Kamis, 29 Maret 2012
Tidak Tepat Waktu
Minggu, 25 Maret 2012
Ini Salah Satu Opini, Silakan Dikoreksi Bila Keliru
Pemerintah Bohong Soal Defisit APBN, Berikut Analisa Pakar Ekonomi Kwik dan Anggito
Seruu.com - Pemerintah tak punya alasan apapun untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Demikian jika mengutip analisis neraca perdagangan Minyak dan Gas (Migas) dari ekonom Senior Kwik Kian Gie dan Anggito Abimanyu.
Kwik Kian Gie yang merupakan mantan Menteri Koordinator Perekonomian itu meragukan alasan pemerintah menaikkan harga BBM untuk menyelamatkan APBN dari defisit. Dia pun telah menghitung anggaran pemerintah dalam lembar APBN. Hasilnya, bila harga BBM tak dinaikkan, APBN akan memiliki sisa kurang lebih Rp 97 triliun.
Dia mengaku sanggup mempertahankan perhitungan tersebut bila memang diperlukan. Kwik menambahkan, bila pembatalan kenaikan tidak segera dilakukan, bukan tidak mungkin perekonomian akan semakin merosot dan situasi keamanan dalam negeri cenderung kacau.
Berikut 9 analisa Kwik Kian Gie yang dikonfirmasi oleh Anggito Abimanyu, soal manipulasi pemerintah dalam hal bisnis BBM di Indonesia:
1. Pertamina memperoleh hasil penjualan BBM premium sebesar 63 Miliar liter.
2. Pertamina harus impor dari Pasar Internasional Rp 149,887 T
3. Pertamina membeli dari Pemerintah Rp224,546 T
4. Pertamina mengeluarkan uang untuk LRT 63 Miliar Liter @Rp.566,- = Rp35,658 T
5. Jumlah pengeluaran Pertamina Rp410,091 T
6. Pertamina kekurangan uang, maka Pemerintah yang membayar kekurangan ini yang di Indonesia pembayaran kekurangan ini di sebut "subsidi".
7. Kekurangan yang dibayar pemerintah (SUBSIDI) = Jumlah pengeluaran Pertamina dikurangi dengan hasil penjualan Pertamina BBM kebutuhan di Indonesia
= Rp410,091 T – Rp283, 5 T = Rp126,591 T
8. Tapi ingat, Pemerintah juga memperoleh hasil penjualan juga kepada Pertamina (karena Pertamina juga membeli dari pemerintah) sebesar Rp. 224,546 T. Poin kedelapan inilah yang dianggap tidak pernah disampaikan pemerintah kepada masyarakat.
9. Maka kesimpulannya adalah pemerintah malah kelebihan uang, yaitu sebesar perolehan hasil penjualan ke Pertamina – kekurangan yang dibayar Pemerintah (subsidi)
= Rp224,546 T – Rp 126,591 T
= Rp97,955 T
Dalam analisa tersebut, membuktikan bahwa APBN tidak jebol, justru yang menjadi pertanyaan dimana sisa uang keuntungan SBY menjual BBM sebesar Rp. 97,955 Triliun?
Pernyataan dan perhitungan Kwik tersebut secara resmi disampaikan dalam acara Jakarta Lawyer Club dan disiarkan langsung di televisi. Sementara Anggito juga mengkonfirmasi bahwa terdapat surplus operasi migas dalam APBN 2012 namun ia kemudian merevisi pernyataannya dengan menyebutkan surplus tersebut menurun manakala terjadi kenaikan harga minyak dunia.
Kutipan di atas sengaja saya posting di sini silakan para pejabat mengoreksinya bila keliru, bila benar mereka harus membatalkan rencana kenaikan harga BBM.
Sabtu, 24 Maret 2012
Kesalahan Paradigmatis Yang Mendasari BLT
YOGYAKARTA--MICOM: Penaikan harga BBM dipastikan akan memicu kenaikan harga bahan kebutuhan pokok hingga mencapai 23,2%. "Itu dengan asumsi penaikan harga BBM Rp1.500 per liter," kata Direktur Mubyarto Institute Universitas Gadjah Mada Dr Fahmy Ridha MBA, Rabu (21/3).
Dalam seminar tentang BBM di kampus setempat, Fahmy mengungkapkan penaikan harga BBM itu secara signifikan akan memberikan dampak negatif terhadap kesejahteraan rakyat, terutama rakyat miskin. Bahkan, mungkin meningkatkan akselerasi pemiskinan rakyat.
Rakyat miskin tidak terkena dampak langsung penaikan harga BBM, karena bukan konsumen utama. Namun, mereka pasti terimbas, penaikan harga BBM Rp1.500 per liter akan memicu kenaikan inflasi 0,9 persen. "Selama 2012 inflasi akan 6,8 persen."
Kontribusi terbesar dari inflasi itu, berasal dari sektor transportasi. Karena itu, akan berimbas pada kenaikan harga kebutuhan pokok. Kenaikan harga kebutuhan pokok sekaligus menurunkan daya beli rakyat. Dampaknya, meningkatkan jumlah orang miskin 4,5 juta jiwa.
"Belum termasuk kelompok rentan miskin, yang dipastikan akan masuk menjadi orang miskin," katanya. (OL-11)
FEATURES: