Kamis, 30 Oktober 2008

My Short Comment: Mengarusutamakan Gerakan Dunia Baru

"Dunia Butuh Gerakan Baru yang Cinta Damai dan Keadilan" demikian judul berita di media internet Kompas Mobile 30/10/2008 pkl 03:00 meringkas pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam Konferensi ke-4 AliansiStrategis Rusia-Dunia Islam yang dihadiri 300 tokoh dunia Islam dan Rusia. Gerakan dunia baru itu perlu membawa paradigma baru yang menekankan nilai keadilan, kesejahteraan, kedamaian, dan keadaban. Paradigma baru itu perlu bertumpu pada prinsip jalan tengah yaitu prinsip yg tidak terjebak pada ekstrimis baik radikal maupun liberal. Kita sambut baik Gerakan Dunia Baru, tetapi yang lebih penting adalah mengarusutamakan Gerakan Dunia Baru itu jangan sampai tenggelam oleh hiruk pikuk pemberitaan kekacauan pasar finansial maupun hiruk pikuk pemberitaan demokrasi politik. Gerakan Dunia Baru yang bertumpu pada jalan tengah yang damai itu sudah saya awali dengan terbitnya buku saya Herucakra Society Jalan Ketiga
Ekonomi Dunia Oktober 2004, dan seminar telah dilakukan pada tgl 2/11/2004 dalam seminar bulanan ke-22 yang diselenggarakan PUSTEP-UGM. Rekan-rekan dari Muhammadiyah juga berpartisipasi dalam seminar itu. Menurut buku saya akar ketidakadilan adalah pewarisan kekayaan berlimpah pada keturunan pemilik kekayaan. Mengenai hal ini seorang peserta seminar dari Muhammadiyah berkomentar: "Pewarisan kekayaan berlimpah ruah itu tempatnya neraka."Akhir-akhir ini saya sering menggunakan istilah triple six untuk menunjuk kekayaan berlimpah dari warisan. Citra triple six sangat seram akibat dari kotbah atau pengajaran yang disampaikan para klerus maupun pelayan firman baik dilingkungan Katolik maupun Protestan sehingga kaget kalau saya mengatakan bahwa triple six adalah kekayaan seorang raja di masa lalu yang diperoleh dari warisan yang besarnya 666 talenta emas seperti dicatat Kitab 1Raj10:14 maupun Kitab parelnya 2Taw 9:13.
Oleh karena itu, menurut saya,yang paling penting adalah mengarusutamakan Gerakan Dunia Baru itu.

Rabu, 29 Oktober 2008

My Short Comment: Keynes itu Jadul!

Pagi ini saya membaca tulisan di harian umun nasional(cetak)hlm 19 yg berjudul "Merenungkan Kembali Resep Keynes" yg ditulis oleh seorang profesor FE perguruan tinggi terkemuka. Inti persoalannya adalah bahwa milik individu jauh lebih besar dari milik publik (government+society). Suatu unit ekonomi (pemerintah atau apapun) berhutang karena pemasukan kurang. Akumulasi dari kurangnya pemasukan publik ini menyebabkan milik individu jauh lebih besar. PDB global hanya US $ 48 Triliun sementara dana perusak 10 kalinya (516T, lihat Kompas 28/02/2008 hlm8). Untuk meningkatkan pemasukan publik tidak bisa mengandalkan otoritas fiskal saja, itu jadul! Apalagi Keynes (sepanjang yang saya tahu) tidak membedakan antara perusahaan dan individu. Etos sosial perusahaan terbatas, sementara etos sosial individu tak terbatas.

Selasa, 28 Oktober 2008

Krisis Ekonomi: Perlu Kerjasama Pemerintah & Civil Society

Di tengah perayaan 80 tahun Sumpah Pemuda, rupiah melemah mendekati Rp 12.000 per dollar AS akibat sentimen negatif yaitu berita tumbangnya beberapa negara spt Pakistan, Turki, dan Islandia yang masuk IMF (Kompas Mobile 28/10/2008). Krisis global seharusnya bisa diantisipasi dan dicarikan solusinya yang mendasar. Kalau menggunakan cara berpikir akutansi, suatu unit ekonomi mengalami krisis karena pemasukannya kurang. Publik (=pemerintah dan society) sbg unit ekonomi mengalami krisis karena pemasukannya kurang. Dlm paradigma bioekonomi yg dimaksud pemasukan bagi pemerintah dan society bukanlah pendapatan individu seperti PDB tetapi ada tiga komponen yaitu pajak, daur ulang aset pribadi, dan derma. Yang dimaksud aset daur ulang adl aset pribadi yg tidak diwariskan kepada keturunan tetapi dihibahkan kepada publik. Apabila ketiga hal ini kurang maka krisis tetap berpotensi muncul. Perlu solusi
global untuk itu. Disarankan agar pemerintah selain memakai cara-cara konvensional juga memakai cara berpikir bioekonomi. Pemerintah perlu bekerjasama dengan pusat-pusat pengaruh dalam civil society baik nasional maupun global agar anggota masyarakat terutama yg berkelimpahan harta dari warisan (kategori triple six) mau meningkatkan etos sosialnya secara drastis. Manusia tidak hanya homo economicus tetapi juga homo socius yang rela kehilangan peluang meraih laba atau bahkan rela berkurang hartanya demi menanggung krisis. Beban krisis jangan ditimpakan rakyat kecil. Sementara civil society perlu menyiapkan diri. Kebersamaan dalam keanekaragaman inilah yang seharusnya menjadi spirit perayaan Sumpah Pemuda, bukan semangat menghasilkan produk UU yg sektarian primordial.

Kamis, 23 Oktober 2008

Peringatan dan Pesan untuk Orang Jawa: Terhindar Kutukan, Memasuki Jaman Keemasan



From: Hani Putranto Hani Putranto
Subject: Peringatan dan Pesan untuk Orang Jawa: Terhindar Kutukan, Memasuki Jaman Keemasan

Date: Tuesday, July 8, 2008, 2:12 AM

Pengantar

Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebersamaannya mewujudkan jaman keemasan. Beruntung ada orang Jawa. Teori ekonomi baru rumusan saya, bioekonomi (biososioekonomi) bisa dipublikasikan. Bukan suatu kebetulan kalau orang-orang yang ikut mempublikasikan teori ekonmi saya adalah orang-orang Jawa. Petama adalah Penerbit Wedhatama Widya Sastra, Jakarta, yang pada Oktober 2004 menerbitkan buku saya Herucakra Society Jalan Ketiga Ekonomi Dunia yang di dalamnya memuat paparan teori bioekonomi. Kedua adalah Prof. Dr. Mubyarto (alm) yang memberi kesempatan pada saya untuk memaparkan teori saya dalam seminar bulanan ke-22 (2 Nopember 2004) di PUSTEP-UGM.

Bioekonomi adalah teori ekonomi (makro) jalan ketiga atau jalan tengah antara kapitalisme dan komunisme. Sistem ekonomi yang berlandaskan bioekonomi adalah sistem ekonomi yang pancasilais. Namun perjuangan untuk untuk mewujudkan atau mengaplikasikan bioekonomi tidaklah mudah. Setelah saya amati dan saya renungkan , hambatan utamanya adalah kepentingan individu atau kelompok. Hal ini terjadi karena bioekonomi adalah ekonomi publik-kerakyatan yang menentang pewarisan kekayaan berlimpah ruah pada keturunan pemilik kekayaan itu.

Kelelahan sering menghinggapi saya dalam memperjuangkan bioekonomi. Namun saya tidak gentar karena saya yakin TUHAN bersama saya. Terlebih-lebih saat ini ketika dunia mengalami krisis. Ada yang menyebutnya krisis Tiga-F (financial, fuel/energi, dan food/pangan). Namun saya lebih senang menyebutnya krisis ekonomi karena semua gejolak harga pangan dan energi berasal dari krisis ekonomi karena overinvestment. Dalam kondisi seperti ini seharusnya bioekonomi menjadi solusi bagi Indonesia dan dunia.

Dahulu , 21 Nopember 2003, sebelum terbitnya buku saya, dalam kelelahan saya memperjuangkan terbitnya buku pertama saya tersebut, saya menulis suatu surat keprihatinan.Kalau upaya manusia non kekerasan gagal mewujudkan sistem bioekonomi, maka TUHAN akan marah dan akan menjatuhkan kutukan atau tulah-Nya ke bumi.Kutukan atau hukuman TUHAN itu jatuh begitu saja tanpa perbuatan tangan manusia.

Kini empat setengah tahun kemudian, sudah banyak peristiwa terjadi. Ketika tulisan saya tentang bioekonomi dibuang (tidak dimuat) sering bencana terjadi. Gempa Yogya, misalnya, terjadi beberapa bulan setelah situs PUSTEP-UGM default. Situs itu memuat makalah yang saya sampaikan pada tanggal 2 Nopember 2004. Gempa itu juga terjadi setelah 2 bulan 13 hari saya mengirim artikel ke salah satu media di kota itu, dan ternyata tidak dimuat. Topan durian mengamuk di Filipina setelah seorang pastor Indonesia yang berada di Filipina tidak mempercayai peringatan saya. Dialog saya dengan pastor itu terekam di e-mail saya. Itu hanya beberapa contoh dari sekian banyak peristiwa.

Oleh karena itu melalui surat ini saya ingin menyampaikan pesan dan peringatan agar Anda apapun agama Anda, bisa terhindar dari kutukan/tulah TUHAN yang dijatuhkan-Nya ke bumi. Dan agar Anda bisa selamat memasuki jaman keemasan yang akan segera tiba. Peringatan ini disampaikan dengan niat dan rasa ngeman (sayang) agar banyak orang terhindar dari kutukan TUHAN. Kalau pesan ini saya tujukan pada orang Jawa bukan karena semangat eksklusif atau sikap nepotisme tetapi rasa terima kasih saya karena orang Jawa mau bersusah payah bersama saya mewujudkan jaman keemasan. Orang lain yang bukan Jawa boleh membaca pesan ini.

Peringatan dan Pesan

Setelah saya renungkan dan pikirkan masak-masak dengan berbagai pertimbangan akhirnya pesan ini saya tulis. Peralihan jaman menuju jaman keemasan akan segera tiba. Tanda-tandanya adalah kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat sebagaimana ditulis Kitab Suci. Gempa bumi memang sering dianggap peristiwa biasa. Akan tetapi ada enam gempa bumi yang istimewa karena terjadi pada tanggal istimewa selama 5 tahun terakhir di 4 negara. Gempa bumi itu adalah gempa Iran 26/12/03, tsunami Asia 26/12/04, gempa Nias 28/03/05, gempa Yogya -Klaten 27/05/06, gempa Taiwan 26/12/06, dan terbaru gempa Sichuan 12/05/08. Dengan adanya krisis Tiga-F maka kelaparan akan terjadi di mana-mana. Tidak semua orang yang berada di lokasi bencana pantas terkena hukuman. Banyak di antaranya terkena hanya karena tidak mujur. Tetapi harus diakui bahwa mereka yang berada di lokasi bencana memang menyrempet-nyrempet bahaya. Oleh karena itulah pesan ini ditulis, dengan rasa ngeman, agar banyak orang terhindar dari tulah TUHAN atau kemalangan.



