Minggu, 25 Januari 2009

Ketika Rupiah dan Dollar Bertemu di Triple Six

Belum lama saya memasang papan pemantau popularitas postingan saya. Saya tidak memeriksanya setiap hari memang. Tetapi dari beberapa kali saya lihat, tulisan saya"Peringatan dan Pesan untuk Orang Jawa" termasuk yang kurang popular, meskipun saya telah memberi label khusus sehingga mudah ditemukan. Mungkin karena tulisan spiritual tersebut berisi peringatan dan hukuman sehingga tidak semua orang nyaman membacanya. Mungkin juga karena kebiasaan atau kecenderungan kita yang mempunyai keinginan tersembunyi: kalau bisa tidak ada hukuman, kalau bisa apa saja boleh dilakukan.

Namun demikian akan popular atau tidak suatu tulisan tetap akan saya sampaikan seandainya berisi informasi yang sangat penting untuk dibagikan. Idealnya memang informasi yang penting itu menjadi popular. Dalam kondisi tertentu kalau harus memilih, tidak popular pun tidak masalah bagi saya. Tidak sedikit informasi penting tidak diketahui publik, yang mengetahuinya hanya saya dan redaksi media konvensional. Misalnya sebelum gempa Yogya-Klaten, saya memberi peringatan akan adanya hukuman Tuhan melalui gempa, air, api atau bisul. Meskipun tulisan saya dimuat pada edisi 4 Juni 2006 tetapi hal-hal yang saya anggap penting itu dihilangkan oleh redaksi. Sangatlah tidak sehat kalau suatu informasi penting hanya diketahui oleh segelintir orang.

Sebagaimana postingan saya yang lain dalam blog ini, yang diberi label spiritual maka postingan ini pun seyogyanya tidak dibaca dengan kacamata eksakta seperti membaca peringatan dari BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) atau badan pengawas kegunungapian. Tulisan ini saya postingkan karena saya pribadi_secara spiritual_ mempercayai kebenarannya. Dan peristiwa-peristiwa yang dilaporkan media massa mendukung keyakinan saya itu.

Ketika harga emas masih sekitar Rp 267.000,- per gram, saya pernah menyampaikan peringatan kepada teman-teman dan kenalan saya. Apa yang terjadi kalau harga emas mencapai Rp 292.397,66 per gram? Ini bukan sekedar hitung-hitungan matematis, bukan klenik, bukan pula takhayul.

Begini penjelasannya. Dahulu kala ada seorang raja. Tidak penting siapapun namanya. Sebut saja Mr. X. Pendapatannya per tahun adalah 666 talenta emas (1 Raj 10:14). Berapa rupiahkah pendapatannya itu? Satu talenta emas sama dengan 3.000 syikal atau kurang lebih 34 kilogram (34,2Kg). Kalau harga emas Rp 292.397,66 per gram, maka 666 talenta emas sama dengan Rp6,66 trilyun. saat ini harga emas sudah melebihi itu (Rp 300.000-an). Dan kalau Rp 10.000,- sama dengan US $ 1 maka inilah yang akan terjadi: 666 talenta emas=Rp6,66 trilyun=666 juta Dollar AS!

Dari manakah raja itu memiliki kekayaan sebesar itu? Dari korupsi? Dari berdagang? Tidak! Tetapi dari warisan. Kita tidak hidup di massa 3.000 tahun lalu tetapi di tahun 2009 Masehi, di mana saat ini kita mengetahui bahwa triple six adalah kejahatan besar di mata Tuhan. Dan triple six itu berkaitan dengan pewarisan kekayaan berlimpah, secara nominal tidak harus mencapai Rp 6,66 triliun.

Apakah Tuhan akan menjatuhkan hukuman pada saat talenta emas, rupiah, dan dollar bertemu di titik triple six itu? Tidak ada orang yang tahu. Karena hal ini menyangkut batas waktu pertobatan yang menjadi wewenang mutlak Tuhan. Kita hanya bisa berjaga-jaga.

Ada sekelompok orang yang menduduki jabatan penting pada suatu institusi yang seharusnya melarang umat mengikuti triple six. Namun tidak melarangnya secara tegas.

