Kamis, 29 Oktober 2009

Di Mana Posisi Kaum Muda Dalam Perubahan Kini?

Peran kaum muda dalam perubahan sering tidak bisa diabaikan. Sumpah pemuda yang kita peringati setiap tanggal 28 Oktober merupakan salah satu bukti peran tersebut. Semangat, keberanian, dan intelektualitas muda mendobrak kebuntuan dan status quo yang tidak adil. Demikian juga pemuda-pemuda anak jaman 81 tahun yang lalu menyatakan sumpahnya untuk bertanah air satu yaitu Indonesia, berbangsa satu yaitu bangsa Indonesia, dan berbahasa satu bahasa Indonesia. Peristiwa ini mendorong persatuan dan kemerdekaan Indonesia.

Kini situasi dan kondisi berbeda dengan 81 tahun yang lalu. Kini Bahasa Indonesia termasuk bahasa ketiga terbanyak yang dipakai oleh blog worpress di bawah bahasa Inggris dan Spanyol, di mana Indonesia adalah satu-satunya negara yang bukan penjajah. Di tengah kegembiraan seperti ini memang masih ada keprihatinan dengan adanya ideologi radikal dari luar yang menafikan Indonesia sebagai tanah airnya. Kita berharap agar para penganut ideologi radikal itu bertobat. Memang sejarah mencatat bahwa karena posisi geografisnya yang strategis dan tanahnya yang subur Indonesia banyak didatangi orang luar, tidak sedikit yang bermotif ekonomi. Ada yang datang ke Indonesia karena di negaranya sedang terjadi revolusi besar dimana mencari kekayaan pribadi dilarang atau di negaranya mencari rejeki begitu sulit karena sistem yang amat sangat feodal di tengah tanah yang gersang Mereka yang datang dan sudah menjadi WNI seharusnya menghargai sejarah persatuan Indonesia sebagaimana dicetuskan para pemuda dalam Sumpah Pemuda juga menghargai sejarah terbentuknya NKRI dan Pancasila dengan Bhineka Tunggal Ika-nya sebagai konsensus nasional yang sudah final.

Kaum muda kini menghadapi tantangan yang berbeda meskipun ada kemiripan dimana kurang-lebih 80 tahun lalu AS dilanda depresi besar. Perubahan ke arah yang lebih baik membutuhkan kaum muda. Krisis ekonomi global dan krisis kapitalisme mendorong kaum muda untuk berpikir kritis dan kreatif tanpa harus menghancurkan Persatuan Indonesia dan tanpa harus mengubah konsensus nasional sebagaimana disebut di atas. Biososioekonomi menawarkan perubahan ke arah yang lebih baik, lebih stabil, lebih adil-sejahtera dalam harmoni dengan alam dan lingkungan hidup. Namun tantangan biososioekonomi juga ada yaitu yang berasal dari status quo. Oleh karena itu biososioekonomi membutuhkan banyak kaum muda yang berani, cerdas, dan mau berjuang dalam jalan damai. Itu diperlukan untuk mengkritik, mengembangkan, ataupun menyebarluaskan biososioekonomi. Kalau biososioekonomi salah tunjukkan letak salahnya, kalau benar bergabunglah untuk mengembangkan dan menyebarluaskannya.

Kaum muda perlu menyadari bahwa kegagalan reformasi 1998 (dimana kaum muda punya peran besar) terjadi antara lain karena gerakan reformasi tidak memiliki konsep untuk ditawarkan sebagai solusi. Teori biososioekonomi yang baru terbit tahun 2004 belum dikenal sama sekali waktu itu. Neoklasik masih bercokol sebagai status quo padahal dalam paradigma neoklasik memperbaiki satu segi berarti memperburuk segi lain. Ini berbeda dengan paradigma biososioekonomi yang menawarkan perbaikan serentak.

Pada awal saya memperjuangkan biososioekonomi justru dari kaum tua sambutan itu datang (antara lain dari Prof. Dr. Mubyarto) sementara yang muda-muda justru masih takut-takut. Memang memprihatinkan kalau kondisi ini berlanjut. Padahal yang muda justru dituntut untuk lebih berani. Kondisi krisis dan kelaparan yang mengancam satu miliar penduduk bumi seharusnya mengetuk hati kaum muda untuk berani berjuang bersama biososioekonomi tanpa harus mengorbankan sikap kritisnya kalau biososioekonomi salah.

Jumat, 23 Oktober 2009

Peningkatan Pendapatan dan Aset Publik yang Akan Membebaskan Rakyat dari Penderitaan

Dalam paradigma konvensional (neoklasik atau keynesian), pertumbuhan PDB dijadikan obsesi agar rakyat terbebas dari penderitaan ekonomi. Paradigma seperti ini masih dipakai Kabinet Indonesia Bersatu II dalam langkahnya mengelola perekonomian (Kompas 23 Oktober 2009 hlm 1). Paradigma sering membelenggu pikiran manusia secara psikologis sehingga penjelasan yang rasional dan accountable malah diabaikan.

Padahal secara akuntansi dapat dipahami bahwa peningkatan kesejahteraan rakyat dalam situasi seperti sekarang ini bisa terwujud kalau terjadi peningkatan pendapatan dan aset publik (negara dan masyarakat) sebagaimana dijelaskan oleh teori ekonomi makro biososioekonomi yaitu peningkatan pendapatan dari pajak, derma, dan daur ulang kekayaan individu. Ketika perekonomian berada pada masa transisi antara perekonomian konvensional menuju biososioekonomi, memang akan terjadi peningkatan PDB di negara-negara berkembang. Tetapi dalam paradigma biososioekonomi peningkatan PDB tidak dijadikan obsesi. Justru ketika implementasi dan aplikasi biososioekonomi sudah merata dan mapan di seluruh dunia, peningkatan PDB harus ditekan serendah mungkin mendekati nol persen

Dalam karya tulis pengentasan kemiskinan 2005 ("Mengentaskan Kemiskinan dengan Paradigma Baru Demokrasi Ekonomi")saya mengingatkan bahwa bila laba atau kekayaan tidak dikembalikan kepada konsumen (semua orang) maka daya beli rakyat akan anjlok. Kalau Indonesia untuk sementara bisa lolos terkaman krisis ekonomi global 2008, salah satu alasannya karena konsumsi domestik.

Apa yang dikatakan pemulihan ekonomi oleh paradigma konvensional bukan berarti rakyat akan segera bebas penderitaan ekonomi karena ciri paradigma neoklasik (juga keynesian) adalah suatu perbaikan yang sifatnya parsial atau sektoral tidak bisa serentak, maka peningkatan pertumbuhan PDB pun dibayangi kenaikan harga minyak. Selain itu inflasi yang disebabkan defisit atau pencetakan uang dan utang membayang di ujung sana. Memperbaiki satu segi berarti memperburuk segi lain, itulah neoklasik.

Semoga perbedaan paradigma ini dipahami, agar rakyat tidak menanggung beban yang semakin berat.

Selasa, 20 Oktober 2009

Menjaga dan Berjaga-jaga Selama 5 Tahun Ke Depan

Pemenang Pilpres 2009 akan segera dilantik tanggal 20 Oktober 2009 ini. Sejumlah menteri telah disiapkan untuk membantu tugas Presiden RI selama 5 tahun ke depan. Saya pribadi mengucapkan selamat bertugas bagi pemerintahan ini.

Sebagai bagian dari anak bangsa saya berharap kepada semua pihak untuk menjadi negarawan yang baik dan sekaligus juga anggota masyarakat yang baik. Kita semua harus menjaga, yang pertama menjaga NKRI dan pemerintahannya yaitu pemenang Pilpres 2009 agar pemerintah ini tidak diganggu tindakan anarkis yang inkonstitusional. Sebagaimana pernah terjadi pada pemenang Pilpres 2004 pernah diganggu gerakan cabut mandat namun karena kedewasaan dan sikap rasional berbagai pihak kita bisa menjaga pemerintahan hasil pilpres 2004 sampai berakhir masa jabatannya. Tak lupa pula kita harus menjaga NKRI yang notabene adalah negara demokrasi modern berdasar hukum, Pancasila yang menghargai pluralitas, dan menjamin hak-hak asasi manusia. Dalam hal ini juga kita harus menjaga agar jabatan presiden maksimum hanya dua periode sesuai konstitusi.

Yang kedua, yang tak kalah pentingya adalah menjaga terwujudnya kesejahteraan publik dan kepentingan publik, bukan kepentingan privat atau partikular. Ini berarti kita mengutamakan kesejahteraan rakyat banyak dan kepentingan umum lainnya. Oleh karena itu suatu kritik atau oposisi yang konstruktif tetap diperlukan sebagai checks dan balances dalam sistem yang demokratis. Suatu kritik tidak ditujukan untuk menjatuhkan pemerintahan tetapi menjaga agar kepentingan publik dan kesejahteraan publik tidak diabaikan. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian perlu bekerjasama dengan civil society untuk menghadapi ancaman, persoalan, dan tantangan sosial ekonomi yang berat kini dan yang akan datang. Pemerintah harus benar-benar bekerja bukan sekedar menggelembungkan citranya agar tampak baik.

Sebagaimana saya sampaikan dalam blog ini pada saat Obama terpilih menjadi Presiden AS maka dalam postingan saya kali ini, perlu saya ingatkan bahwa pergantian pemerintahan saja tidak cukup. Juga pernah saya tulis di blog ini bahwa perubahan besar yang tidak menyakitkan bisa terjadi kalau masing-masing orang pada jabatan dan kapasitasnya masing-masing merubah paradigmanya sejalan dengan biososioekonomi. Perubahan akan menyakitkan kalau harus mengganti pejabat tertentu. Oleh karena itu perubahan paradigma jauh lebih penting dari pada pergantian pemerintahan. Biososioekonomi merupakan keniscayaan untuk hidup lebih adil dan sejahtera dalam persahabatan dan harmoni dengan alam dan lingkungan hidup. Oleh karena itu perubahan paradigma yang saya maksud adalah perubahan ke arah yang lebih terbuka dan akomodatif terhadap teori ekonomi makro biosoioekonomi.

Sebagaimana postingan berlabel spiritual, postingan ini juga jangan dibaca dengan kacamata eksakta seperti membaca peringatan BMKG. Namun demikian saya tetap memperingatkan bahwa kita selain menjaga hal-hal yang saya sebutkan di atas juga perlu berjaga-jaga dan waspada. Sudah sering terjadi ketika biososioekonomi dibuang atau ditenggelamkan biasanya diikuti suatu kejadian seperti gempa bumi. Pengalaman saya memperjuangkan biososioekonomi sudah lebih dari 5 tahun meskipun usia blog ini baru setahun. Peringatan ini bukan dimaksud untuk meresahkan masyarakat tetapi agar kita waspada dan berjaga-jaga Semua peringatan yang telah saya sampaikan dalam blog ini (berlabel spiritual atau pengalaman spiritual) tetap berlaku. Beberapa artikel yang telah saya posting di blog ini mohon bibaca kembali antara lain: (1)"Peringatan dan Pesan untuk Orang Jawa" (2)"Perspektif Spiritual Pilpres 2009" (3)"Apakah Anda akan Membuang Biososioekonomi Juga?" dll

Demikian perlu saya sampaikan. TUHAN memberkati kita semua.




Kamis, 15 Oktober 2009

Bunga dan Tingkat Konsumsi dalam Paradigma Biososioekonomi

Kebanyakan rakyat membeli rumah dengan cara kredit pemilikan rumah (KPR). Jumlah dana yang dipinjam melalui KPR bisa mencapai 80 sampai dengan 90% dari kebutuhan dana untuk membeli rumah. Hal semacam ini dianggap wajar. Tak ada upaya untuk mengubahnya.

