Minggu, 30 September 2012

Investasi

Dalam blog ini saya sangat jarang menulis artikel yang berkaitan dengan bisnis, investasi, atau kewiraswastaan. Demokrasi ekonomi dalam artian mengingatkan yang kaya untuk berbagi sesuai biososioekonomi merupakan tema yang paling banyak saya tulis. Namun bukan berarti biososioekonomi sendiri anti bisnis privat. Kalau saya jarang menulis artikel  mengenai investasi, kewiraswastaan, atau bisnis karena tema semacam itu sudah banyak ditulis orang. Peningkatan aset atau pendapatan orang miskin atau orang yang baru memasuki dunia kerja tidak boleh dihambat. Biososioekonomi tidak menekan rakyat kecil untuk berbagi atau membayar pajak. Bila biososioekonomi sudah berjalan mapan, sumber pendapatan rakyat kecil bukan hanya dari gaji atau laba usaha saja tetapi juga dari bunga tabungan yang cukup memadai jauh lebih baik dari bunga tabungan yang diberikan ekonomi konvensional, selain itu tentunya ada berbagai jaminan sosial seperti beasiswa dan kesehatan. Itu masih ditambah terjangkaunya harga rumah bagi semua orang. Namun ketika biososioekonomi belum diaplikasikan, banyak rakyat kecil harus berjuang lebih keras untuk mewujudkan kesejahteraan pribadinya. Investasi atau usaha rumah tangga sampingan sering dipakai untuk menambah pendapatan rumah tangga. Di Indonesia kini banyak tersedia instrumen investasi seperti reksadana, dana pensiun, obligasi korporasi,  saham, franchise, emas dan lain-lain dengan investasi awal lebih terjangkau. Ada satu hal yang saya anggap positif dengan adanya berbagai instrumen investasi di atas adalah hasil yang bisa diperoleh bagi pemodal kecil. Menurut pendapat saya pribadi adanya instrumen investasi seperti itu bisa membuat seseorang yang gajinya biasa-biasa (meski di atas UMP) tetapi kalau ia tekun berinvestasi secara cerdas bisa mengalahkan orang yang gajinya lebih tinggi tapi banyak utang dan bergaya hidup boros. Positifnya adalah kebanyakan orang tidak akan lagi pindah-pindah kerja atau mengejar jabatan struktural hanya untuk gaji lebih besar. Mungkin juga dengan investasi membuat kegilaan sebagian  orang Indonesia untuk berkuasa atau menduduki jabatan struktural di pemerintahan juga berkurang. Dengan berbagi harta kita juga bisa bermanfaat bagi sesama. Berinvestasi dan berbagi harta adalah dua hal yang akan menjadi bagian hidup kita sehari-hari baik ketika biososioekonomi sudah mapan diterapkan maupun ketika kita berada pada lingkungan ekonomi konvensional. Tidak semua orang bisa menjadi manager, direktur, gubernur, menteri, atau presiden. Tetapi banyak orang bisa berinvestasi. Itulah sisi positif investasi. Dengan berinvestasi kita justru mempekerjakan uang bukan mengejar uang. Investasi membuat uang bekerja untuk kita. Banyak panduan investasi bagi pemula yang harus kita pelajari.  Mulai hari ini saya akan menambah artikel berlabel Investasi,  bukan untuk  menyaingi tulisan orang lain tetapi sekadar berbagi suka duka berinvestasi agar kita bisa maju bersama. Tentu tema utama blog ini tidak akan ditinggalkan yaitu biososioekonomi dan demokrasi ekonomi, juga tentang sejarah dan satrio piningit tentunya.  Semoga bermanfaat.