Kita yang tidak termasuk triple six dan tidak melakukan hal-hal yang membuat Tuhan marah seperti yang saya uraikan dalam postingan "Peringatan dan Pesan untuk Orang Jawa" bisa berdoa mohon keselamatan seperti doa Raja Daud:"Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran!" Yang dimaksud keselamatan di sini adalah keselamatan di bumi. Terhindar dari hukuman yang dijatuhkan TUHAN ke bumi sehingga kita bisa memasuki jaman keemasan dimana kita hidup dalam damai sejahtera dan dalam terang Tuhan.

Kamis, 22 Januari 2009

Pertama Kali Saya Mengenal Kata Mataram...dan Mangir

Setiap orang memiliki pengalaman berbeda-beda ketika pertama kali mengenal kata mataram dan mangir. Sebagian orang mengenal kata itu ketika telah dewasa, sebagian lagi mengenalnya lewat pelajaran sejarah atau cerita ketoprak. Bayangan yang menyertai kedua kata itu tentu berbeda pada masing-masing orang.

Ketika membuat tulisan ini, saya harus mengingat-ingat kembali kapan saya pertama kali mengenal kedua kata tersebut. Yang jelas saya mengenalnya ketika saya masih kecil di bawah 10 tahun atau 5 tahun malah.

Mengenai kata mataram, saya agak kesulitan mengingatnya kapan pertama kali mengenalnya. Hal ini karena kata mataram telah menjadi realitas hidup sehari-hari sejak lahir dan masuk dalam alam bawah sadar. Sama seperti ikan, kalau saja ikan bisa berpikir dan bisa diajak berdialog pasti akan kesulitan kalau ditanya kapan pertama kali mengenal air. Air adalah realtas hidupnya sehari-hari.

Waktu saya kecil, setiap kali sebelum tidur, saya sering mendengar aneka dongeng atau cerita dari ayah saya Sumarji Siswosuwarno. Aneka cerita saya dengar, mulai dari cerita wayang, kancil, atau kisah nyata bagaimana desa kelahiran saya dibangun dari hutan belantara. Mungkin saat itu kata Merbau Mataram telah saya dengar.

Pada saat usia saya kurang lebih tiga tahun, saya beserta adik perempuan saya Ning, diajak berkunjung ke Yogyakarta. Saya tak bisa mengingat kata-kata apa yang diucapkan kepada saya. Mungkin kata-kata seperti ini yang diucapkan:"Ayo neng nJowo tilik Pakde Juki" (Ayo ke Jawa menengok Pakde Juki). Yang jelas kata-kata yang diucapkan tentu bukan ayo ke Mataram.

Selain menginap di Blunyah (Yogyakrta) tempat Pakde Juki tinggal, saya diajak pula ke Mangir (Kab. Bantul). Mungkin kata-kata yang diucapkan kepada saya adalah:"Ayo...neng Mangir, tilik mBah." Tentu yang dimaksud bukan kakek-nenek kandung, tetapi kakak-kakaknya kakek-nenek. Saya tidak ingat benar telah mendengar kata mangir waktu itu. Yang saya ingat adalah suatu pemandangan yang bagi anak kecil sangat luar biasa karena pemandangan itu tak pernah saya jumpai di desa kelahiran saya. Pemandangan yang luar biasa itu adalah pemandangan tentang Kali Progo yang besar dan airnya melimpah.

Setelah saya bisa membaca dan menulis tentu pengalaman saya bertambah. Kakek saya, Panggiyo Suwarno, adalah seorang Kepala Dusun. Di tempat kami disebut kepala suku. Kepala Dusun Hargo Binangun di bawah Desa Merbau Mataram. Pada saat menjelang perayaan RI 17 Agustus punya kesibukan menggerakkan orang-orang dusun untuk membuat gapura. Sehingga saya secara visual, saya juga bisa membaca dan menangkap kata-kata Merbau Mataram pada gapura. Merbau Mataram adalah nama tempat di mana saya lahir dan menghabiskan masa kecil saya.

Karena SD Hargo Binangun tempat saya sekolah ditutup maka pada saat menginjak kelas 3, saya pindah ke SDN Mataram 1 (demikian nama SD itu disebut seperti tertulis dalam ijazah saya). Pengalaman saya bertambah. Mataram adalah nama sekolah tempat saya belajar. Selain membaca dari papan nama sekolah, saya membaca dari kaos olah raga yang dikenakan teman-teman atau kakak-kakak kelas sewaktu melakukan kegiatan olah raga atau Senam Pagi Indonesia.