Dalam perekonomian konvensional (yang mengaplikasikan teori ekonomi neoklasik atau keynesian) kekayaan mengalir dari orang miskin kepada pemilik modal antara lain melalui bunga bank seperti itu. Kalau kita cukup kritis seharusnya tidak menganggap wajar hal-hal seperti itu, yang adalah suatu ketidakadilan. Dalam paradigma biososioekonomi, kekayaan daur ulang terdistribusi selain melalui bunga bank juga melalui laba usaha di sektor riil dan melalui jaminan sosial seperti untuk pendidikan, kesehatan, dan pangan (food stamps atau biaya untuk kebijakan ketahanan pangan). Dengan beasiswa ala biososioekonomi semua anak usia sekolah bisa menabung dengan bunga yang baik yang bisa dikatakan sebagai profit sharing atau redistribusi kekayaan individu sedemikian sehingga setelah lulus S1 bisa menggunakan tabungannya untuk membeli rumah atau membuka usaha. Dalam paradigma biososioekonomi ini dana yang dipinjam melalui KPR tidak perlu besar. Dalam paradigma konvensional kekayaan mengalir dari orang miskin kepada pemilik modal antara lain melalui bunga kredit, sementara dalam paradigma biososioekonomi kekayaan mengalir atau terdistribusi kepada semua orang antara lain melalui bunga tabungan atau deposito.

Dalam paradigma biososioekonomi kalau tingkat konsumsi rendah kekayaan daur ulang akan terdistribusi melalui bunga bank serta terjadi peningkatan tabungan anggota masyarakat. Tingkat konsumsi yang rendah yang terjadi pada perekonomian konvensional (neoklasik dan keynesian) sering menjadi indikator kelesuan ekonomi atau merosotnya kesejahteraan. Bahkan dalam pradigma konvensional ini penurunan konsumsi bisa menyebabkan meluasnya pengangguran.

Akan tetapi dalam paradigma biososioekonomi, rendahnya tingkat konsumsi bukan berarti indikator rendahnya kesejahteraan anggota masyarakat. Rendahnya konsumsi pada paradigma biososioekonomi bisa terjadi karena anggota masyarakat lebih suka menabung entah karena alasan ekonomi dimana bunga tabungan jauh lebih besar dari inflasi, karena alasan religius, atau karena alasan ekologis dimana anggota masyarakat sadar bahwa tingkat konsumsi tinggi akan membebani alam. Tingkat konsumsi rendah dalam paradigma biososioekonomi tidak akan menyebabkan meluasnya kesengsaraan rakyat. Kesejahteraan tetap terjaga dengan daur ulang dan redistribusi kekayaan pribadi.

Sabtu, 10 Oktober 2009

Cara Mudah Belajar Ekonomi (2)

Oleh: Hani Putranto

Kalau pada artikel pertama kita belajar ekonomi dengan membedah dan menganalisa unit-unit ekonomi dengan bantuan akuntansi maka dalam artikel kedua ini kita akan mempelajari bagaimana harga terbentuk dengan adanya interaksi kepentingan antar unit ekonomi. Dan khusus bagi unit ekonomi publik, bagaimana sikap yang harus diambil para pemangku kepentingan unit ekonomi ini terhadap perubahan harga.

Harga barang dan jasa terbentuk akibat dari adanya penawaran dan permintaan. Kurva penawaran dan permintaan sudah umum dikenal dalam teori ekonomi. Kurva itu bisa bersifat individual ataupun agregat yang merupakan penjumlahan penawaran dan permintaan individual. Tetapi baik yang individual maupun agregat tidak memasukkan unsur waktu sebagai variabel. Sebenarnya kalau mau memasukkan waktu bisa saja, hanya saja kurvanya menjadi tidak sederhana. Inilah mekanisme pasar yaitu adanya tarik menarik atau interaksi kepentingan antar unit ekonomi. Selain karena perubahan penwaran atau permintaan, harga bisa juga berubah karena perubahan atau pergeseran titik keseimbangan.

Naik turunnya harga sebenarnya tidak bisa menjadi indikator sehat tidaknya unit ekonomi publik. Harga yang stabil memang baik tetapi itu belum tentu fundamental makro ekonomi atau fundamental unit ekonomi publik juga baik. Sehat tidaknya unit ekonomi publik harus dibedah dengan bantuan akuntansi seperti dijelaskan dalam artikel pertama.

