Sabtu, 21 November 2009

Tak Perlu Rekayasa

Akhir-akhir ini aktivitas penyelenggara negara sedang menjadi sorotan publik. Pembicaraan Anggodo dengan aparat negara ditayangkan televisi dan kasusnya merambat ke mana-mana. Tidak sedikit penyelenggara negara yang mendapat kritikan.

Menjadi pemangku kepentingan publik sebenarnya tidak terlalu sulit selama para pemangku kepentingan publik itu tidak memiliki keinginan aneh-aneh yang bertentangan dengan kepentingan publik. Yang sering terjadi justru tidak sedikit penyelenggara negara (pemangku kepentingan publik) itu memiliki kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan publik tetapi menyembunyikan dan membungkusnya dengan berbagai macam trik dan rekayasa. Rekayasa tidak hanya dipakai untuk menutupi interes pribadi (kelompok) tetapi juga untuk mencapai kekuasaan atau untuk menduduki jabatan tertentu. Kelambanan menyelesaikan berbagai persoalan publik sebenarnya tidak perlu terjadi kalau pejabat yang bersangkutan tidak memiliki keinginan aneh-aneh dan tidak sedang merencanakan suatu rekayasa atau sedang berusaha menyembunyikan rekayasa atau kesalahan di masa lalu. Kerumitan dan kesulitan itu sering diciptakan sendiri dengan berbagai keinginan atau nafsu yang aneh-aneh yang
bertentangan dengan kepentingan publik.
Reformasi seharusnya mengubah sikap dan perilaku generasi tua yang pikirannya dijejali berbagai keinginan aneh, rencana rekayasa, trik, dan akal-akalan. Bahwa di masa lalu sikap dan cara-cara seperti itu berhasil membawa orang pada kekuasaan dan popularitas tidak berarti bahwa sikap dan cara-cara seperti itu boleh diteruskan dalam kehidupam publik baik dalam kehidupan berbangsa-bernegara maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Rakyat sudah terlalu lelah dan muak dengan aneka keinginan aneh (nafsu) dan cara-cara tak elok seperti itu.

Saya memperoleh wahyu keprabon pada usia 35 tahun (7 tahun lalu) bukan dengan rekayasa, trik, atau akal-akalan. Apa yang dibayangkan sebagian generasi tua itu mengenai wahyu keprabon pun tidak sama dengan apa yang saya pikirkan dan saya jalani. Sebagian generasi tua itu membayangkan bahwa orang yang telah memperoleh wahyu keprabon harus menduduki jabatan struktural (memiliki kekuasaan) dan menikmati segala privilege-nya. Sementara yang saya pikirkan dan saya jalani adalah bahwa orang yang telah menerima wahyu keprabon justru harus menjalani berbagai macam pantangan (asketisme) demi kepentingan publik (dan rakyat) serta siap menanggung resiko pekerjaannya itu. Salah satu pantangannya adalah tidak menduduki jabatan struktural seperti jabatan presiden, meskipun tetap peduli pada kepentingan publik dan rakyat kebanyakan.

Marilah kita meringankan beban rakyat, janganlah membebani publik dengan berbagai keinginan aneh dan rekayasanya.


Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com

Sabtu, 14 November 2009

Lima Tahun Biososioekonomi dan Satu Tahun Blog "Satrio Piningit"

Postingan ini seharusnya di-post-kan bulan Oktober 2009. Namun karena beberapa hal yang harus di-post-kan terlebih dahulu maka postingan yang berkaitan dengan ulang tahun kelima publikasi biososioekonomi dan ulang tahun pertama blog "Satrio Piningit" ini baru bisa di-post-kan bulan Nopember 2009 ini.

Teori ekonomi makro biososioekonomi dipaparkan dalam buku saya Herucakra Society Jalan Ketiga Ekonomi Dunia yang terbit sekitar Oktober 2004. Blog ini dipublikasikan pertama kali 18 Oktober 2008 setahun yang lalu. Seminar pertama biososioekonomi diadakan tanggal 2 Nopember 2004 dalam seminar bulanan ke-22 yang diselenggarakan PUSTEP UGM.