Jadi, Mataram yang saya kenal pertama kali adalah tempat atau desa (Merbau Mataram) di mana sudut-sudut desa itu dihiasi kebun singkong, sawah tempat saya mancing dan mencari ikan, ladang, bahkan juga ilalang di mana saya kadang-kadang bisa menemukan sarang burung terkuak (srimbombok) yang indah beserta telurnya. Selain itu Mataram adalah sebuah sekolah dimana saya belajar yang juga dikelilingi kebun singkong milik sekolah. Itulah pengenalan dan pengakraban saya dengan kata mataram di mata seorang bocah.

Mengenai kata mangir, karena di desa kami tidak ada tempat dengan nama itu maka kata mangir hanya saya dengar kadang-kadang. Meskipun terdengar kadang-kadang, tetapi mempunyai kesan tersendiri karena biasanya kata mangir diucapkan kalau ada kerabat datang dari Mangir bawa oleh-oleh seperti geplak atau kalau mBah Panggiyo baru saja pulang dari Mangir, juga bawa oleh-oleh.

Baru ketika saya duduk di bangku kelas 4 saya tahu bahwa ternyata Mataram itu adalah nama kerajaan di masa lalu. Itu dari pelajaran sejarah yang mengisahkan Kerajaan Pajang dengan tokohnya Joko Tingkir dan Mataram....



Sabtu, 17 Januari 2009

Tidak Antisipatif Menghadapi Overinvestment

Tahun 2009 sudah berjalan dua pekan. Dalam dua pekan ini tampak kebijakan yang diambil otoritas fiskal dan moneter tidak antisipatif dengan adanya overinvestment yang notabene adalah akar krisis ekonomi global. Sebagian pejabat pemerintah mengatakan bahwa kita aman karena jauh dari pusat tsunami keuangan global.

Sebelum Kwik Kian Gie (dalam Koran Internet) mengulas masalah krisis keuangan global dan menunjukkan adanya overinvestment di Indonesia, tulisan-tulisan saya di blog ini sudah mengingatkan adanya gejala overinvestment tidak hanya di Indonesia tetapi juga secara global. Misalnya dalam postingan saya yang berjudul:"Peringatan dan Pesan untuk Orang Jawa." Apa yang saya maksud dengan overinvestment tentu agak berbeda dengan overinvestment dalam textbook ekonomi pada umumnya. Overinvestment dalam paradigma biososioekonomi bukan hanya terjadi akibat investasi besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan (besar) tetapi juga oleh perorangan baik besar maupun kecil. Oleh karena itu tabungan dan deposito juga dianggap sebagai investasi. Seseorang yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menggunakan pesangonnnya untuk menjadi pedagang kaki lima (PKL) juga disebut melakukan investasi. Overinvestment tidak hanya bisa terjadi pada manufaktur atau perkebunan besar, tetapi juga pada sektor informal karena banyaknya pelaku yang masuk sektor informal itu sebagai akibat PHK besar-besaran.

Gejala yang bisa dilihat untuk menandai adanya overinvestment adalah jatuhnya laba atau bunga. Jatuhnya indeks harga saham global merupakan salah satu indikator jatuhnya laba. Jatuhnya suku bunga deposito bank juga bisa menjadi indikator adanya overinvestment. Tentu yang dimaksud dengan jatuhnya suku bunga deposito ini bukan berarti suku bunga turun mendekati nol persen, tetapi secara riil mendekati nol atau minus karena sama atau lebih kecil dari tingkat inflasi. Di Indonesia meskipun suku bunga deposito secara nominal masih tinggi tetapi bila dikoreksi dengan tingkat inflasi maka hasil riilnya nol. Beberapa bank malah bunga riilnya minus.

Karena akar permasalahannya adalah overinvestment maka solusinya tidak bisa diatasi dengan investasi ekonomi seperti pengucuran kredit perbankan ke berbagai bidang usaha. Suku bunga rendah di AS juga menjadi pemicu terjadinya bencana sub prime mortgage. Suku bunga rendah membuat banyak orang (rumah tangga) dan perusahaan berhutang. Kredit bank diobral.