Namun demikian para pemangku kepentingan publik yang mengelola unit ekonomi publik sebisa mungkin menjaga agar tidak terjadi pergeseran titik keseimbangan sehingga harga relatif stabil, dan tidak berubah dalam jangka panjang. Menggunakan kurva penawaran-permintaan agregat saja tidak cukup untuk dipakai pedoman mempertahankan keseimbangan yang berjangka panjang mengingat kurva itu tidak memasukkan unsur waktu. Pertumbuhan populasi penduduk dan pertumbuhan PDB bisa menggeser titik keseimbangan kurva.

Untuk mempertahankan agar titik keseimbangan tidak bergeser seiring berjalannya waktu maka para pemangku dan pengelola unit ekonomi publik harus melakukan hal-hal berikut. Pertama, mempertahankan pertumbuhan populasi penduduk dan pertumbuhan PDB nol persen. Adanya dinamika teknologi memang akan menyulitkan upaya mempertahankan angka pertumbuhan PDB nol persen untuk jangka waktu lama, tetapi paling tidak angka pertumbuhan PDB harus ditekan mendekati nol persen. Memang menurut paradigma konvensional (neoklasik dan keynesian) pertumbuhan PDB nol persen berarti krisis sedang terjadi, akan tetapi menurut teori ekonomi makro biososioekonomi pertumbuhan PDB nol persen bukan suatu krisis kalau aset publik sama atau lebih besar dari liabilitas publik sebagaimana dijelaskan dalam artikel pertama.

Kedua, para pemangku kepentingan dan pengelola unit ekonomi publik perlu juga menjaga agar suplai energi stabil atau menggunakan sumber energi terbarukan atau menggunakan sumber energi tak terbarukan tetapi jangka waktu habisnya panjang seperti energi matahari. Terhambatnya atau kurangnya suplai energi akan menyebabkan kenaikan harga barang-barang lain yang menyengsarakan rakyat kebanyakan.

Ketiga, perlunya melakukan daur ulang kekayaan individu dan peningkatan derma seperti dijelaskan teori biososioekonomi. Mekanisme daur ulang (kadang saya sebut mekanisme herucakra) merupakan mekanisme non pasar yang akan mempertahankan dan menjaga keseimbangan yang berjangka panjang. Kekayaan daur ulang adalah kekayaan yang tidak diwariskan kepada keturunan pemilik kekayaan tetapi dihibahkan kepada publik untuk membayar laba, bunga, dan jaminan sosial (pendidikan, kesehatan, foodstamps/kebijakan ketahanan pangan).

Dengan daur ulang kekayaan, bank sentral tidak perlu lagi mencetak uang. Demikian juga pemerintah tidak perlu berhutang atau menerbitkan obligasi. Depresiasi permanen mata uang terjadi karena liabilitas publik lebih besar dari asetnya sebagai akibat tidak adanya daur ulang kekayaan pribadi. Mekanisme daur ulang kekayaan pribadi sesuai hukum alam yang universal. Bayangkan hal ini seperti kolam renang. Kalau setiap minggu kolam renang dikuras kemudian airnya dibuang dan untuk mengisinya kembali harus menyedot lagi air tanah, betapa borosnya. Mekanisme daur ulang merupakan mekanisme yang efisien untuk mengelola sumber daya publik yang memang langka.

Kekayaan daur ulang itu perlu dikelola dengan memperhatikan kaidah biososioekonomi (bioekonomi). Distribusi kekayaan daur ulang dalam waktu sekejap akan menyebabkan aset publik ini menjadi aset individu dalam sekejap pula, dimana menurut teori biososioekonomi semua milik individu adalah liabilitas. Distribusi sekejap ini akan membuat liabilitas publik tetap lebih besar dari asetnya. Kekayaan daur ulang sebaiknya habis terdistribusi sesuai decompostion time-nya (misal 40 tahun). Ingat definisi aset adalah yang menghasilkan waktu seperti dijelaskan dalam artikel pertama.