Senin, 24 September 2012

Refleksi Satu Dasawarsa Biososioekonomi. Menghibur Yang Miskin, Mengingatkan yang Kaya

Istilah biososioekonomi saya ciptakan sepuluh tahun lalu, 20 September 2002. Sepuluh tahun lalu, biososioekonomi tak dikenal orang. Meski telah diseminarkan tanggal 2 November 2004, tetap belum banyak yang mengenalnya. Baru setelah saya aktif di blog ini sejak Oktober 2008, biososioekonomi mulai banyak dikenal di dunia maya.  Kini kita berada pada dunia yang sedang menghadapi ancaman krisis ekonomi global setelah krisis utang di zona Euro. Selain itu Rasio Gini Indonesia meningkat menjadi 0,41 yang berarti ketimpangan pendapatan meningkat. Dan bagi Indonesia ini adalah yang terburuk. Semua itu akibat diabaikannya prinsip-prinsip pengelolaan ekonomi publik yang pruden dan akuntable berdasarkan akuntansi. Teori ekonomi makro biososioekonomi telah disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip akuntansi (keseimbangan) dan kelangkaan. Dengan begitu teori ekonomi makro biososioekonomi yang saya rumuskan tidak hanya menawarkan pengetahuan yang obyektif tetapi juga akuntable. Namun saya melihat begitu susah bagi ekonom konvensional untuk meninggalkan gambaran keliru ekonomi makro sebagai pabrik raksasa yang tidak mengajarkan keseimbangan. Yang ada hanyalah pengejaran pertumbuhan PDB dan PDB. Mengingat hal-hal seperti ini mungkin tidak terlalu salah bila biososioekonomi menjadi bagian (sub jurusan) atau program studi di bawah Jurusan Akuntansi bukan di bawah Jurusan Studi Pembangunan. Mereka yang memahami akuntansi dan mempelajari akuntansi akan lebih mudah mempelajari biososioekonomi. Kini sudah saatnya bagi mereka yang mempelajari akuntansi secara formal menggunakan kemampuannya untuk membedah dan mengelola ekonomi publik dengan dasar-dasar akuntansi serta meninggalkan gambaran keliru ekonomi publik sebagai pabrik raksasa. Jutaan rakyat yang lapar dan miskin menantikan kiprah ekonom-ekonom baru yang memahami akuntansi untuk membela mereka.   Kita harus berani berjuang mengingatkan yang kaya serta menghibur yang miskin, memperingan beban rakyat. Berjuang dengan cara damai. Tuhan menyempurnakan usaha kita.

Minggu, 16 September 2012

Krisis Global, Pertumbuhan PDB, dan Akuntansi

Krisis utang masih melanda beberapa negara terutama Zona Euro. Sementara perlambatan pertumbuhan PDB, mulai melanda berbagai negara lain sebagai dampak krisis utang Zona Euro. Sebelumnya krisis keuangan melanda AS tahun 2008. 

Sementara itu dalam tulisannya yang berjudul "Ongkos Globalisasi" di Harian Kompas 12 September 2012 halaman 6,  Ahmad Erani Yustika menulis:"Celakanya, tiap krisis menerpa, kebijakan pemerintah malah menyuburkan dukungan terhadap sedikit pelaku ekonomi di sektor keuangan. Pola itu bukan hanya terjadi di negara berkembang, melainkan juga negara maju seperti AS." Baik kebijakan bail out, stimulus, BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia), pelonggaran moneter (quantitative easing) hanya dinikmati 1 persen penduduk dan 99 persen lainnya tidak mendapat faedah, demikian menurut Stiglitz seperti dikutip Ahmad Erani Yustika. Ada juga berita yang mengatakan krisis AS 2008 malah memperkaya bank-bank AS (http://m.rimanews.com/read/20120118/52005/krisis-ekonomi-justru-perkaya-bank-kenapa?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter).
 
Dalam menangani atau mengantisipasi berbagai krisis tersebut saya mengamati ada dua hal penting yang perlu saya sampaikan di sini. Pertama, penanganan krisis tidak pro rakyat, oleh karena itu cenderung merugikan rakyat. Kedua, penanganan krisis sekedar bertujuan meningkatkan pertumbuhan PDB. Kedua hal tersebut bersumber dari satu sumber yang sama yaitu kekeliruan paradigmatis ekonomi konvensional (baik neo klasik maupun keynesian) yang banyak diadopsi ekonom.