Tidak hanya otoritas fiskal dan moneter yang tidak antisipatif terhadap overinvestment. Sebagian pengamat yang dikutip media konvensional (cetak) pun tak menyadari adanya overintvestment. "Namun, para pengamat memperkirakan, stimulus tidak akan mendorong pertumbuhan tanpa laju kredit yang memadai" demikian Kompas 8 Januari 2009 halaman 17.

Otoritas moneter kemudian merespon dengan akan merelaksasi sejumlah aturan untuk mendorong penyaluran kredit (Kompas 15 Januari 2009 hlm 19). Di tengah daya beli rakyat yang anjlok atau paling tidak belum pulih sepenuhnya, "investasi" seperti itu tetap saja riskan.

Overinvestment tidak bisa diatasi dengan investasi ekonomi. Membiarkannya saja memang bisa pulih dengan sendirinya, tetapi akan menyakitkan dan memakan korban dengan jangka waktu pemulihan yang tidak mudah diprediksi. Kalau biososioekonomi diterapkan tidak akan ada overinvestment.

Sayangnya tidak banyak media konvensional yang membicarakan biososioekonomi. Setahu saya hanya harian Suara Merdeka Semarang yang memberitakan paparan seminar saya di PUSTEP UGM November 2004. Tulisan saya yang saya kirim di media cetak tak pernah dimuat. Terakhir majalah HIDUP memang memuat surat pembaca saya pada edisi 11/01/2009 yang berkaitan dengan overinvestment dan biososioekonomi. Namun biososioekonomi, yang notabene adalah ekonomi jalan ketiga atau jalan tengah, belum banyak dikenal dan didiskusikan. Apakah overinvestment ini akan dibiarkan memakan korban? Marilah kita menjadi negarawan dan anggota civil society yang baik. Civil society sudah menunjukkan tanda-tanda kesanggupannya untuk ikut mengatasi krisis ini. Tidak selayaknyalah kalau masih ada pihak-pihak atau anggota civil society yang lain yang menghambat upaya menyelamatkan orang-orang yang bakal terancam kelaparan karena termasuk kategori ninja (no income, no job dan no asset). Semoga diperhatikan.


Minggu, 11 Januari 2009

Membuat Situs Mobile Sendiri

Pengalaman Saya Membuat Situs Mobile
Inilah pengalaman saya membuat situs mobile. Keingan saya membuat situs mobile bukan saja karena situs mobile lebih mudah dan lebih murah diakses melalui telepon seluler, tetapi juga agar saya bisa meng-upload langsung foto dari ponsel dimana file saya tersimpan. Dan kemudian memasangnya di blog ini. Kalau blog saya ini belum ada fotonya bukan karena apa-apa tetapi karena saya mengalami kesulitan dalam mentransfer data dari ponsel ke komputer.

Ponsel Samsung SGH J200 second yang saya beli 25 Juli 2008 ternyata tidak lengkap. Rencana saya waktu itu adalah membeli SGH J200 tersebut dalam kondisi baru. Tetapi setelah saya cari-cari di Pondok Indah Mall dan ITC Fatmawati, ternyata tidak ada yang baru. Oleh karena itu ponsel Samsung second itu saya beli. Bagi saya saat itu menggunakan ponsel yang bisa mengakses internet adalah hal yang baru. Ternyata ponsel itu memerlukan kabel data dan software khusus. Penjual ponsel second itu tidak menyertakan kelengkapan tersebut. Sehingga saya menunda memasang foto di blog ini.