Sebagai gambaran, berikut ini saya kutipkan dari buku saya Herucakra Society Jalan Ketiga Ekonomi Dunia halaman 21-22. "Kalau seorang donatur mengakumulasikan kekayaannya dalam waktu 40 tahun, dari usia 25 tahun sampai 65 tahun, maka kekayaan daur ulangnya juga harus habis dalam waktu 40 tahun. Demikian juga aset-aset yang tidak berujud mata uang (lokal) juga harus terdekomposisi sedikit demi sedikit dalam waktu 0-35 tahun. Seseorang donatur yang memiliki aset atau kekayaan 17 unit properti bisa menjualnya satu unit per dua tahun sehingga propertinya habis terjual setelah tahun ke-35. Demikian juga valasnya. Jika donatur tersebut memiliki US $ 7.000.000,00 maka setiap tahun bisa dijual US $200.000,00. Penjualan berdasarkan kerangka waktu atau jadwal yang ditetapkan donatur dalam testamennya. Penjualan tidak masalah berapa pun harga pasar properti dan harga valas saat jatuh tempo"

Kalau pertumbuhan PDB nol persen, pertumbuhan populasi penduduk nol persen, dan kekayaan pribadi didaur ulang seperti harapan biososioekonomi maka seharusnya harga properti tidak perlu naik, karena tidak ada peningkatan permintaan kebutuhan riil. Kalau harganya naik, hal itu terjadi karena adanya spekulasi. Kalau bisosioekonomi diterapkan, properti tidak lagi dijadikan instrumen investasi atau spekulasi, sehingga semua orang terjamin tempat tinggalnya. Dalam paradigma biosioekonomi semua orang bisa bertambah kekayaannya tanpa harus melakukan spekulasi atau investasi beresiko.

Inti dari artikel ini adalah bahwa adanya tarik-menarik kepentingan antar unit ekonomi akan membentuk harga sesuai mekanisme pasar dan kurva penawaran-permintaan. Akan tetapi para pemangku dan pengelola unit ekonomi publik harus mempertahankan titik keseimbangan tidak bergeser untuk menjamin kesejahteraan publik dengan tidak berubahnya harga-harga barang dan jasa termasuk dalam hal ini mencegah depresiasi permanen mata uang atau mencegah inflasi.

Minggu, 04 Oktober 2009

Cara Mudah Belajar Ekonomi (1)

Oleh: Hani Putranto

KTT negara-negara G-20 di Pittsburgh AS telah berakhir dan menghasilkan kesepakatan bersama bahwa kelompok G-20 menggantikan kelompok G-8 dalam forum kerjasama ekonomi global. Hasil itu telah mendapat banyak komentar atau tanggapan termasuk opini yang dimuat di media cetak.

Postingan saya kali ini berkaitan dengan ekonomi sebagai ilmu dan teori serta bagaimana kita bisa mempelajarinya secara mudah tetapi tajam dan tepat tidak rancu. Harapan saya agar banyak orang bisa memahami ekonomi dengan baik dan tepat sehingga bisa ikut memantau kebijakan yang diambil pejabat pemerintah dan pemangku kepentingan publik lainnya. Segala kritik dan saran atas postingan kali ini akan saya terima dengan hati dan pikiran terbuka.

Pembahasan ini saya bagi menjadi 2 postingan. Yang pertama berkaitan dengan pendapatan dan aset (kekayaan) bagi suatu unit ekonomi. Dan yang kedua mengenai harga barang dan jasa yang akan saya sampaikan dalam postingan yang akan datang.

Kita bisa belajar ekonomi lebih mudah kalau kembali ke makna dasar ekonomi. Kata "ekonomi" berasal dari bahasa Yunani economos, yang berarti 'seseorang yang mengelola' atau 'yang disebut pengurus atau pelayan' (Curry, Jeffry Edmund, MBA, PhD. Memahami Ekonomi Internasional, PPM, Jakarta, 2001, terj. Dari Short Course "International Economics" World Trade Press, 2000). Untuk bisa mengelola, kita harus tahu dan fokus pada sudut pandang kepentingannya. Satuan yang memiliki kepentingan yang sama perlu dikelompokkan dalam suatu unit, yang saya namakan unit ekonomi. Unit ekonomi itu bisa berupa individu (rumah tangga), kelompok, dan publik. Perusahaan baik manufaktur atau perbankan termasuk unit ekonomi kelompok, demikian juga klan(dinasti). Bahkan dalam tataran global negara pun termasuk unit ekonomi kelompok, meskipun dalam tataran nasional termasuk unit ekonomi publik. Demikian juga dengan koperasi, termasuk unit ekonomi kelompok karena koperasi bekerja hanya untuk kepentingan anggotanya saja. Sementara yang bisa dimasukkan dalam kategori unit ekonomi publik adalah masyarakat.