Bulan Oktober-Nopember adalah bulan istimewa bagi teori ekonomi makro biososioekonomi di mana pada bulan-bulan tersebut biososioekonomi memperoleh akses publik yang lumayan. Berbagai peristiwa dan reaksi terjadi pasca publikasi biososioekonomi. Ada yang menyambutnya dengan antusias, ada yang takut-takut (mungkin dalam hati mengakui bahwa biososioekonomi benar tetapi tidak berani memperjuangkan), ada pula yang masa bodoh dan lebih senang tetap berada pada zona nyaman dengan prinsip business as usuala-nya.

Berbagai peristiwa juga saya lihat (baik langsung atau melalui laporan media massa) atau saya alami dalam memperjuangkan biososioekonomi. Jatuh bangun dan pahit getir telah saya alami. Saya menjalaninya dengan mengalir begitu saja.

Sulitnya akses publik yang dialami biososioekonomi membuat saya menumpangkan paparan biososioekonomi pada blog "Satrio Piningit&amp" ini. Membuat blog biososioekonomi (bioekonomi) secara terpisah belum menjadi prioritas. Membuat banyak blog akan menguras waktu, tenaga, dan biaya, serta merepotkan perawatannya. Sedikit blog tetapi terawat lebih baik dari pada banyak blog tetapi tidak terawat.

Melalui postingan ini saya mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi mempublikasikan dan menyebarluaskan biososioekonomi (termasuk menyebarluaskan URL blog ini) melalui berbagai media termasuk sms. Kepada Anda yang telah berpartisipasi saya berdoa agar Anda dan keluarga Anda diluputkan dari kutukan atau hukuman Tuhan yang akan dijatuhkan ke bumi manakala biososioekonomi "dianiaya." Kelaparan yang mengancam satu miliar penduduk bumi membuat kita berada pada titik kritis di mana Tuhan mungkin akan memperpendek batas waktu kesengsaraan rakyat dan segera menjatuhkan hukuman untuk segera memasuki jaman baru, jaman keemasan. Saya mohon maaf karena belum bisa membuat blog biososioekonomi secara terpisah. Tuhan memberkati kita semua.


Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/

Minggu, 08 November 2009

Mendukung Upaya Pemberantasan Korupsi

Pertama-tama saya mohon maaf karena postingan ini terlambat. Terutama bukan disebabkan kesibukan saya sehari-hari yang meningkat, tetapi terutama karena permasalahan teknis sebagai akibat alat bantu aktivitas blogging yang selama ini saya pakai mengalami perbaikan.

Dalam postingan ini saya mendukung sepenuhnya upaya pemberantasan korupsi. Perseteruan antara KPK dan Polri telah menyita banyak perhatian anggota masyarakat. Dukungan dan protes digalang di sana-sini. Upaya pemberantasan korupsi perlu kita dukung bersama. Memang seperti yang pernah saya kemukakan dalam blog ini bahwa persoalan besar global yang kita hadapi adalah krisis ekonomi yang dampaknya memberatkan rakyat kecil. Dan itu terjadi juga di negara-negara yang relatif bersih dari korupsi. Akan tetapi pemberantasakan korupsi tetap perlu mendapat perhatian terutama karena beberapa anggota legislatif atau eksekutif menyuarakan pemberantasan korupsi pada saat kampanye. Bahkan saya pernah membaca sebuah spanduk di dalam kompleks town house di Lenteng Agung Jakarta Selatan yang kurang lebih menyatakan bahwa "Kalau Anda koruptor pasti tidak memilih calon ini." Selain itu juga karena korupsi adalah perbuatan kriminal atau ilegal.

Kita semua berharap agar upaya pemberantasan korupsi tidak hanya menjadi bahan jualan saat kampanye tetapi sulit ditagih janjinya. Marilah kita menjadi negarawan yang baik, marilah kita menjadi anggota masyarakat yang baik.