Kemudian saya mendapatkan tawaran dari XL untuk membuat situs mobile. Ada biaya yang harus dibayarkan yaitu Rp 5.000,- per bulan untuk situs pribadi (WP) dan Rp 10.000,- untuk situs bisnis (WB). Saya pernah menanyakan kepada customer service XL, apakah layanan situs mobile XL bisa meng-upload foto dari ponsel langsung. Dijawabnya tidak. Karena penasaran saya mencobanya. Ternyata memang tidak bisa. Saya lihat beberapa alamat situs mobile XL (my-wap.mobi) dan saya coba kunjungi. Ternyata memang tidak satu pun yang ada fotonya. Banyak sekali situs-situs itu yang blank, selain tidak ada fotonya juga tidak ada content yang berupa teks. Satu dua ada profile-nya, tetapi kebanyakan blank. Saya pikir pemilik situs mobile itu tidak terbiasa ngeblog (membuat blog). Kalau kita login di situs mobile XL melalui ponsel, kita bisa memasukkan content berupa teks di menu "Post a Bulletin." Caranya mudah setelah mengklik menu Post a Bulletin, kita bisa mengetikkan judul berita atau opini yang kita inginkan di dalam kotak "Title" yang telah tersedia. Lalu bawa kursor ke kotak Message yang berada di bawahnya. Lalu kita bisa mengetikkan content teks yang bisa berupa opini kita atau catatan harian kita. Setelah sempurna kita bawa kursor ke tombol Post yang ada di bawahnya sehingga tombol itu berwarna biru. Kemudian tekan tombol OK yang ada di key pad ponsel kita. Maka content teks pun sudah diterbitkan atau di-post-kan dan bisa di akses orang lain yang berkunjung ke alamat situs mobile kita.

Situs mobile XL tetap tidak memuaskan saya, karena selain tidak gratis juga tidak bisa meng-upload foto. Pada Jumat sore 9 Januari 2009, saya membeli majalah Mobile Guide Edisi 21 (2-29 Januari 2009) di minimarket. Saya tertarik membelinya karena ada artikel tentang cara membuat situs mobile. Artikel tersebut ditulis oleh Ariet Burhanuddin. Yang pertama saya baca adalah tulisan yang berjudul "Membuat Situs Mobile Instan ala UBIK." Ternyata Ubik ini adalah situs (www.ubik.com) yang memberi layanan untuk membuat situs mobile gratis. Tidak perlu membayar seperti di XL. Bagi yang belum biasa membuat blog mungkin akan membayangkan bahwa membuat situs mobile itu rumit, harus menjadi web programmer dan menguasai HTML (hyper text mark-up language). Padahal membuat situs itu segampang mengetik.

Karena memiliki pengalaman yang kurang enak dengan layanan my-wap.mobi maka saya harus membuka mata lebar-lebar mengenai layanan Ubik. Ternyata Ubik, sampai pada saat artikel ini ditulis, tidak menyediakan layanan pembuatan situs melalui ponsel langsung. Jadi harus melalui personal computer. Ketika saya mencoba mengkases situs Ubik dari ponsel juga tidak nyaman yang menandakan situs itu terlalu besar untuk diakses ponsel. Di majalah Mobile Guide itu juga saya temukan beberapa layanan penyedia pembuatan situs mobile gratis yaitu www.mobisitegalore.com dan www.winksite.com dalam artikel lain yang titulis penulis yang sama. Keduanya bisa diakses melalui ponsel. Saya belum mengenal banyak tentang Winksite.

Karena mobiSiteGalore mengklaim yang pertama dalam sejarah internet dalam menyediakan pembuatan situs mobile dari ponsel dan ketika saya mengujungi situsnya melalui pc saya temukan bahwa mobiSiteGalore pernah mendapat awward, maka saya memutuskan untuk memakainya. Selain itu juga karena mobiSiteGalore memungkinkan situs mobile kita dipasangi iklan sehingga memberi peluang untuk memperoleh pendapatan. Maka jadilah situs mobile saya, meskipun belum sempurna dan ada hal-hal yang harus saya perbaiki. Situs mobile saya sudah bisa dikases dengan URL adalah http://satriopiningitasli.param.mobi