Mengapa sudut pandang kepentingan ini perlu? Karena dalam ekonomi itu ada keterkaitan yang bisa berlawanan. Pemasukan bagi satu unit ekonomi bisa jadi merupakan pengeluaran bagi unit ekonomi yang lain. Demikian juga kekayaan bagi unit ekonomi yang satu bisa berarti liabilitas bagi unit ekonomi lain. Atau pemborosan bagi yang satu bisa berarti efisiensi bagi yang lain. Juga pendapatan bagi seseorang (individu) bisa berarti pengeluaran bagi orang lain. Dengan fokus dan mengetahui sudut pandang kepentingannya ini, kita bisa mengelola dengan baik suatu unit ekonomi apakah itu individu, kelompok, atau publik. Teori ekonomi makro biososioekonomi yang saya rumuskan termasuk teori ekonomi publik yang memberikan pedoman untuk mengelola unit ekonomi publik.

Dalam postingan kali ini banyak berkaitan dengan akuntansi. Meskipun postingan ini tidak dimaksudkan untuk mendidik seseorang menjadi akuntan (profesional) akan tetapi hal-hal yang mendasar mengenai akuntansi itu perlu diketahui banyak orang (publik) agar kita tidak dibodohi.

Dalam mengelola suatu unit ekonomi perlulah kiranya mengetahui pendapatan dan pengeluaran unit ekonomi itu. Beberapa ekonom memasukkan hutang sebagai suatu pendapatan. Tetapi saya tidak setuju, yang saya maksud pendapatan adalah pendapatan riil saat ini. Bukan pendapatan nanti, hutang adalah pendapatan di masa yang akan datang dimana masa akan datang itu tidak mudah diprediksi apalagi dalam situasi chaos dimana pendapatan bisa melambung atau lenyap. Untuk lebih aman dan pasti, maka harus ada kedisiplinan dan konsistensi dengan menggunakan dasar perhitungan pendapatan riil saat ini. Ini berlaku untuk semua unit ekonomi apakah individu, kelompok, atau publik.

Mengetahui pendapatan dan pengeluaran saja tidak cukup dalam mengelola suatu unit ekonomi karena pendapatan suatu unit ekonomi bisa saja besar tetapi tidak pernah menjadi aset atau kekayaan. Untuk itu perlu suatu neraca yang bisa menggambarkan besarnya aset dan liabilitas yang umum disebut rekening T. Rekening T bisa dibuat untuk unit ekonomi individu, kelompok, atau publik. Salah satu rekening T untuk publik adalah neraca yang saya namakan neraca herucakra society yang sudah dipublikasikan dan dapat dilihat di buku saya atau makalah saya yang ditampilkan situs Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM.