Bagi kita yang memahami teori ekonomi makro biososioekonomi akar permasalahannya sebenarnya jelas. Terlepas bahwa teori ekonomi makro biososioekonomi belum banyak dikenal orang sebenarnya kalau kita mau back to  basics, seorang ekonom seharusnya memahami bagaimana mengatasi krisis. Persoalannya kebanyakan ekonom tidak mau back to basics tetapi tetap terbelenggu pada analogi keliru ekonomi makro sebagai pabrik raksasa yang mengejar pertumbuhan PDB  tapi tidak mengajarkan keseimbangan. PDB adalah penjumlahan income private bukan income publik. Dalam paradigma konvensional yang dicatat adalah PDB dan pertumbuhannya. Sementara akumulasi laba atau kelebihan income  private tidak semuanya dicatat, yang dicatat oleh ekonomi konvensional hanya deposito private yang dicatat sebagai liabilitas bank sentral. Sementara aset private lain seperti tanah, bangunan, saham, reksadana, obligasi tidak dicatat. Padahal secara mendasar semua aset private adalah liabilitas bagi publik. Kalau liabilitas publik lebih tinggi dari asetnya pastilah unit ekonomi yang bersangkutan mengalami krisis. Analogi ekonomi makro sebagai pabrik raksasa tidak pernah mengajarkan keseimbangan seperti ini.

Oleh karena itu secara akuntansi,  krisis makro (publik) seharusnya diatasi dengan meningkatkan income dan aset publik (pajak, derma, dan daur ulang kekayaan pribadi). Kebanyakan solusi atau antisipasi krisis yang diajukan ekonom tidak sampai hal-hal yang mendasar seperti itu, perhatikan salah satu contohnya di link berikut (http://mobile.kontan.co.id/news/stimulus-agresif-bisa-memukul-ekonomi-china/2012/09/13).

Kalau pun toh kebanyakan ekonom (konvensional) tidak memahami akuntansi seharusnya ada akuntan atau mereka yang sudah belajar akuntansi secara formal dan tertarik pada persoalan ekonomi makro.

Bagi eksekutif pemerintahan, parlemen, partai politik, pejabat bank sentral, rohaniwan, dan siapa pun juga yang peduli rakyat dan kepentingan publik seharusnya terbuka pikirannya bahwa alat bedah terbaik persoalan ekonomi adalah akuntansi. Jangan percaya pada ekonom yang tidak mau memakai akuntansi sebagai pisau bedah analisis.

Bagi yang baru pertama kali mengunjungi blog ini silakan baca dulu semua artikel yang berlabel biososioekonomi dan ekonomi sebelum berkomentar. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Tulisan Terkait

Enak di Lu, Gak Enak di Kita!! ( Sebuah Pelajaran Kecerdasan Finansial untuk Publik) http://www.satriopiningitasli.com/2010/02/enak-di-lu-gak-enak-di-kita-sebuah.html?m=1

Minggu, 09 September 2012

TUHAN Mempunyai Kuasa

Hari ini saya membaca berita adanya  ledakan di sebuah rumah kontrakan di Depok, Jawa Barat. Korban meninggal diduga berkaitan dengan jaringan teroris.

Kita menyadari suatu fakta bahwa memang ada orang yang menganggap bahwa dengan membunuh orang lain ia akan masuk sorga. Sebuah anggapan atau ajaran yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Cobalah baca sabda berikut: 
Lukas 12:45-46 "Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia."

Kalau memukul saja bisa membuat TUHAN marah apalagi membunuh. Sering terjadi sebelum rakitan bom digunakan untuk membunuh orang lain, bom itu membunuh atau melukai diri dan orang-orang yang menyetujui perbuatannya. Oleh karena itu jangan sekali-kali menggunakan kekerasan dengan mengatasnamakan TUHAN. TUHAN mempunyai kuasa untuk datang sendiri langsung dan menghukum. Inilah ajaran yang benar.