Cara Membuat Situs Mobile
Kalau Anda juga tertarik membuat situs mobile dari layanan mobiSiteGalore, maka caranya mudah yaitu:
  1. Siapkan ponsel yang memiliki bearer GPRS yang telah diaktifkan GPRS-nya
  2. Kunjungi www.mobisitegalore.com melalui ponsel Anda
  3. Untuk bisa membuat situs mobile, Anda bisa mengklik menu Sign up atau mengklik tulisan biru Go to Step 1 dari home page
  4. Kemudian ketikkan nama situs yang Anda inginkan untuk dibuat di dalam kotak yang telah tersedia. Pada halaman ini ada juga nama-nama halaman seperti About Us, Products, Service, News dan Contuct Us. Kalau situs yang akan Anda buat tidak cocok dengan nama-nama halaman itu Anda bisa menghapusnya dengan tombol C di key pad ponsel Anda dan mengetikkan nama-nama baru seperti About Me, My Story, My Opinion, dsb.
  5. Pindahkan kursor ke tombol Submit kemudian klik
  6. Maka akan ditampilkan halaman yang meminta Anda memilih warna situs Mobile Anda. Setelah memilih pindahkan kursor ke tombol Feedback kemudian klik untuk melihat tampilannya
  7. Kalau Anda puas dan setuju dengan pilihan Anda klik tombol Accept kalau tidak klik tombol Back untuk memilih warna lain
  8. Setelah Anda mengklik tombol Accept akan muncul halaman yang akan meminta Anda untuk memasukkan nama Anda, user name, password, retype password, email, dan mobile number Anda. Untuk mobile number jangan lupa kode +62 (kode area Indonesia). Nama user minimal 6 karakter. Setelah diisi klik tombol submit
  9. Maka akan ditampilkan halaman peringatan yang mengingatkan agar tidak memasukkan contetns yang mengandung pornografi, hasutan kekerasan, SARA atau perjudian. Kemudian klik Continue
  10. Maka ditampilkan suatu halaman yang melayani Anda untuk memasukkan content pada Home Page. Ketikkan teks mengenai situs mobile Anda atau hal-hal apa yang bisa diperoleh pengunjung dari situs Anda. Bila perlu juga bisa mengisinya dengan gambar yang relevan, dengan mengklik Insert Image. Anda bisa meng-upload gambar dari ponsel atau dari web URL. Bila sudah klik Submit
  11. Maka Anda akan diminta konfirmasinya apakah ingin memasukkan content lagi atau tidak. Bila tidak klik Submit Changes
  12. Anda akan mendapat ucapan selamat, tetapi bukan berarti situs mobile Anda sudah bisa dikunjungi orang lain. Masih ada 2 langkah yang diperlukan. Tetapi kalau Anda ingin memasukkan content lain di halaman baru (About Me, misalnya) klik Proceed. Kalau tidak klik Log Out untuk keluar secara aman.
  13. Dua langkah yang diperlukan agar situs mobile Anda bisa dikunjungi orang lain adalah Pertama, aktifkan situs mobile Anda dengan membuka email Anda. Cari surat konfirmasi yang dikirim oleh mobiSiteGalore yang meminta Anda untuk melakukan aktivasi situs mobile Anda. Kedua, setelah situs mobile Anda aktif, Anda harus membuat URL untuk situs Anda. Caranya, setelah sign out dari email account Anda, kunjungi situs www.mobisitegalore.com dan SignIn ke situs mobile Anda dengan memasukkan user name dan password Anda (kalau Anda lupa password Anda lihat kembali email Anda). Maka akan ditampilkan halaman Site Manager. Dari halaman ini Anda bisa mengelola situs mobile Anda seperti memasukkan content atau mengubah halaman. Carilah menu What Would You Like to Do. Kemudian klik Publish Option. Ketikkan dalam kotak yang tersedia nama URL situs yang Anda inginkan, misalnya donny, Anda cukup mengetikkan kata donny tidak perlu mengetikkan kata "www." dan ".param.mobi " Selanjutnya pilihlah option pertama (Free) yang memberi opsi gratis, artinya Anda tidak perlu membayar kepada mobiSiteGalore. Klik Submit. Maka akan ditampilkan halaman Site Manager dan pemberitahuan alamat URL situs Anda adalah www.donny.param.mobi dan Anda bisa mengaksesnya langsung dengan mengklik URL Anda dari halaman Site Manager. Terlihatlah situs mobile buatan Anda. Ingat bahwa Anda belum Log Out. Untuk Log Out tekan tombol back di key pad ponsel Anda, maka ditampilkan halaman Site Manager kemudian arahkan kursor ke tombol Log Out yang berada di bagian paling bawah. Klik Log Out. Anda sudah keluar secara aman. Anda atau orang lain yang mengetahui alamat URL situs Anda bisa mengunjungi situs mobile Anda melalui ponsel GPRS. Mudah bukan?
Inilah pengalaman saya membuat situs mobile dan langkah-langkah membuatnya dengan menggunakan layanan mobiSiteGalore yang telah saya coba. Semoga bermanfaat.







