Jumat, 27 Februari 2009

Apakah Kejadian 2012 adalah Siklus 1.000 Tahunan?

Bangsa Maya meramalkan akan adanya kejadian besar pada 21/12/2012, untuk pertama kalinya dalam 26.000 tahun energi yang mengalir ke bumi dari titik pusat Bimasakti akan sangat terganggu tepatnya pukul 11:11 malam, demikian ditulis Maria Hartiningsih dalam tulisan yang berjudul "2012" di harian Kompas 22 Februari 2009 hlm 18. Ramalan ini telah menghebohkan banyak orang. Tidak sedikit yang mempercayai ramalan bangsa Maya ini. Saya tidak mengatakan bahwa pada tanggal dan jam tersebut tidak akan terjadi apa-apa. Tetapi juga tidak mengatakan bahwa pada tanggal dan jam tersebut pasti terjadi apa-apa.

Setiap bangsa memiliki kearifannya tersendiri yang kadang-kadang sangat mengagumkan. Sayang kearifan itu sering tenggelam oleh berbagai institusi. Saya setuju dengan pernyataaan Jose Arguelles, PhD ahli kalender Maya dan pakar sejarah seni dan estetika dari Universitas Chicago sebagaimana dikutip oleh Maria Hartiningsih:"Pikiran manusia secara massal dikontrol dan dimanipulasi pemerintah dan institusi-institusi yang menjadi faktor kunci kehidupan modern."

Bahwa akan terjadi sesuatu yang dahsyat memang banyak yang mempercayainya. Sebagian mengatakan bahwa hal itu adalah kiamat(besar). Sebagian lain mengatakan bahwa hal itu bukan kiamat tetapi suatu awal jaman baru, jaman keemasan, dimana orang ynag bisa lolos memasuki jaman itu akan hidup dalam damai sejahtera dan tercerahkan. Akan halnya hari yang dahsyat memang telah diprediksi bangsa-bangsa lain bukan hanya bangsa Maya. Uniknya memang bangsa Maya berani memprediksi tanggalnya.

Pengalaman saya yang kemudian saya cross check dengan berbagai teks kuno memang mengatakan akan adanya kejadian yang dahsyat. Kejadian-kejadian besar_tidak harus bencana atau hukuman Tuhan_sering terjadi pada selang waktu 1.000 tahun. Apakah prediksi bangsa Maya ini merupakan bagian dari kejadian besar setiap 1.000 tahun?

Tiga ribu tahun yang lalu muncul Raja Daud yang berasal dari kalangan rakyat biasa, bukan anak raja. Raja Daud menggantikan Raja Saul yang ditolak Tuhan atau menurut istilahnya orang Jawa"koncatan wahyu keprabon." Menurut hemat saya raja Saul koncatan wahyu keprabon karena melakukan kesalahan yaitu merangkap pekerjaan sebagai imam (bdk kitab 1 Samuel 13:8-14). Dalam keyakinan orang Yahudi, Roh Tuhan bisa dekat dengan seseorang (raja) tetapi tidak berarti bahwa seorang raja bisa merangkap pekerjaan sebagai imam (pemimpin pengudusan).

Sebagai catatan perlu saya kemukakan bahwa sebelum kita mengenal istilah trias politica, dalam masyarakat Yahudi kuno sudah ada pembagian tugas. Pada jaman kerajaan itu urapan raja dan urapan nabi selalu dipisah tidak terjadi pada satu orang (misalnya seperti disebut dalam kitab 1 Raja-raja 19:15-16). Selain itu seorang nabi atau imam tidak inferior di hadapan raja. Inilah kearifan Yahudi kuno pada jaman Raja Daud. Karena pengaruh pergaulan dengan bangsa-bangsa lain maka di belakang hari seorang raja menjadi superior (bdk 1 Raj 22:8-9 dan 26-27).

Pada masa kemudian ada suatu anggapan, yang mungkin tidak dikatakan secara terus terang, bahwa umat manusia yang masih berziarah di bumi harus dipimpin oleh satu orang entah paus atau raja yang bertindak sebagai imam, nabi, dan raja sekaligus. Hal ini mencederai kearifan Yahudi kuno. Gambaran mengenai Tuhan yang indah dicatat oleh kitab Zakaria suatu kitab dalam kelampok Perjanjian Lama yaitu Zakaria 4:14 dimana Tuhan berada pada posisi sentral didampingi oleh dua orang yang diurapi. Menurut hemat saya Pribadi yang bisa berperan sebagai nabi, imam, dan raja sekaligus adalah Tuhan sendiri atau inkarnasi-Nya (yaitu Yesus Kristus menurut iman Kristiani).

Kembali pada kisah Raja Daud. Raja daud adalah sebuah fenomena. Menurut hemat saya Mazmur Daud masih terdengar gema dan wibawanya sampai hari ini bukan karena Mazmur tersebut sering didaraskan dalam liturgi gereja tetapi relevansinya dalam hidup sosial kemasyarakatan non ritual.

Salah satu Mazmur yang relevan itu adalah Mazmur 118:19-26 yaitu:
"Bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap syukur kepada TUHAN. Inilah pintu gerbang TUHAN, orang-orang benar akan masuk ke dalamnya. Aku bersyukur kepada-Mu sebab engkau telah menjawab aku dan menjadi keselamatanku. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN suatu perbuatan ajaib di mata kita. Inilah hari yang dijadikan TUHAN marilah kita bersorak-sorak dan bersuka cita karenanya! Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN."