Di dalam buku saya, saya sebutkan ada cara-cara atau upaya manusiawi non kekerasan agar bioekonomi terwujud (diaplikasikan) yaitu (I) kesadaran masing-masing individu (II) tekanan pemimpin agama pada umatnya masing-masing (III)norma atau etika sosial dan (IV)tekanan masyarakat konsumen. Namun apabila cara-cara non kekerasan sebagaimana saya ungkapkan dalam buku saya tersebut gagal, maka TUHAN akan marah dan menjatuhkan tulah atau kutukan ke bumi, sebagaimana saya tulis dalam surat keprihatinan saya tertanggal 21-11-2003.



Orang-orang yang akan terkena tulah atau kutukan adalah (A)mereka yang mewariskan atau menerima warisan kekayaan berlimpah ruah (B)pemimpin agama dari agama manapun yang tidak melarang pewarisan kekayaan berlimpah di antara umatnya (C)mereka yang menggunakan kekerasan dengan mengatasnamakan pemerintahan TUHAN (D)media yang tidak peduli bioekonomi (E)orang-orang yang mengkorup kekayaan daur ulang (dalam sistem bioekonomi) termasuk pejabat atau ilmuwan palsu/ilmuwan pelacur yang anti bioekonomi.


Mereka yang anti bioekonomi sudah pasti triple six (penindas dan kuasa kegelapan) kecuali orang tersebut tidak tahu apa itu bioekonomi. Apabila triple six (666) tidak bertobat maka TUHAN akan menghancurkannya dengan tulah (Sabda-Nya) sebagaimana ditulis oleh Kitab Suci. Kelima hal atau kategori orang yang membuat TUHAN marah sebagaimana saya sebut di atas bukanlah sesuatu yang baru karena telah ditulis Kitab Suci.



Agar Anda terhindar dari kutukan/tulah TUHAN dan terhindar dari kemalangan dan agar Anda bisa selamat masuk ke jaman keemasan maka lakukan hal-hal berikut ini dengan sepenuh hati, dengan suka cita, dan ketulusan. Ini bukan suatu tiket untuk masuk ke Surga. Tetapi sekedar agar terhindar dari tulah TUHAN atau kemalangan di hari H yang dahsyat. Tiga hal yang harus Anda lakukan adalah:

  1. Hindari kelima hal (dari A sampai dengan E) yang membuat TUHAN marah sebagaimana saya sebut di atas. Jangan melakukan kelima hal yang membuat TUHAN marah.
  2. Meskipun Anda tidak menerima kekayaan warisan berlimpah ruah, Anda perlu meningkatkan kedrmawanan atau etos sosial Anda termasuk membantu mereka yang tertimpa bencana.
  3. Selain itu perlu juga berdoa. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya pada agama atau keyakinan Anda masing-masing dan yang telah Anda doakan setiap hari maka ucapkan (daraskan) doa yang akan saya tulis ini dengan sepenuh hati sebagai doa tambahan.Doa ini diinspirasikan TUHAN pada kaum raja, oleh karena itu doa pendek ini bersifat universal tidak tergantung agama atau dokrtrin surgawi yang Anda anut. Pertama kali doa ini diinspirasikan kepada Raja Daud yang hidup 3.000 tahun lalu dan dicatat dalam kitab Mazmur 118:25. Seorang raja yang dekat dengan TUHAN tahu kapan doa ini harus didoakan dan disebarluaskan kepada publik. Saat yang tepat adalah ketika sebuah Gerbang Emas telah terbuka dan ketika sebuah batu yang dipilih dan ditetapkan TUHAN dibuang oleh tukang-tukang bangunan.Namun batu yang dibuang itu menjadi batu sandungan dan menumbuk hancur banyak bangsa. Dengan dirumuskannya bioekonomi Gerbang Emas itu telah terbuka. Penjaga membukakan pintu bagi saya karena mereka mengenal saya. Namun bioekonomi itu juga dibuang oleh banyak orang.maka TUHAN mendatangkan hari H yang dahsyat itu yang tak terduga sebelumnya. Untuk itulah doa ini perlu diseberluaskan dan diucapkan. Doanya sangat pendek yaittu:"Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran!" Doa ini diucapkan minimal dua kali sehari, pagi setelah bangun tidur dan malam menjelang tidur. Juga diucapkan bila Anda berada pada situasi kritis di tengah badai, gempa atau musibah lain. Doa (hal ke-3) ini tidak ada artinya apa-apa kalau kita tidak melakukan dua hal pertama yaitu menghindari lima hal yang membuat TUHAN marah dan meningkatkan kedermawanan.

Meskipun akar krisis Tiga-F adalah kebiasaan mewariskan kekayaan berlimpah pada anak cucu, tetapi BUKAN berarti mereka harus dibunuh. Jangan melakukan kekerasan sebagaimana dilakukan dalam Revolusi Perancis. Orang-orang yang menggerakkan dan melakukan Revolusi Perancis adalah orang-orang yang tidak mengenal larangan TUHAN. Kita orang Timur. Kita percaya bahwa TUHAN memiliki kuasa untuk menjatuhkan tulah-Nya ke bumi. Hukuman TUHAN itu jatuh begitu saja tanpa perbuatan tangan manusia sebagai eksekutornya. Revolusi Perancis adalah contoh kegagalan peradaban Barat memahami sabda TUHAN.