Seperti halnya pendapatan, definisi aset pun harus jelas. Robert T kiyosaki seorang guru investasi sekaligus pelaku bisnis dan investor, menggunakan rekening untuk menjelaskan kepada individu (rumah tangga) dalam mengelola dan mengembangkan kekayaannya. Dia mendefinisikan kekayaan dengan tepat dan sangat bagus yaitu:"jumlah hari dimana Anda bisa bertahan hidup tanpa bekerja secara fisik (atau tanpa siapapun dalam keluarga Anda bekerja secara fisik) dan tetap mempertahankan kehidupan Anda" (Kiyosaki, Robert T, 2001. The Cashflow Quadrant, Panduan Ayah Kaya Menuju Kebebasan Finansial, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 48). Kalau kita memiliki deposito Rp 15000.000,- dan biaya hidup kita adalah Rp 1.500.000,- per bulan berarti kekayaan kita adalah 300 hari atau sepuluh bulan. Sementara itu seorang karyawan berusia 25 tahun yang baru saja menerima pengangkatan sebagai karyawan tetap bukan berarti memiliki kekayaan 30 tahun (kalau peraturan usia pensiunnya 55 tahun). Surat pengangkatan itu bukan "menghasilkan" waktu tetapi menghasilkan kewajiban, kalau karyawan tersebut tidak bekerja satu bulan saja pasti dipecat. Dalam unit ekonomi publik, seperti disarankan teori ekonomi makro biososioekonomi, kekayaan alam seperti emas atau minyak di perut bumi tidak dimasukkan sebagai aset atau liabiliatas unit ekonomi manapun. Dimasukkan sebagai aset negara pun kurang tepat karena masih memerlukan waktu, modal, input teknologi, dan manajemen untuk memperolehnya. Definisi aset atau kekayaan adalah yang menghasilkan waktu bukan memerlukan waktu Kalau selama ini hal tersebut dianggap kekayaan negara hal itu karena pandangan politis bukan pandangan ekonomis (paling tidak teori ekonomi makro biososioekonomi menolaknya). Definisi tentang kekayaan ini sangat penting agar neraca aset-liabilitas atau rekening T ini bisa berfungsi maksimal sebagai pisau bedah analisis untuk mengetahui kesehatan unit ekonomi yang dikelola apakah individu, kelompok atau publik.

Dalam mengelola, kita harus memiliki integritas yang tinggi dengan unit ekonomi yang kita kelola karena apa yang oleh suatu unit ekonomi yang satu disebut aset, oleh unit ekonomi lain disebut liabilitas. Contohnya adalah deposito, bagi kita sebagai individu deposito milik kita adalah aset kita pribadi tetapi dalam tataran makro atau oleh unit ekonomi publik disebut liabilitas. Integritas dan kejelasan ini penting agar tidak rancu. Kita harus menegaskan unit ekonomi mana yang sedang kita kelola atau kita sedang bekerja untuk unit ekonomi mana.

Aset-aset itu berasal dari pendapatan tergantung unit ekonominya. Bagi perusahaan pendapatan diperoleh dari penjualan produk atau jasa yang diproduksinya. Bagi individu bisa berupa gaji, bunga bank, hasil reksadana, hasil investasi, bonus, hasil usaha, komisi, atau hal-hal lain seperti hadiah atau hibah. Bagi negara penghasilannya berupa pajak, laba BUMN, dan hibah. Sementara bagi publik (masyarakat) penghasilannya berupa derma dan daur ulang kekayaan sebagimana dijelaskan teori ekonomi makro biososioekonomi.

Krisis terjadi karena pendapatan bagi unit ekonomi itu kurang atau liabilitasnya lebih tinggi dari asetnya. Dalam tataran makro ekonomi atau unit ekonomi publik, liabilitas yang lebih tinggi dari aset terjadi karena total milik individu lebih tinggi daripada total milik publik (yang diperoleh dari pajak, derma dan daur ulang kekayaan individu). Itulah krisis dalam bahasa akuntansi. Sederhana kan?

Teori ekonomi neo klasik atau neo liberal adalah teori ekonomi yang rancu karena tujuannya mau mengelola ekonomi publik (makro) tapi prakteknya justru meningkatkan liabilitas publik dengan menggenjot PDB setinggi mungkin, padahal PDB adalah total pendapatan individual tahunan yang hanya sebagian kecil saja yang diabayarkan sebagai pajak dan derma.

Semoga postingan ini mencerahkan dan bermanfaat.

Kamis, 01 Oktober 2009

Turut Berbelasungkawa Atas Gempa Sumbar 30 September

Saya ikut berbelasungkawa yang sedalam-dalamnya atas terjadinya gempa Sumatra Barat yang terjadi 30 September 2009 sore hari

"Semoga yang meninggal mendapatkan tempat dan istirahat kekal dalam damai Tuhan. Tuhan memberi ketabahan bagi yang ditinggalkan. Semoga korban selamat yang masih terjebak di bawah reruntuhan diberi kekuatan, segera dievakuasi, dan disembuhkan luka-lukanya. Ya Tuhan berkatilah tangan-tangan yang menolong korban. Berilah kekuatan dan kesehatan."

Marilah kita membantu dengan menyumbangkan kemampuan atau sebagian harta milik kita.