Demikian pula 1.000 tahun setelah Raja Daud, ada peristiwa besar yaitu munculnya Yesus Kristus dari Nazareth yang oleh umat Kristiani diyakini sebagai (satu-satunya) inkarnasi Tuhan. Salah satu fenomena pada Yesus Kristus adalah perumpamaan-Nya yang menyinggung orang-orang Farisi (Yahudi). Perumpamaan yang mengandung kutukan itu intinya adalah bahwa jaman keemasan akan diambil dari mereka dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang menghasilkan buah (Mat 21:42-44).

Kini kita hidup 2.000 tahun sesudah Masehi. Leluhur orang Jawa ratusan tahun lalu sudah meramalkan adanya peristiwa besar di jaman ini. Salah satunya adalah apa yang kemudian dikenal dengan sebutan "Sabdopalon nagih janji." Dalam Babad Kediri (diciptakan 1832 M Ketika Kediri tidak lagi di bawah Surakarta) itu dikatakan bahwa kelak akan muncul orang Jawa yang mempunyai nama baru, tidak memakai keris, bersenjatakan pengetahuan, dan akan berperan dalam memakmurkan tanah Jawa, orang Jawa yang tidak baik akan dibuang (bdk Bambang Noorsena, Menyongsong Sang Ratu Adil, hlm 63 dan 326). Menurut hemat saya ramalan mengenai apa yang dikenal dengan satrio piningit itu berasal dari Babad Kediri ini. Ini agak berbeda dengan ramalan mengenai Ratu Adil yang ditulis oleh kitab-kitab lain.

Sayangnya peradaban Jawa madya tidak memiliki kamus atau sensitivitas untuk membedakan antara raja non inkarnasi dengan raja inkarnasi yang ilahi. Berbeda dengan peradaban Jawa kuno yang jelas membedakan mereka dan menempatkan raja non inkarnasi lebih inferior dibandingkan pendeta. Raja Kertajaya (1190-1205) ditolak permintaaannya oleh para pendeta, karena tidak ada tradisi pendeta menyembah raja. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain yang menempatkan semua raja adalah inkarnasi yang ilahi, dalam masyarakat Jawa seorang raja tidak harus merupakan inkarnasi yang ilahi. Masyarakat yang terpengaruh oleh budaya Jawa Madya menyamaratakan antara Ratu Adil dengan satrio piningit padahal keduanya berbeda.

Yang menarik dari Babad Kediri ini adalah (1)munculnya orang Jawa yang mempunyai nama baru (2)tidak memakai keris, bersenjatakan pengetahuan (3)berani duduk sejajar dengan raja (4)orang Jawa yang tidak baik akan dibuang. Pengalaman saya mengatakan bahwa ramalan dari Babad Kediri ini tidak hanya akurat tetapi juga bersinggungan dengan teks kuno lain yaitu Alkitab.

Munculnya seseorang yang memiliki nama baru, misalnya, mirip dengan teks dalam kitab Wahyu (Kitab Perjanjian Baru) yaitu Why 2:17:"Barang siapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapa pun, selain oleh yang menerimanya." Dari pengalaman saya, kita tahu bahwa teks-teks ini akurat yaitu ketika tanggal 4 Juli 2002 saya membaca nama saya tersandi dan hanya saya sendiri yang dapat membacanya sebagai R Hani Japar.

Orang yang akan mucul itu juga tidak hanya memiliki nama baru tetapi juga tidak menggunakan kekerasan atau tidak memakai keris. Hal ini sesuai Yesaya 2:4:"...maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas,...dan mereka tidak akan lagi belajar perang."

Sementara mengenai pengetahuan, patut dicatat bahwa yang berkaitan dengan pengetahuan adalah kata mataram. Kerajaan Mataram adalah suatu kerajaaan yang lebih tua dari Kadiri. Nama Mataram (dan Medang) tenggelam setelah terjadi Pralaya seribu tahun lalu, tahun 1016M, pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa Tguh. Memang di kemudian hari Senopati mengklaim sebagai Raja Mataram tetapi saya yakin bahwa Senopati sendiri tidak memahami makna mataram yang menurut saya adalah pengetahuan yang bermanfaat bagi rakyat banyak (bdk Bayang-bayang Ratu Adil, Sindhunata hlm 359). Fakta sejarah kemudian mencatat bahwa setelah Senopati (yang bukan orang Mataram) berkuasa di bumi Mataram, penjajah Belanda datang ke tanah Jawa.

Dalam ramalan Sabdopalon dari Babad Kediri itu dikatakaan bahwa orang Jawa yang tidak baik akan dibuang, ini mirip dengan Mazmur yang mengatakan:"Menjauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan, sebab TUHAN telah mendengar tangisku." (Mzm 6:9) atau juga yang dikatakan Yesus Kristus (Mat 7:23).

Prediksi akan datangnya hari yang dahsyat tidak hanya monopoli bangsa Maya. Orang Yahudi dan orang Jawa telah mengingatkannya, meskipun tidak menyebut hati H tertentu karena memang tidak perlu tahu kapan hari dan saatnya. Memang sebagaimana ada orang yang under estimate terhadap Yesus Kristus ada juga yang under estimate terhadap orang Jawa. Kita tidak tahu pasti dari mana asal-usul kata jawa dan sejak kapan dipakai. Tetapi kalau kita menulis huruf-huruf J,A,W,A dalam urutan tersebut dengan memakai aksara hanacaraka maka akan terbaca sebagai JHWH yaitu suatu tetragram Yahudi yang berkaitan tentang Tuhan atau nama Tuhan. Mengenai nama Tuhan, ada suatu teks dalam kitab Wahyu yang tak kalah menggetarkan yaitu Why 3:12 yaitu:"Barangsiapa menang, ia akan kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya kan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku yaitu Yerusalem baru, yang turun dari sorga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru." Banyak yang tidak tahu siapa sebenarnya di balik orang Jawa atau apakah orang Jawa adalah orang(umat) JHWH?

Mereka yang tersandung dan jatuh biasanya mereka yang under estimate terhadap orang lain. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru dan menumbuk hancur banyak bangsa. Pengalaman saya dalam memperjuangkan biososioekonomi memang mengatakan demikian. Ketika tulisan saya yang berisi biososiokeonomi dibuang (tidak dimuat) maka terjadi gempa bumi di sana-sini.

Sebagai teori ilmiah biososioekonomi terbuka terhadap kritik dan pebaikan. Tetapi janganlah kiranya menghambat akses publik dan implementasi biossoioekonomi.






Jumat, 20 Februari 2009

Tips Memulai Berwirausaha (Setelah Terkena PHK)

Biososioekonomi adalah teori ekonomi jalan ketiga atau jalan tengah antara kapitalisme dengan komunisme. Sebagai jalan tengah, biosoioekonomi tidak anti bisnis atau apriori terhadap laba. Namun karena biososioekonomi adalah teori ekonomi makro maka jarang membahas atau membicarakan bisnis dan kewirausahaan secara partikular (mikro). Kalau saya memposting tulisan ini karena alasan pribadi untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan yang saya dapatkan setelah menggeluti dunia wirausaha mulai dari 14 tahun lalu setelah saya jobless.

Saat ini, secara finansial, saya bukanlah wirausahawan yang sukses. Meskipun secara spiritual bisa dibilang sangat sukses. Mengingat banyaknya orang yang terkena PHK maka saya merasa perlu untuk membagikan tips memulai wirausaha ini. Langkah untuk memulai berwirausaha perlu Anda pertimbangkan saat ini, terlepas nantinya apakah Anda akan menjadi karyawan lagi atau tidak.

Untuk memulai berwirausaha beberapa tips berikut ini perlu Anda simak:

1. Siapkan Sikap dan Mental Kita
Profesi sebagai wirausahawan dan karyawan tentu sangat berbeda. Untuk itu Anda perlu memahami perbedaannya dan meyiapkan sikap dan mental Anda untuk memulai berwirausaha. Perbedaan yang menyolok antara wirausahawan dengan karyawan adalah pada fasilitas dan hasil. Untuk bekerja, seorang karyawan memperoleh fasilitas dari kantor seperti komputer, telepon, pulsa, meja kerja, alat transportasi dan sebagainya. Kemudian di akhir bulan akan menerima gaji. Sedangkan sebagai wirausahawan Anda harus menyiapkan sendiri kelengkapan kerjanya dan harus menghasilkan transaksi kalau mau menerima laba atau income. Pendapatan seorang wirausahawan mungkin akan diterima beberapa jam, hari, akhir bulan, atau beberapa bulan setelah memulai aktivitasnya, tergantung jenis usaha yang digeluti.

2. Mulai dari yang Anda Miliki
Tidak sedikit wirausahawan yang sukses mulai dari apa yang mereka miliki saat mereka memulai usaha. Mulai dari garasi sebagai tempat aktifitasnya bahkan mulai dari apa yang ada dalam diri sendiri. Untuk itu Anda perlu mengenal diri sendiri seperti bakat, pengalaman, ketrampilan, hobi, jejaring sosial (pertemanan), termasuk harta benda seperti tabungan, hp, PDA, alat transportasi, rumah, atau bahkan kampung halaman Anda yang mungkin memiliki pemandangan yang indah atau kekayaan budayanya. Saya memulai usaha memasarkan polis asuransi jiwa hanya bermodalkan tas dan pakaian kerja kantoran (termasuk sebuah dasi) yang waktu itu memang sudah saya miliki tanpa alat komunikasi bergerak seperti pager dan hp. Pada saat itu (Agustus 1994) ponsel belum memasyarakat seperti sekarang. Kenalan saya yang sekarang sukses sebagai agen properti memulai usaha broker properti (sekitar tahun 1998) tanpa memiliki hp, hanya pager. Padahal tahun 1998 sudah banyak orang memiliki hp termasuk saya.

Jangan meminjam uang dari siapapun untuk memulai usaha termasuk untuk investasi perlengkapan kerja (alat produksi) atau terlalu banyak stok barang dagangan dibandingkan kekayaan Anda.

3. Temukan Peluang atau Permintaan Pasar
Langkah berikutnya yang teramat penting adalah menemukan peluang atau permintaan pasar. seseorang membeli produk atau jasa kita karena kebutuhan dan keinginannya terpenuhi. Kegiatan menemukan peluang merupakan bagian yang terpenting dari kewirausahaan. Hal ini bisa dipelajari. Di dalam situasi krisis seperti ini peluang selalu ada. Setiap perubahan selalu memunculkan peluang baru. Dalam kondisi seperti ini biasaya konsumen baik rumah tangga atau perusahaan melakukan efisiensi. Kalau Anda bisa menyediakan produk atau jasa yang lebih murah, kemungkinan anda untuk sukses cukup besar. Produk itu tidak harus Anda buat sendiri. Anda bisa hanya menjual atau memasarkannya. Beberapa karyawan mungkin akan mengurangi anggaran makannya, misalnya dari Rp 5.000 ,- s/d Rp 8.000,- menjadi Rp 2.000,- s/d Rp 3.000,-. Ini adalah peluang yang bagus untuk produk arem-arem (lontong isi) yang bisa Anda buat sendiri.