Sabtu, 03 Januari 2009

Pengalaman: Hidup Nyaman Tanpa Kekuasaan

Bagi sebagian orang seperti para eksekutif, politisi, profesional, atau pebisnis, awal tahun merupakan awal mewujudkan rencana-rencana yang telah disiapkan. Tetapi bagi sebagian orang lain, karena berbagai alasan, hidup mengalir begitu saja tanpa rencana. Sebagian karena tidak terampil membuat rencana, sebagian lagi ingin hidup seperti seniman yang mengalir begitu saja, sebagian lagi masih shock karena baru saja terkena PHK, dan sebagian lain mungkin mau lebih fleksibel dalam mengahdapi ketidakpastian global. Krisis global memang memerlukan cara pandang baru atau paradigma baru yang bagi sebagian orang sangat mengejutkan karena belum pernah mengetahui sebelumnya. Media konvensional tidak pernah menyampaikannya.

Untuk itulah saya ingin membagikan suatu pengalaman yang menurut saya amat sangat berharga. Memang suatu pengalaman bisa bersifat partikular (khusus) tetapi mungkin juga mengandung hal-hal yang bersifat umum (universal). Kondisi saya dan Anda tentunya berbeda. Namun demikian Anda bisa mengambil inspirasi dari pengalaman saya ini.

Setelah kehilangan pekerjaan pada Februari 1993, pada Agustus 1994 saya bergabung dengan AJB Bumiputera 1912 Rayon Madya Fatmawati (Jakarta Selatan) sebagai agen atau salesman asuransi jiwa. Pekerjaan sebagai salesman sebenarnya bukan bakat dan minat saya. Tetapi pekerjaan ini saya terima karena bersifat adil, dalam pengertian kalau saya kerja keras akan mendapat hasil banyak, kalau kurang keras hasilnya juga kurang.

Awalnya saya mendapat nasabah dari kalangan terdekat, kaum kerabat. Akhir Oktober 1994 saya sudah hampir kehabisan uang. Siang itu (saya lupa apakah akhir Oktober atau awal November 1994) saya gagal bertemu dengan prospek (calon nasabah) karena kabarnya beliau sakit. Sorenya saya duduk termenung memandangi langit yang mendung di kamar kos adik sepupu saya tempat saya menumpang. Di tengah keputusasaan saat itu saya merasakan sentuhan dan sapaan Tuhan dalam hati saya. Tuhan Yang Maharahim bertindak sebagai Bapa yang memberi makan/rejeki pada anak-anak-Nya.

Keesokan harinya saya melanjutkan pertemuan dengan prospek yang sehari sebelumnya sempat tertunda tesebut. Close. Saya memperoleh satu nasabah yang berasal dari luar lingkung an kerabat saya. Gembira hati saya meninggalkan kantor pusat PT Bayer Indonesia di kawasan Sudirman tempat Muhammad Anwar Syam, nasabah saya tersebut bekerja sebagai manager. Komisinya lumayan bisa untuk menyambung hidup sebulan.

Sejak saat itu hubungan saya dengan Tuhan sebagai Bapa sangat dekat. Pertama kali dalam hidup Kristiani saya, hati saya tergetar ketika menyebut-Nya dengan sebutan Bapa. Itu semua yang menyembuhkan luka-luka batin saya dan yang menguatkan saya ketika asal-usul saya dilecehkan. Rasa percaya diri saya terus menguat dalam menghadapi suka-duka hidup ini.

Sekitar akhir tahun 1994 atau awal tahun 1995 saya membuat suatu komitmen dihadapan Tuhan. Karna, salah seorang tokoh Mahabarata menginspirasi saya. Ia melepaskan hak miliknya berupa anting dan rompi wasiat untuk diberikan kepada orang lain, seorang brahmana. Saya kemudian merenung bahwa talenta beserta pengembangannya seharusnya dikembalikan kepada Tuhan untuk didistribusikan kepada sesama bukan diwariskan kepada anak cucu sendiri. Selanjutnya saya membuat komitmen bahwa kelak kalau seandainya saya kaya raya, saya tidak akan mewariskan kekayaan berlimpah itu kepada anak cucu saya tetapi mengembalikannya kepada Tuhan untuk diredistribusikan kepada sesama. Tetapi itu tidak berarti saya tidak bederma mulai sekarang.