Kiranya perlu juga diketahui bahwa dalam menghadapi situasi krisis saat ini TUHAN menghendaki kesabaran dan ketabahan (tawakal). Kusumo Lelono dalam bukunya Satrio Piningit (Gramedia Pustaka Utama, 1999, hlm 40-41) juga mengingatkan perlunya kesabaran dan tawakal:"Memang kasihan keadaan rakyat, seumpama mati separo tetapi nyatanya hidup, tetapi ada juga yang selalu tega menentukan mati hidupnya orang lain, yang demikian itu selalu disebut masa gelap. Lebih baik sabar dan tawakal memohon menetesnya anugerah kasih sayang Tuhan yang sebenarnya." Tidak ada satu alasan pun untuk melakukan kekerasan. Sabar dan tawakal. Hidup saya juga susah seperti Anda.
Penutup
Sikap eling lan waspada tetap aktual untuk dijalankan. Hari H yang dahsyat yang menjadi tanda peralihan jaman itu tidak terduga sebelumnya karena keputusan untuk menetapkan hari itu mutlak ada di tangan TUHAN. Memang, TUHAN akan mempertimbangkan dua hal. Pertama, peningkatan kesengsaraan rakyat akibat krisis Tiga-F. Kedua, toleransi yang diberikan TUHAN untuk bertobat. Semakin cepat peningkatan kesengsaraan rakyat, semakin pendek kesempatan yang diberikan TUHAN. Namun demikian hari H yang dahsyat itu tetap tidak bisa diramal.Kalau tidak ada pertobatan, pukulan TUHAN itu akan sangat dahsyat sehingga penduduk bumi berkurang drastis atau bahkan tinggal sedikit.

Berbahagialah orang yang menerima (mendengarkan pembacaan) pesan ini karena orang tersebut diibaratkan orang yang memperoleh undangan pesta perkawinan secara gratis (dari mempelai perempuan). Orang-orang yang memperoleh undangan ini adalah orang-orang yang memiliki kesempatan besar untuk terhindar tulah TUHAN dan kemalangan sehingga bisa memasuki tempat pesta perkawinan dimana hidangan yang bersumsum dan bergemuk telah disediakan. Mereka akan hidup dalam damai sejahtera dan dalam terang TUHAN di jaman keemasan. Dari tempat ini TUHAN berkenan menyingkap kain perkabungan bagi bangsa-bangsa sehingga mereka terbebas dari kelaparan dan kemiskinan. Mengikuti pesan ini berarti bersedia datang ke pesta perkawinan. "Marilah!"

Sebelum pesan dan peringatan ini saya tutup saya perlu menegaskan kembali bahwa, meskipun saya mempunyai hak atas takhta Mataram, saya mendukung sepenuhnya keberadaan NKRI dan menjadi bagian NKRI sebagai negara demokrasi modern yang berdasar hukum dan Pancasila yang menghargai keberagaman (Bhinneka Tunggal Ika) dan menjamin hak-hak asasi manusia. Wahyu keprabon dan Satrio Piningit itu tak ada kaitannya dengan jabatan Presiden RI. Oleh karena itu ikutilah pemilu dan pilpres sesuai dengan agenda dan konstitusi NKRI. Tidak perlu ada Negara atau Kerajaan Mataram. Pancasila dan NKRI sudah final.

Kalau Anda mempunyai perasaan dan keprihatinan seperti saya, agar banyak orang terhindar dari tulah TUHAN atau kemalangan, saya rasa Anda tidak keberatan untuk menyebarluaskan pesan dan peringatan ini maupun membacakannya bagi mereka yang kurang lancar memahami bahasa tulis. Saya tidak memaksa Anda untuk mempercayai atau menyebarluaskannya.

Orang Jawa adalah sahabat mempelai perempuan. Pertama-tama bukan karena wahyu keprabon atau pulung kesejahteraan dalam masyarakat Jawa disimbolkan oleh perawan atau karena mitologi Dewi Sri. Tetapi pertama-tama karena orang Jawa mau bersusahpayah bersama saya mempublikasikan teori ekonomi saya. Sahabat mempelai perempuan memang layak mendapat undangan pesta perkawinan ini.Namun undangan ini juga tersebar pada orang yang bukan Jawa, yang bukan sahabat mempelai perempuan maupun yang bukan sahabat Mempelai Laki-laki, untuk berjaga-jaga bila mereka yang masuk kategori sahabat tidak mau datang (tidak mau mengikuti pesan ini).

Demikian apa yang perlu saya sampaikan. Hal-hal benar yang ada dalam pesan ini adalah benar dan itu berasal dari TUHAN. Kalau ada kesalahan hal itu adalah kekhilafan saya sebagai manusia. Namun saya sudah berusaha sebaik mungkin agar tidak salah. Kalau ada pertanyaan bisa disampaikan dengan mengunjungi blog saya dengan URL adalah http://satriopiningitasli.blogspot.com

Ditulis dengan sesungguhnya dan dengan penuh tanggung jawab oleh
Ir. R. Yohanes Hani Putranto (R. Hani Japar).


Jakarta, 8 Juli 2008


Ir. R. Yohanes Hani Putranto
( R. Hani Japar *)