Survey peluang usaha juga bisa Anda lakukan secara tidak langsung dengan memanfaatkan search engine Google di internet. Kalau Anda ingin membuat toko perlengkapan bayi on line, misalnya, Anda harus tahu siapa pesaingnya. Pesaing itu bisa kita selidiki dengan mengetikkan kata-kata toko perlengkapan bayi pada search engine Google. Berapa harga jual produk pesaing tersebut? Apakah Anda bisa menyediakan produk yang lebih murah dengan layanan yang baik? Atau kalau kampung halaman Anda memiliki potensi wisata yang bagus, coba selidiki dengan search engine apakah sudah ada yang mempromosikan atau meperkenalkan kepada calon konsumen?

Peluang usaha juga bisa diperoleh melalui limpahan order. Ini biasanya terjadi pada produk kerajinan tangan. Kalau Anda mempunyai teman atau saudara yang biasa bergerak pada bidang tersebut mungkin sedang mendapatkan order berlimpah sehingga tidak mungkin mengerjakannya sendiri. Kalau pekerjaan Anda baik dan dapat diandalkan, Anda bisa menangkap peluang tersebut.

Kalau sudah menemukan peluang yang bagus, maka pekerjaan menjual menjadi lebih mudah atau bahkan sangat mudah. Produk yang cepat terjual dengan sendirinya maka berarti produk itu benar-benar memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar.

4. Kerjakan dengan Senang Hati
Bisa jadi Anda menemukan peluang pasar yang bagus dan sesuai dengan kondisi Anda (apa yang Anda miliki) saat ini tetapi Anda kurang menyenangi pekerjaan tersebut. Dalam kondisi seperti ini kedewasaan dan kelenturan jiwa Anda untuk berubah sedang diuji. Tidak sedikit orang yang sukses di suatu bidang usaha, awalnya memasuki bidang tersebut agak terpaksa. Tetapi mereka kemudian mau berubah dan menekuninya dengan senang hati dan penuh penghayatan.

Hal ini lebih baik dari pada Anda mengerjakan apa yang menyenangkan hati Anda tetapi pasarnya sudah jenuh atau sangat kecil. Dalam kondisi jobless, apa yang bisa menghasilkan uang dengan segera sebaiknya dirioritaskan.

Juga kalau Anda menemukan peluang yang bagus tetapi tidak terjangkau oleh kondisi keuangan Anda karena membutuhkan modal besar. Peluang seperti itu sebaiknya dilupakan saja. Kalau Anda bisa menghasilkan uang dari aktivitas Anda, lama-lama Anda akan menyenangi pekerjaan yang awalnya terlihat kurang menyenangkan. Mereka yang sukses biasanya menekuni pekerjaannya dengan senang hati dan penuh penghayatan.

5. Hemat
Menjadi karyawan jelas berbeda dengan wirausahawan. Seorang karyawan biasanya pemasukan dan pengeluarannya sangat teratur dan mudah dipredikisi. Sementara untuk seorang wirausahawan tidak. Apalagi pada awal-awal memulai usahanya atau saat terjadi gejolak ekonomi. Untuk itu Anda harus melakukan penghematan. Selidikilah pengeluaran Anda, khususnya yang besar dan rutin. Dari situ Anda bisa mencoba untuk memangkasnya. Termasuk kalau Anda memiliki barang yang tidak produktif. Perhitungkanlah untuk menjualnya terutama apabila Anda menemukan peluang yang bagus yang layak ditekuni dan menuntut Anda untuk menjual barang-barang yang tidak produktif untuk menambah modal.

Anda harus berpegang pada asas manfaat dari pada kenikmatan dan kenyamanan. Pengeluaran yang tidak ada manfaatnya harus Anda hindari. kalau saat ini Anda kost di kamar ber AC, misalnya, pindahlah ke kamar yang non AC. Penghematan Rp 300.000,- s/d Rp 500.ooo,- per bulan sangat besar artinya. Demikian juga kalau Anda terbiasa minum es teh manis di warung, hematlah dengan minum air putih saja.

Demikian juga nanti kalau Anda sudah menghasilkan uang. Jangan membeli barang-barang yang tidak langsung menunjang bidang wirausaha Anda. Saya pernah bertahun-tahun tidak memiliki TV, karena TV tidak menunjang pekerjaan saya secara langsung.

6. Ulet
Seorang karyawan di akhir bulan pasti akan menerima gaji, baik atau buruk pekerjaannya. Bahkan di hadapan atasan, bisa membuat dalih atas kegagalannya. Bagi seorang wirausahawan, tidak ada gunanya membuat dalih. Yang diperlukan adalah mencari solusi atas hambatan dan tantangan yang ada di lapangan sampai berhasil menghasilkan transakasi.

Kolonel Sander berkali-kali ditolak sebelum berhasil dengan jaringan fast food Kentucky Fried Chicken-nya. Teh botol Sosro, awalnya juga mengalami penolakan. Penolakan adalah suatu tantangan. Di antara sekian yang menolak pasti ada yang menerima. Penolakan adalah bagian dari liku-liku kehidupan. Yang penting adalah keuletan untuk menghasilkan transaksi penjualan dan memperoleh laba atau komisi.

7. Konsisten (Ajeg)
Betapa jengkelnya hati kita kalau kita mau makan di suatu warung makan tetapi setelah sampai ternyata warung itu tutup. Apalagi kalau kita buru-buru. Kita kehilangan waktu untuk mencari warung makan lain. Warung makan yang tidak konsisten (tidak ajeg) jam bukanya, lama-lama akan ditinggalkan pembeli.

