriopiningitasli.blogspot.com/2012/06/pancasila-dan-krisis-ekonomi.html?m=1

Refleksi Peringatan Sumpah Pemuda
http://www.satriopiningitasli.blogspot.com/2012/10/kaum-muda-pembaharuan-dan-persatuan.html?m=1

Pasca 2012 Pasca Kolonial
http://www.satriopiningitasli.blogspot.com/2013/01/pasca-2012-pasca-kolonial.html?m=1


Refleksi HUT RI Ke-68
http://www.satriopiningitasli.blogspot.com/2013/08/kepentingan-publik-refleksi-hut-ri-ke-68.html?m=1

Tiga Alasan Mengapa Biososioekonomi adalah Ekonomi Jalan Ketiga
http://www.satriopiningitasli.blogspot.com/2010/11/tiga-alasan-mengapa-biososioekonomi.html

Kelemahan Mendasar Perekonomian Kita
http://satriopiningitasli.blogspot.com/2012/12/kelemahan-mendasar-perekonomian-kita.html?m=1

Perekonomian 2014
http://satriopiningitasli.blogspot.com/2013/12/perekonomian-2014-negara-dan-beban.html?m=1

http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/29/269588944/Ikrar-Prabowo-Buka-Jalan-ke-Pemerintahan-Diktator