*)CATATAN
  • R. Hani Japar adalah nama penunjukan (nama pulung) bukan nama kecil saya. Nama ini tersandi dalam mimpi penduduk Bantul dan pernah membuat heboh masyarakat dan menjadi pemberitaan media massa sekitar bulan Mei 1993. Mengenai mimpi ini bisa dibaca di dalam buku Bayang-bayang Ratu Adil karya Sindhunata terbitan Gramedia Pustaka Utama 1999 hlm 292-297. Nama sandi itu adalah RA Parjinah. Pada tanggal 4 Juli 2002 saya berhasil membaca sandi itu yaitu dengan memindah huruf r di tengah ke belakang kemudian membacanya dari kanan ke kiri maka terbacalah R. Hani Japar. Japar adalah nama orang tua saya.Dalam mimpi itu RA Parjinah dianggap sebagai anak pasangan Pambayun-Ki Ageng Mangir.Ini sesuai dengan kondisi saya karena kedua orang tua saya memang salah satunya berasal dari Mangir dan satunya berasal dari kota Yogyakarta.Menurut saya hal ini adalah pemenuhan ramalan Jawa yang mengatakan bahwa Mataram akan makmur setelah terjadi perkawinan antara K Progo dan K Opak yang saya tafsirkan sebagai perkawinan antara orang Mangir dengan orang kota Yogyakarta.
  • Ada juga peringatan dari Sabdopalon yang bunyinya: "Sang Prabu diaturi ngyektosi, ing besuk yen ana wong Jawa ajeneng tuwa, agegaman kawruh, iya iku sing diemong Sabdopalon, wong jawan arep diwulang weruha marang bener luput" (Ki Kalamwadi hlm 143-145, Serat Darmogandul, Dahara Prize, Semarang 1990, sebagaimana dikutip Bambang Noorsena, Menyongsong Sang Ratu Adil, Yayasan Andi, 2003 hlm 326)
  • Di tulisan lain ada juga peringatan Sabdopalon:"Tetapi ingat, bila besok ada orang yang mempunyai nama tua tidak memakai keris bersedia duduk sejajar dengan tuan (raja), dialah utusan dan asuhan saya. Saya akan membuat tanah Jawa makmur. Saya akan membawa orang seberang ke tanah Jawa, saya akan membuang orang Jawa yang kurang baik ke seberang" (Thojib Djumadi "Panguwasa Landa Jirunung Sabdopalon" dalam Jayabaya N0 37 XLII, 8 Mei 1988 sebagaimana dikutip oleh Bambang Noorsena, Menyongsong Sang Ratu Adil hlm 64). Dengan diaplikasikannya bioekonomi seharusnya seluruh dunia akan mengalami keadilan dan kemakmuran.

Tulisan Saya:
  • Buku: Herucakra Society Jalan Ketiga Ekonomi Dunia, Penerbit Wedhatama Widya Sastra, Jakarta, 2004
  • Makalah: "Bioekonomi, Ekonomi Masyarakat, dan Kependudukan. Dalam Kaitannya dengan Upaya Membantu Pemerintah RI Mengatasi Keterpurukan Sektor Riil dan Menghadapi Tantangan di Masa Mendatang" Disampaikan dalam seminar bulanan ke-22 di Pusat Studi Ekonomi Pancasila (PUSTEP) UGM Yogyakarta 2 Nopember 2004
  • Karya Tulis: "Mengentaskan Kemiskinan dengan Paradigma Baru Demokrasi Ekonomi" Masuk babak final (10 besar) lomba karya tulis pengentasan kemiskinan yang diselneggarakan LP3ES dan Yayasan Damandiri 2005
  • Karya Tulis: "Dampak Biososioekonomi Terhadap Upaya Mewujudkan Indonesia 2025" Disampaikn dalam lomba karya tulis yang diselenggarakan Bank Indonesia 2006

Rabu, 22 Oktober 2008

Misteri Laba dan Kesengsaraan Rakyat



From: Hani Putranto Hani Putranto
Subject: Kiriman Artikel Opini:"Misteri Labadan Kesengsaraan Rakyat"

Date: Wednesday, June 18, 2008, 1:53 AM

Pengantar:
Meskipun artikel ini saya tulis tanggal 18 Juni 2008, sebelum Lehman Brother ambruk, tetapi tetap relevan untuk ditampilkan di blog saya ini. Selamat membaca semoga mengakrabkan anda dengan metode berpikir bieoekonomi (biososioekonomi). Jakarta 22 Oktober 2008. Ir. R. Yohanes Hani Putranto


Krisis Tiga-F yaitu financial (keuangan), fuel (minyak), dan food (pangan) telah menyengsarakan rakyat dimana-mana dan menjadi ancaman global yang serius. Rakyat yang beberapa bulan lalu masih hidup berkecukupan tiba-tiba daya belinya anjlok drastis karena harga kebutuhan pokok melambung. Sementara itu kebijakan pemerintah RI menaikkan harga BBM_dengan dalih menyelamatkan APBN_ mendapat kritik tajam dari berbagai kalangan. Pemerintah meresponnya dengan merencanakan pengenaan pajak atas windfall profit (Kompas 12/06/08, hlm 17).

Namun sebelum upaya itu direalisasikan, hendaknya semua pihak melihat dengan jernih mengenai windfall profit ataupun laba secara umum. Hal ini perlu ditegaskan karena saya menangkap ambiguitas pernyataan Purnomo Yusgiantoro bahwa pengenaan pajak itu sebatas tidak merugikan kontraktor migas. Tanpa pendangan yang jernih dan mendasar tentang laba, maka krisis dan persoalan yang kita hadapi ini akan sulit teratasi.

Pengembalian yang sah atas modal?

Pandangan ekonomi neoklasik atau yang populer disebut neoliberal mengatakan bahwa laba adalah pengembalian yang sah atas modal. (Case & Fair, 2001:437). Pandangan ini sering diperlakukan sebgai harga mati dan ideologi bagi banyak negara di dunia termasuk rezim yang saat ini memenangi pilpres 2004.

Berbeda dengan pandangan neoklasik, pandangan Marx mengatakan bahwa laba adalah nilai yang diciptakan tenaga kerja dan diambil alih secara tidak adil oleh kapitalis yang non produktif. Atau dengan kata lain laba diperoleh karena adanya eksploitasi terhadap buruh. Melihat gejolak harga-harga komoditas saat ini apakah pandangan Marx ini relevan? Rasanya tidak.Berapa pekerja yang terlibat dalam perdagangan berjangka minyak yang melambungkan harga minyak mentah di bursa komoditas berjangka? Tidak banyak. Apakah pekerja di sana dieksploitasi? Agaknya tidak. Pandangan Marx ini absurd dan tidak relevan.

Pandangan yang lebih mencerahkan dan relevan seperti yang sering saya sampaikan dalam berbagai kesempatan adalah bahwa laba diperoleh karena konsumen membayar lebih tinggi dari biaya produksi, distribusi, dan komponen pajak di dalamnya. Dalam kondisi normal, tidak terjadi gejolak harga, konsumen memandang bahwa harga yang harus dibayar itu wajar. Dalam arti konsumen tidak menuntut produsen dan distributor agar tidak menarik laba. Pajak yang ditarik pemerintah juga wajar karena pemerintah bisa berjalan kalau ada pajak yang dibayarkan kepadanya.