Konsistensi meningkatkan penghargaan diri kita di mata konsumen atau rekan bisnis. Di mata mereka kita adalah pelaku yang bisa diandalkan. Dengan konsistensi yang terjaga lama dan terus-menerus, kita akan menempati prioritas pertama untuk dibeli produknya atau diajak kerja sama.

8. Promosikan dan Komunikasikan
Dengan mempromosikan dan mengkomunikasikan produk dan diri kita maka kita akan semakin dikenal luas baik oleh konsumen lama atau calon konsumen. Untuk bisa memilih media promosi yang tepat dengan biaya yang rasional, kita harus mengenal konsumen kita. Dari mana atau melalui apa mereka mencari informasi akan kebutuhan dan keinginannya. Apakah dari mulut ke mulut (saudara, teman, tetangga), dari surat kabar, dari papan/spanduk yang kita pasang, dari internet atau media lain.

Beberapa orang mungkin sudah terbiasa dengan internet sehingga akan mencari barang kebutuhannya dengan menggunakan search engine di internet. Sedangkan beberapa orang lain tidak terbiasa tau malahan gaptek (gagap teknologi). Hal itu tidak berkorelasi dengan kekayaan seseorang. Sembilan atau delapan tahun yang lalu ketika saya memulai usaha agen properti sebagai marketing associate, tidak banyak orang-orang berduit yang melihat iklan properti melalui internet. Pada waktu itu internet hanya diakses mahasiswa, karyawan muda, atau sekretaris. Bahkan sampai saat ini, rumah yang berharga di atas Rp 3 milyar tidak banyak mendapat respon ketika diiklankan melalui internet oleh situs yang terkenal sekalipun.

Kalau produk yang anda iklankan adalah tempat wisata yang banyak dikunjungi orang asing, mungkin iklan melalui nternet bisa menarik banyak pengunjung. Banyak penyedia situs gratis seperti blogspot yang bisa dibuat dengan mengunjungi situs www.blogger.com Ada juga situs mobile yang bisa dibuat dengan mengunjungi www.mobisitegalore.com yang juga gratis. Kalau alamat blogspot situs Anda terlalu panjang, Anda bisa menggantinya dengan .co.cc (dot co dot cc) yang juga gratis (lihat buku Most Wanted Blogging Tips-reloaded-Karya Ridwan Sanjaya terbitan Elex Media Komputindo). Membuat situs dengan Blog atau Mobi Site Galore sangat mudah, semudah mengetik, tidak perlu menguasi HTML (suatu bahasa pemrograman). Mobi Site Galore bahkan bisa meng-upload foto langsung dari hp. Situs-situs tersebut bisa dipasangi iklan dan Anda pemilik situs akan mendapat uang dari iklan tersebut. Anda bisa mempelajarinya lebih lanjut melalui buku-buku yang banyak tersedia di toko buku.

Untuk berpromosi Anda perlu menggunakan media yang tepat dengan dukungan dana yang memadai sesuai kondisi Anda.

9. Perbaiki Diri
Sebagai seseorang yang hidup dari laba usaha atau komisi, memperbaiki diri terus menerus adalah keharusan untuk bisa survive. Bukan hanya pada masa pembelajaran, tetapi juga pada saat mapan dan saat situasi sekliling beubah. Kalau kita gagal, maka yang perlu dikoreksi adalah diri sendiri bukan orang lain atau lingkungan sekitar yang tidak bisa kita kendalikan.

Begitulah tips memulai usaha bagi mereka yang terkena PHK yang diringkaskan sbb:
  1. Siapkan Sikap dan Mental Kita
  2. Mulai dari Apa yang Kita Miliki
  3. Temukan Peluang atau Permintaan Pasar
  4. Kerjakan dengan Senang Hati
  5. Hemat
  6. Ulet
  7. Konsisten (Ajeg)
  8. Promosikan dan Komunikasikan
  9. Perbaiki Diri
Semoga bermanfaat dan Anda sukses menekuni bidang baru Anda.

Senin, 16 Februari 2009

Antara Ponari dan Rencana Cetak Uang

Hari ini saya membaca berita di harian Kompas cetak yang berjudul:"G-7 Desak Reformasi" di halaman 11. Dalam sub judul "Cetak Uang" dikatakan:"Mencetak uang merupakan langkah selanjutnya. Cetak uang berarti membuat surat utang lebih banyak lagi dan akan ditebus pada saat perekonomian membaik." Paradigma lama inilah yang dipakai G-7 (Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, dan AS) dalam mengatasi krisis ekonomi global dan kawasan.

Sementara itu beberapa waktu belakangan ini baik oleh media televisi atau cetak, kita disuguhi berita tabib cilik M Ponari yang menimbulkan pro kontra. Tulisan ini tidak akan menghakimi apakah peristiwa Ponari adalah takhayul atau bukan. Saya meninjaunya dari aspek publik-kemanusiaan. Secara pribadi saya ikut gembira apabila ada seseorang (dewasa atau kanak-kanak apapun etnis atau agamanya) yang diberi karunia penyembuhan. Menurut hemat saya yang menjadi masalah adalah: pertama, membludaknya pasien sehingga harus antri, bahkan ada yang meninggal dalam antrian sebelum diobati. Kedua, Ponari masih kanak-kanak sehingga waktu bermain dan belajarnya bisa terbengkalai. Ketiga, saya tidak tahu pasti apa efeknya bagi kanak-kanak kalau menghadapi pasien yang dalam kondisi menjelang ajal atau mempunyai penyakit menular. Banyak yang berobat ke Ponari adalah mereka yang tidak memiliki uang untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan secara modern. Maka solusi yang harus dikedepankan adalah pendekatan sosioekonomi agar mereka yang sakit mampu mendaptakan pengobatan dan perawatan modern sampai sembuh di satu sisi tanpa menghilangkan "rejeki" keluarga Ponari kalau memang praktek penyembuhannya terbukti.