Akan tetapi apabila harga-harga tersebut melambung maka konsumen (baca: rakyat) akan menjerit karena hal itu menyengsarakan hidup mereka. Benar bahwa, harga terbentuk karena tarik-menarik antara penawaran dan permintaan. Namun Permintaan ini pun harus dibedakan antara permintaan riil konsumen end user dengan permintaan spekulatif termasuk untuk tujuan investasi.

Suatu produk apakah itu properti, minyak mentah, atau yang lain harganya bisa melambung apabila dijadikan instrumen investasi (dan spekulasi). Dengan diperdagangkannya minyak mentah dalam bursa berjangka, minyak menjadi ajang spekulasi yang harganya bisa melambung. Investor pertama yang masuk berharap harga minyak meningkat. Setelah meningkat ia akan menjualnya kepada investor kedua demikian seterusnya tergantung jumlah dana yang tersedia dan harapan akan peningkatan harga dikemudian hari. Menurut Paul B Farrel, sebgaimana dikutip Kompas 29/02/08, dana perusak itu besarnya 516 triliun dollar AS atau lebih dari sepuluh kali lipat PDB dunia yang hanya 48 triliun dollar AS.

Maka pandangan neoklasik tidak boleh diperlakukan sebagai harga mati tetapi harus dilihat konteks dan porsinya. Pandangan neoklasik masih bisa diterima sepanjang modal itu milik institusi bisnis dalam kondisi normal atau milik individu dalam skala kecil (usaha rakyat). Dalam tataran mikro dan kondisi normal seperti itu pandanagan neoklasik bisa diterima. Namun pemerintah adalah pemangku kepentingan publik sehingga harus melihat persoalannya secara makro.

Individu vs institusi bisnis

Apa yang dimaksud tidak merugikan dalam pernyataan Purnomo Yusgiantoro belum jelas. Sebuah perusahaan kontraktor migas dalam kondisi normal bisa meraih laba, misalnya, Rp20 miliar. Dengan melambungnya harga minyak labanya menjadi Rp 110 miliar misalnya. Berapa besarnya pajak yang pantas dikenakan dengan adanya windfall profit tersebut? Rp20 miliar atau Rp 90 miliar? Dengan mengenakan pajak hanya Rp 20 miliar, keadaan rakyat tidak kembali normal artinya konsumen (baca:rakyat) tetap sengsara karena merekalah yang membayar laba itu.

Pengenaan pajak atas windfall profit tetap relevan sebagai upaya kuratif. Namun upaya preventif agar harga tidak melambung, perlu dilakukan juga. Apakah itu berarti perlu semacam "Keynes baru" seperti anjuran A Tony Prasetiantono (Kompas 16/06/08)? Harus diingat bahwa kelemahan atau kesalahan Keynes adalah tidak membedakan antara individu dan institusi bisnis. Padahal keduanya berbeda.

Individu selain homo economicus juga homo socius sekaligus. Individu bisa membagikan 100% labanya, atau bahkan 100% kekayaannya, mampu menanggung kerugian besar, juga bisa secara sukarela kehilangan kesempatan untuk meraih laba. Sementara institusi bisnis tidak bisa melakukan apa yang dilakukan individu. Oleh karenanya anjuran Prasetiantono tidak boleh dipisahkan dari upaya menyeluruh untuk mencegah melambungnya harga-harga. Memang untuk itu diperlukan suatu etos sosial.

Yang diharapkan dari Pemerintah

Sebagai salah satu pemangku kepentingan publik pemerintah diharapkan tidak lagi membebani rakyat dengan dalih menyelamatkan APBN.Kedepannya pemerintah perlu melakukan hal-hal berikut.

Pertama, pemerintah harus mengubah paradigma neoliberalnya yang menganggap laba adalah pengembalian yang sah atas modal. Kedua, pemerintah perlu bekerja sama dengan pusat-pusat pengaruh baik formal atau non formal dalam civil society baik lokal atau global. Pusat-pusat pengaruh ini memiliki kemampuan efektif agar individu meningkatkan etos sosialnya, rela kehilangan peluang meraih laba, rela membagikan laba atau bahkan kekayaannya. Ketiga, pemerintah perlu menegosiasikan pembayaran utang luar negeri yang akan jatuh tempo. Keempat, pemerintah harus benar-benar bekerja untuk kepentingan publik dan rakyat bukan untuk kepentingan kelompok.

Semoga rakyat terhindar dari kesengsaraan, kemiskinan, atau kelaparan. Pemerintah seharusnya bisa kalau ada kemauan.

Jakarta 18 Juni 2008

Hani Putranto

Daftar Pustaka

Case, Karl E and Ray C Fair, 2001 Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, Prenhalindo, Jakarta. Terj. dari Principles of Economics Prentice Hall, New Jersey 1999

Prasetiantono, A Tony. "Harga Minyak dan Bencana Fiskal" Kompas 16 Juni 2008

______, "Dampak Kenaikan BBM, Produsen Migas akan Dikenai "Windfall Profit Tax" Kompas 12 Juni 2008 hlm 17

______, "Komoditas akan Bergolak. 526 Triliun Dollar AS Kekuatan Perusak" Kompas 29 Februari 2008 hlm 8

Tentang Penulis

Hani Putranto, yang lahir di Merbau Mataram, Lampung Selatan 22 Maret 1967, adalah lulusan S1 Jurusan Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Karya-karyanya adalah:

  • Buku: Herucakra Society Jalan Ketiga Ekonomi Dunia, Penerbit Wedhatama Widya Sastra, Jakarta, 2004.
  • Makalah: "Bioekonomi, Ekonomi Masyarakat, dan Kependudukan. Dalam Kaitannya dengan Upaya Membantu Pemerintah RI mengatasi Keterpurukan Sektor Riil dan Menghadapi Tantangan di Masa Mendatang". Disampaikan dalam seminar bulanan ke-22 di Pusat Studi Ekonomi Pancasila UGM 2 November 2004
  • Karya Tulis: "Mengentaskan Kemiskinan dengan Paradigma Baru Demokrasi Ekonomi". Masuk 10 besar lomba karya tulis yang diselenggarakan LP3ES dan Yayasan Damandiri tahun 2005
  • Karya Tulis:"Dampak Biososioekonomi Terhadap Upaya Mewujudkan Indonesia 2025". Disampaikan dalam Lomba Karya Tulis yang diselenggarakan Bank Indonesia 2006

Sehari-hari bekerja di Jakarta sebagai agen property.


Minggu, 19 Oktober 2008

Wahyu Keprabon

Di tengah situasi negara dan bangsa kita saat ini, pembicaraan mengenai satrio piningit dan wahyu keprabon selalu menarik perhatian. Sebagian orang mempercayai keberadaannya sementara sebagian lain tidak. Namun justru karena media tidak membicarakannya secara jujur dan terbuka maka kepercayaan mengenai adanya satrio piningit itu bisa dimanfaatkan oleh petualang politik untuk memenangi pemilu dengan memanipulasi dan menggelembungkan citra diri di hadapan rakyat. Patut disayangkan memang, karena ujung-ujungnya rakyat tetap susah.

"Wahyu untuk Rakyat"

Sudah sejak tahun 2003 saya mengingatkan media massa agar tidak mengkait-kaitkan satrio piningit dan wahyu keprabon itu dengan jabatan Presiden RI. Namun agaknya peringatan saya tidak direspon. Tulisan saya tidak dimuat. Kumpulan tulisan saya itu kemudian saya satukan bersama beberapa tulisan saya mengenai bioekonomi dan demokrasi ekonomi. Saya satukan di bawah judul "Wahyu untuk Rakyat, Kilas Balik Sikap dan Pemikiran Saya". Dalam kumpulan tulisan saya itulah saya jelaskan perihal satrio piningit dan wahyu keprabon secara panjang lebar. Saya masih mempertimbangkan apakah kumpulan tulisan saya "Wahyu untuk Rakyat" itu akan saya tampilkan dalam blog saya ini atau diterbitkan sebagai buku. Copy naskahnya memang saya sebarkan ke beberapa pihak bersama buku saya Herucakra Society Jalan Ketiga Ekonomi Dunia (2004).

Beberapa pihak yang saya kirimi copy tulisan saya "Wahyu untuk Rakyat" itu adalah (urut abjad): Dr. Daniel Sparinga (Unair), Darmanto Jatman (Undip), Daud Sinjal (Harian Sinar Harapan), Harmanto Eddy Jatmiko (majalah Swasembada), Prof. Dr. Hembing Wijaya Kusuma (Majalah Misteri), Drs. Kwik Kian Gie (Ekonom), Permadi, SH(Anggota DPR-PDIP), Rosiana Silalahi (SCTV), Prof. Dr. Ryaas Rasyid (IIP, Anggpta DPR), Pustaka Sinar Harapan, Dr. Sukardi Rinakit (Soegeng Sarjadi Syndicate), Tabloid Sabda, dan Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Khusus yang saya kirimkan kepada Prof. Dr. Ryaas Rasyid adalah edisi baru.

Selain kepada Prof Dr. Ryaas Rasyid, saya mengirimkan tulisan saya "Wahyu untuk Rakyat" edisi baru dalam bentuk soft copy melalui e-mail kepada Albert Kuhon (wartawan), Prof. Dr. Ir. Hariyadi (FTP-UGM), dan Prof. Dr. Ir. Djumali Mangunwijaya (IPB).

Satrio Piningit

Mengenai satrio piningit itu terlalu panjang untuk diungkapkan dalam artikel pendek ini. Tetapi pada dasarnya seperti dikatakan banyak orang yaitu akan membawa Indonesia keluar dari krisis. Dalam ruang yang sempit ini dengan segala kerendahan hati saya, saya perlu menceritakan tentang satrio piningit itu.

Saya sebenarnya enggan menceritakan mengenai satrio piningit itu. Namun karena fenomena satrio piningit dan wahyu keprabon telah dimanfaatkan oleh petualang politik maka saya perlu menjelaskannya dalam blog saya ini.

Sepuluh tahun yang lalu saya tidak memahami apa itu satrio piningit. Persepsi saya mengenai satrio piningit adalah seseorang yang secara khusus disiapkan oleh penguasa Orba secara sembunyi-sembunyi untuk menggantikannya. Sekitar tahun 2001 teman kantor saya mengatakan bahwa satrio piningit itu adalah orang yang akan membawa Indonesia keluar dari krisis. Secara kebetulan saya menemukan buku Satrio Piningit di sebuah toko buku di Pondok Indah. Baru setelah saya membaca buku Satrio Piningit karya Kusumo Lelono terbitan GPU itu pemahaman saya mengenai satrio piningit menjadi jelas.

Dari gambaran mengenai satrio piningit dalam buku itu saya merasa bahwa diri saya mirip gambaran itu. Tetapi saya tidak mau dianggap GR (gegedhen rumangsa=memiliki perasaan berlebihan).