Masalah ekonomi global atau kesehatan rakyat yang mencuat pada peristiwa Ponari sebenarnya memiliki solusi yang sama. Seorang ekonom dimanapun berada seharusnya memiliki akal sehat dan logika akutansi yang jernih meskipun tidak menguasai atau tidak mengetahui teori ekonomi makro rumusan saya, biososioekonomi. kalau lembaga publik seperti pemerintah atau bank sentral sudah mulai meningkat utangnya maka seharusnya seseorang yang memiliki akal sehat perlu bertanya apakah nisbah pajak dan nisbah kedermawanan yang selama ini ada sudah memadai persentasenya? Kalau akal sehat dimiliki memang akan bertemu dengan masalah kepentingan. Tetapi justru itulah bukankah mereka digaji tinggi untuk membela kepentingan publik?

Rakyat sudah susah, marilah kita mengutamakan kepentingan publik. Janganlah kiranya kita menindas lagi biososioekonomi. Mungkin suatu saat kelak mereka yang menindas biososioekonomi akan dicatat oleh sejarah sebagai orang yang kolonialis mirip Belanda yang menghambat Soekarno tampil di hadapan publik.

Selasa, 10 Februari 2009

Apakah Harga Emas Tidak Bisa Jatuh?

Hari ini saya membaca sebuah tulisan di harian Kompas (hlm 25). Saya tidak tahu apakah ini advetorial atau opini. Yang jelas tulisan tersebut di bawah semacam Rubrik atau kolom Info Investasi. Di situ dikatakan: Di tengah krisis, harga emas menjadi tinggi dan diperkirakan akan naik. Apakah harga emas akan selalu naik, tidak mungkin turun?

Hal yang perlu diwaspadai adalah mitos. Mitos tentang apa yang disebut sebagai hanya kertas (uang fiat dan saham) dilawankan dengan barang riil (properti dan emas). Mitos itu mengatakan bahwa uang dan saham bisa jatuh harganya karena dianggap bukan barang riil tetapi hanya kertas. Mitos ini jelas salah karena harga properti pernah jauh di Jepang sebagaimana ditulis oleh Richard Susilo dalam tulisan yang berjudul: "Takut Perekonomian Anjlok Masyarakat Jepang (masih) Kaya tetapi 'Pelit' "(Kompas 11Januari 2003). Harga properti melambung kemudian jatuh. Juga pernah terjadi di AS.

Tetapi bukankah emas tidak sama dengan properti? Lebih mudah dibagi dan dijual? Emas memang tidak sama dengan properti, tetapi harganya bisa jatuh karena overinvestment atau ditemukan tambang baru. Investasi berlebih atau overinvestment bisa menjatuhkan harga atau nilai apapun, apakah barang riil atau kertas. Suatu saat investor yang lebih awal pasti akan melepas atau menjual stok emasnya karena akan berinvestasi pada instrumen investasi lain atau akan melakukan profit taking. Pada saat itulah harganya jatuh. Kapan? Tidak mudah diprediksi, tetapi pasti suatu saat harganya jatuh.

Kalau tulisan ini salah tunjukkan letak salahnya dengan menulis komentar di tempat yang disediakan. Kalau benar mohon beritahukan pada orang lain. Saya menulis di blog ini dengan itikad baik dan kejujuran untuk mengatakan kebenaran. Semoga bermanfaat.

Minggu, 08 Februari 2009

Pisau Tumpul Paradigma Jadul

Di tengah pemberitaan media massa terhadap masalah ekonomi dan sosial, ada hal-hal mendasar yang perlu saya sampaikan dalam blog saya ini. Berbagai berita mengenai Forum Ekonomi Dunia di Davos, Forum Sosial Dunia di Belem, rencana Program "Beli Produk AS", koreksi prediksi pertumbuhan PDB oleh IMF, dan reaksi pemerintah atas prediksi IMF telah membuka mata kita mengenai persoalan ekonomi dan sosial. Termasuk bagaimana persoalan-persoalan itu dicoba untuk diatasi. Beberapa tanggapan juga disampaikan melalui media konvensional.

A Prasetyantoko misalnya menanggapi dengan tulisan yang berjudul "Risiko Stimulus Ekonomi" (Kompas, 06/02/2009 hlm 6). Pada hari yang sama harian Kompas juga menurunkan tulisan Sri Hartati Samhadi pada Rubrik Fokus yang mempertanyakan kedigdayaan stimulus fiskal. Sebelumnya niat AS untuk mencanangkan program "Beli Produk AS" juga mendapat kritik karena akan memicu perang dagang (Kompas, 05/02/2009 hlm 11). Dari berbagai peristiwa, reaksi, dan tanggapan atas stimulus tersebut saya masih menangkap dipakainya paradigma lama dalam menganalisis maupun menyelesaikan krisis ekonomi global. Belum ada niat untuk keluar dari paradigma lama. Meskipun pejabat otoritas moneter mengingatkan kemungkinan adanya "gempa kedua" tetapi tanda-tanda untuk keluar dari paradigma lama tidak signifikan baik dari pemerintah, pengamat, atau media konvensional.