Sampai suatu saat, yaitu 4 Juli 2002 saat usia saya 35 tahun, saya berhasil membaca nama saya tersandi dalam mimpi penduduk Bantul (DIY). Nama yang tersandi itu memang bukan nama kecil saya Hani Putranto tetapi R. Hani Japar yang tersandi dalam nama RA Parjinah. Dalam mimpi itu RA Parjinah dianggap sebagai anak pasangan Pambayun-Ki Ageng mangir (Mengenai mimpi ini bisa dibaca dalam buku Bayang-bayang Ratu Adil karya Sindhunata). Menurut hemat saya hal itu adalah wangsit, dan wangsit itu adalah sah karena yang mimpi maupun yang mempublikasikan mimpi itu bukan saya. Mereka tidak kenal secara pribadi dengan saya. Kalau yang mimpi saya, justru wangsit itu tidak sah karena orang lain tidak bisa meng-cross chek-nya. Tradisi Yahudi mengatakan bahwa kesaksian yang berasal dari diri sendiri tidaklah sah.

Sejak saat itu saya memiliki keyakinan bahwa satrio piningit yang sejati itu adalah saya. Hal ini bukanlah suatu ke-GR-an terlebih-lebih setelah saya tuntas merumuskan teori biososioekonomi. Satrio piningit dan wahyu keprabon itu tidak ada kaitannya dengan jabatan presiden RI. Presiden RI hanya memerlukan legitimasi demokrasi tidak memerlukan legitimasi wahyu.

Kepercayaan mengenai wahyu keprabon ada pada ranah budaya Jawa, tidak bisa dijejalkan dalam struktur politik NKRI. Justru ketika saya mnerima wahyu keprabon itu, saya harus menjalani banyak pantangan antara lain tidak menduduki jabatan struktural publik seperti jabatan Presiden. Melalui penggemblengan yang tak saya sadari sebelumnya, nafsu struktural saya telah dimatikan. Sejak jobless, akhir Februari 1993, saya mulai menekuni dan akhirnya menyenangi profesi non struktural sebagai marketing (sales) yang hidup dari omzet bukan gaji tetap. Menggunakan bahasa komando seperti halnya mereka yang memiliki jabatan struktural tidak lagi menjadi kebiasaan saya.

Memang kalau melihat sejarah Jawa sebagaimana saya baca dari de Graaf, kita tahu bahwa Senopati (Sutowijoyo) bukanlah orang Mataram karena tidak pernah lahir di Mataram (wilayah yang membentang antara Kali Progo dan Kali Opak). Menurut sejarah, menurut wangsit di atas , dan menurut berbagai kesaksian (ramalan lain) mestinya saya berhak menjadi Raja Mataram. Tetapi kalau menurut saya, saya memang raja mataram (dengan huruf r dan m kecil) yang artinya cendekiawan (intelektual) yang menemukan teori ekonomi yang bermanfaat bagi rakyat banyak atau cendekiawan yang menemukan pengetahuan yang direstui (arti kata mataram). Bukan raja dalam pengertian teritorial struktural. Bagi saya Pancasila dan NKRI sebgai negara demokrasi modern yang berdasar hukum dan menghargai pluralitas adalah final. Tidak perlu ada negara atau Kerajaan Mataram.

Kalau saya boleh memilih, saya lebih menyukai hidup tenang jauh dari hingar bingar publikasi. Saya tidak akan mengklaim sebagai satrio piningit atau raja mataram kalau teori biososioekonomi salah. Sampai saat ini berjalan 4 tahun penerbitan buku saya, tak ada yang menunjukkan kepada saya bahwa teori bioekonomi salah. Kalau bioekonomi salah tolong tunjukkanlah melalui blog ini. Dan kalau biososioekonomi salah saya rela melepaskan semua klaim saya di atas. Mengenai wangsit itu? Lupakan saja....


Sabtu, 18 Oktober 2008

Selamat Datang di Blog Satrio Piningit

Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih karena Anda mau mengunjungi blog saya , Blog Satrio Piningit, yang sederhana ini. Kedua saya mohon dengan hormat janganlah kiranya memiliki gambaran yang seram mengenai satrio piningit.

Saya perlu menjelaskan bahwa satrio piningit sejati itu hanya seseorang yang kebetulan kejatuhan pulung untuk memberi peringatan. Ya, sekedar pemberi peringatan. Bukan penguasa, bukan eksekutor, bukan pula algojo.

Mengenai blog saya ini Anda akan menemukan beberapa hal tidak hanya mengenai satrio piningit, situasi sosial-politik aktual, atau mengenai budaya dan sejarah Jawa tetapi juga teori ekonomi yang saya rumuskan yakni bioekonomi (biososioekonomi), demokrasi ekonomi, dan kesejahteraan publik yang diperjuangkan tanpa kekerasan.

Di tengah krisis ekonomi dunia saat ini teori ekonomi saya menunjukkan relevansinya. Dari blog saya ini Anda bisa belajar melihat permasalahan ekonomi publik-kerakyatan dengan metode analisis dan metode berpikir bioekonomi. Anda boleh tidak setuju dengan saya. Komentar, kritik, atau pertanyaan silakan Anda ajukan.

Saya yakin banyak hal yang Anda dapatkan dari blog saya ini langsung dari narasumber utamanya, dari pelakunya, bukan dari komentator atau akademisi yang pengetahuannya sudah kurang up to date karena mungkin tidak mengetahui bioekonomi atau satrio piningit dan wahyu keprabon secara benar. Perihal bioekonomi dan satrio piningit itu tidak banyak Anda dapatkan di tempat lain, seperti media cetak, atau media lain.

Penjelasan lengkap mengenai satrio piningit dapat Anda peroleh dalam postingan yang berjudul:"Wahyu Keprabon" yang diarsip bulan Oktober 2008 di blog ini di bawah label budaya. Tulisan lain yang penting adalah "Peringatan dan Pesan untuk Orang Jawa: Terhindar Kutukan Memasuki Jaman Keemasan" juga diarsip di bulan Oktober 2008 di bawah label spiritual. Semoga Anda mendapatkan informasi yang berharga dan aktual.

Salam Indonesia