Itu tercermin dari beberapa hal berikut. Pertama, masih dipakainya pertumbuhan GDP sebagai tujuan atau sebagai sesuatu yang harus dicapai untuk keluar dari krisis (Sri Hartati Samhadi Kompas 06/02/2009 hlm 33). Kedua, otoritas fiskal berbagai negara (termasuk Indonesia) tidak bisa menunjukkan suatu rencana tindakan dimana stimulus fiskal tidak memperbesar defisit. Ketiga, baik pengamat (A. Prasetyantoko, Kompas 06/02/2009 hlm 6) maupun pejabat publik (Bambang Prijambodo, Direktur Perencanaan Makro Bappenas) sebagaimana dikutip Sri Hartati Samhadi (Kompas 06/02/2009 hlm33) masih menganggap kunci perekonomian adalah kepercayaan. Keempat, kalimat A. Prasetyantoko (Kompas 06/02/2009 hlm 6) yang menyatakan:"Memang tidak pernah ada yang tahu pasti krisis macam apa yang akan terjadi. Bahwa krisis akan tetap terjadi, hampir semua mengamini. Namun mekanisme dan pemicunya apa, hal itu sulit diprediksi. Dan lagi, bila pemicu krisis bisa dideteksi, boleh jadi, krisis tak akan pernah terjadi. Justru, krisis selalu datang lewat pintu yang dianggap paling aman. Kemudian pada kalimat terakhir alinea berikutnya dikatakan:"Benar, sumber instabilitas adalah stabilitas itu sendiri."

Agar krisis ekonomi global bisa diatasi tuntas, tidak berdampak buruk pada Indonesia, serta tidak membebani atau mengorbankan rakyat banyak maka hal-hal berikut perlu saya sampaikan melalui blog saya ini. Pertama, pisau bedah yang dipakai untuk menganalisis masalah ekonomi sebenarnya sudah tumpul bahkan rapuh tidak bisa mendeteksi potensi krisis dan mengantisipasinya secara tepat. Kedua, paradigma lama yang sudah tidak relevan lagi dengan ekonomi publik kerakyatan seharusnya sudah ditinggalkan oleh siapa pun dan di mana pun berada.

Dalam berbagai kesempatan baik dipublikasikan secara luas maupun tidak, saya selalu memakai metode berpikir biososioekonomi untuk membedah dan menganalisis persoalan ekonomi. Secara deduktif-logis bisa dipertanggungjawabkan bahwa perangkat tersebut lebih tajam untuk mendeteksi potensi krisis dan mengantisipasinya bagi pejabat publik. Harian Suara Merdeka Semarang 9 Nopember 2004 mengutip makalah saya yang saya sampaikan dalam seminar bulanan ke-22 di PUSTEP-UGM 2 Nopember 2004. Berikut ini saya tampilkan kutipan Suara Merdeka "Meskipun indikator-indikator makro cukup bagus, tetapi bukan berarti kondisi ekonomi Indonesia menggembirakan. Berbagai tantangan dan masalah di masa depan tetap berat. Masalah yang dihadapi Indonesia adalah pengangguran, kemiskinan, daya beli rendah, jatuh tempo utang dan obligasi pemerintah yang harus segera dibayar, gejolak harga minyak dan biaya pendidikan mahal" (Suara Merdeka 9 Nopember 2009 "Masalah Ekonomi Tetap Berat"). Indikator makro cukup bagus itu tentu menurut paradigma lama sebagaimana saya nyatakan dalam makalah yang tidak dikutip Suara Merdeka.

Demikian juga yang saya sampaikan dalam lomba karya tulis pengentasan kemiskinan yang diselenggarakan oleh LP3ES tahun 2005. Dalam karya tulis itu saya katakan:"Kalau neraca ini (neraca herucakra society-pen) dipakai sebagai perangkat untuk menganalisis perekonomian masyarakat maka kelihatanlah saat ini karena individu-individu manusia tidak mendaur ulang kekayan individunya maka liabilitas masyarakat jauh lebih tinggi dari asetnya" Selama liabilitas publik (masyarakat dan pemerintah) lebih itnggi dari asetnya maka potensi krisis dan masalah itu selalu ada. Perangkat analisis biososioekonomi juga saya pakai dalam "Lomba Karya Tulis 2025" yang diselenggarakan Bank Indonesia tahun 2006.

Kunci perekonomian sebenarnya bukan kepercayan tetapi kepentingan. Kepentingan siapakah yang kita bela? Kepentingan individu atau publik-kerakyatan? Hanya biosoioekonomi rumusan saya yang benar-benar membela kepentingan publik-kerakyatan. Untuk kesejahteraan publik secara berkesinambungan dalam jangka panjang yang harmonis dengan alam.

Paradigma jadul (jaman dulu) harus segera ditinggalkan. Maka dalam blog ini saya mohon kepada semua pihak baik media konvensional, pejabat publik, cendekiawan, maupun komponen civil society yang lain untuk tidak lagi memakai paradigma lama yang tidak membela kehidupan rakyat kebanyakan.

Minggu, 01 Februari 2009

Satrio Piningit "Menyanyi": Kisah Sedih Saya

Inilah kisah sedih saya dua tahun lalu yang perlu diketahui publik. Waktu itu menjelang akhir tahun 2006 saya melihat pengumuman yang disampaikan Panitia Lomba "Karya Tulis 2025" yang diselenggarakan BI (Bank Indonesia). Dalam pengumuman yang ditayangkan situs resmi BI itu dberitahukan kepada peserta lomba bahwa pengumuman pemenang lomba ditunda samapai paling lambat akhir Januari 2007. Saya sebagai peserta lomba tentu agak kecewa.

Saya tidak tahu persis, apa sebenarnya yang terjadi antara BI dan Pemerintah. Rencana awalnya pengumuman pemenang lomba akan diberitahukan akhir Desember 2006 dan para pemenang akan diundang dalam sebuah government gathering di Bali akhir tahun itu juga. Kemudian saya mendengar kabar bahwa pidato akhir tahun Presiden SBY juga ditunda sampai akhir Januari 2007.

Tahun 2006 adalah tahun yang sangat berat bagi saya. Kenaikan harga BBM mulai akhir Oktober 2005 selain meningkatkan harga pangan juga biaya transportasi. Mobilitas saya menjadi terbatas. Satu-persatu rekan marketing di kantor saya keluar. Ini tentu melemahkan jejaring antar marketing sehingga kemungkinan closing (transaksi) juga menurun. Itu juga berarti pemasukan saya sebagai marketing associate dari kantor property agent juga berkurang. Penghematan biaya hidup terus saya lakukan. Sehari jatah makan saya maksimum hanya Rp10.000,- Pagi empat ribu, siang lima ribu, dan malam seribu rupiah saya belikan biscuit. Kondisi seperti itu terjadi selama berbulan-bulan.

Sudah lebih dari sepuluh tahun saya bekerja sebagai salesman yang hidup dari komisi. Mula-mula sebagai agen asuransi jiwa kemudian sebagai marketing asociate dari sebuah kantor property agent. Pekerjaan seperti itulah yang bisa menghidupi saya selama ini. Bisa mandiri, bisa kost di Jakarta dan bisa memiliki handphone. Saya termasuk agen asuransi jiwa di lingkungan kantor saya yang pertama memiliki hp. Sudah sejak tahun 1996 saya sudah mempunyai hp ketika belum banyak orang memilikinya. Tetapi kondisi tahun 2006 itu benar-benar berat bagi hidup saya. Amat sangat berat.

Penghasilan saya dari menulis tidak banyak. Total hanya Rp 2.000.000,- Sebanyak Rp1.000.000,- dari memberikan seminar di PUSTEP-UGM dan Rp 1.000.000,- dari hasil masuk babak final lomba karya tulis pengentasan kemiskinan yang dislenggarakan LP3ES dan Yayasan Damandiri. Tulisan saya mengenai biososioekonomi yang saya kirimkan ke koran tidak pernah dimuat. Ternyata meskipun saya telah menyeminarkan teori biososioekonomi ( 2 Nov 2004) tidak ada koran yang memuatnya. Padahal untuk membuat tulisan itu perlu waktu, tenaga, dan biaya. Biaya rental komputer, biaya membeli buku-buku dan sebagainya. Benar bahwa menghasilkan uang atau tidak, saya tetap menggeluti teori rumusan saya. Tetapi saya kan bukan pegawai yang memiliki penghasilan tetap. Justru kalau saya pegawai tidak mungkin bisa menghasilkan pemikiran yang revolusioner seperti itu.

Maka pengumuman pemenang lomba "Karya Tulis 2025" itu pun saya tunggu dengan harap-harap cemas. Tidak usah juara tiga, masuk nominasi pun sudah bisa menyelamatkan ekonomi saya yang sudah dalam kondisi parah. Tetapi saya juga menyiapkan alternatif lain kalau seandainya saya tidak masuk nominasi lomba itu.

Ternyata yang terburuk yang terjadi. Nama saya tidak tercantum sebagai peserta yang minimal masuk nominasi. Uang saya sudah hampir habis, saya tidak bisa kost di Jakarta. Ini yang terberat dalam hidup saya. Selama lebih dari sepuluh tahun saya hidup di Jakarta (kost di Cipete) sebagai salesman, tidak pernah hidup saya seberat akhir Januari 2007 itu.

Sebelumnya saya sudah menghubungi Pak Anton kenalan saya di Cipete untuk menjual TV saya. Saya kemukakan terus terang kesulitan saya. Ternyata beliau sangat baik dan dermawan yang mau membantu kesulitan saya. Karena Pak Anton hanya mau membantu tetapi tidak mau TV-nya maka TV itu saya berikan pada kenalan baik saya, Syamsul, seorang pegawai toko di Jl Cipete Raya.

Demikianlah setelah banjir besar menghantam Jakarta dan kantor BI awal Februari 2007 itu, saya berkemas-kemas meninggalkan tempat kost saya di Kramat Batu. Kepada Bu Totok, ibu kost saya, saya tidak terus terang bahwa saya kehabisan uang. Saya katakan kepadanya bahwa untuk sementara saya tidak bertugas di Jakarta.

Tumpukan kliping koran, buku-buku, dan berkas-berkas saya, yang telah saya kemas ke dalam karton bekas aqua, saya angkat satu persatu ke atas taksi yang membawa saya ke Bogor untuk menumpang di tempat adik perempuan saya, Ning. Kehidupasn saya setback lagi seperti seorang mahasiswa. Saya secara fisik terisolir dengan teman-teman muda saya di Jakarta. Agenda pribadi saya untuk mendekati salah seorang di antaranya pun berantakan....

Memang sejak Juli 2008 saya sudah bisa kost lagi di Jakarta. Bisa menulis di blog ini sehingga mulai banyak orang tahu apa itu teori biososioekonomi. Teori biososioekonomi itu ditemukan dan diperjuangkan bukan dari lembaga penelitian mewah seperti sebuah menara gading. Tetapi dari tengah masyarakat dengan cucuran keringat, tetesan air mata, dan menghadapi penindasan oleh paradigma neoliberalistik. Dimana teori yang neoliberalistik itu saat ini sudah terbukti gagal.