Perjalanan hidup saya terus mengalir begitu saja. Awalnya ketika datang ke Jakarta saya mendambakan pekerjaan yang bersifat struktural sebagai supervisor, manager, dan seterusnya. Tetapi setelah bekerja sebagai agen asuransi jiwa itu, saya malah menjauhi semua pekerjaan struktural. Hal ini membuat saya terbiasa dengan bahasa persuasi dan hidup nyaman tanpa kekuasaan struktural. Dari asuransi jiwa saya pindah ke agen properti sampai hari ini, tetap sebagai salesman atau marketing asociate yang hidup dari komisi.

Sebelumya saya tidak tahu kalau komitmen besar saya itu membuat saya memperoleh wahyu keprabon. Saya menjalaninya secara tulus dan bersahaja. Awalnya saya berkomitmen seperti itu karena balas budi saya pada Tuhan yang telah bertindak sebagai Bapa bagi saya dan karena saya merasa tersentuh dengan penderitaan sesama yang kurang beruntung. Sampai akhirnya saya membaca wangsit itu pada tanggal 4 Juli 2002 seperti yang telah saya ceritakan dalam postingan berjudul "Wahyu Keprabon" yang barada di archive bulan Oktober 2008 di blog ini. R Hani Japar demikian saya membaca sandi RA Parjinah tersebut. Tidak salah lagi saya dipilih Tuhan.

Kemudian saya melanjutkan pemikiran saya maka lahirlah buku Herucakra Society Jalan Ketiga Ekonomi Dunia yang terbit Oktober 2004. Di dalamnya berisi teori biososioekonomi atau bioekonomi yang menentang pewarisan kekayaan berlimpah ruah kepada keturunan pemilk kekayaan. Kalau saya vokal dan gigih menentang triple six (pewarisan kekayaan berlimpah ruah) karena saya sendiri telah membuat komitmen dalam diri saya sendiri, di samping itu tentu saja karena saya telah merasakan kehadiran Tuhan dengan tanda-tanda yang luar biasa dan dahsyat.

Meskipun tanpa kekuasaan struktural saya merasa nyaman dengan hidup saya. Saya justru pantang memegang pekerjaan struktural. Pekerjaan yang masih bisa saya jalani adalah yang bersifat non struktural seperti sebagai agen properti, penulis, dosen yang mengajar teori makro biososioekonmi tingkat dasar, atau aktivitas sebagai anggota paduan suara. Seorang pebisnis masih bisa bermanfaat bagi sesama dengan memperlakukan akumulasi laba (kekayaan) sebagai titipan Tuhan, dipakai secara bijaksana dan tidak diwariskan kepada keturunannya sendiri bila akumulasi kekayaan itu berlimpah ruah. Kalau semua pebisnis dan orang kaya melakukan dan berkomitmen seperti yang saya lakukan maka dunia yang damai, sejahtera, dan adil sudah terwujud.

Bagi saya pribadi kekuasaan struktural bukanlah sesuatu yang penting. Apalagi saat ini tersedia media blog dimana setiap orang bisa mengemukakan opininya. Hidup di masyarkat tanpa kekuasaan pun semakin nyaman. Kalau orang tidak ada yang mengadopsi teori ekonomi makro rumusan saya, toh dengan aktivitas dan komitmen saya, saya masih bisa bermanfaat bagi sesama. Ketidakpastian dan krisis global memang memerlukan cara pandang baru dan cara yang luar biasa untuk mengatasinya. Tulisan ini mungkin akan membuat Anda terkejut dan harus mengubah rencana Anda. Ternyata Tuhan tidak menyukai pewarisan kekayaan berlimpah ruah kepada anak cucu sendiri. Pengalaman ini sungguh luar biasa bagi saya sehingga saya tetap berani mengkritik triple six. Saya percaya Tuhan memiliki kuasa untuk menjatuhkan hukuman ke bumi. Tak perlu tangan manusia sebagai eksekutornya. Tugas kita hanya memberi peringatan. Selamat Tahun baru. "Ya TUHAN berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN berilah kiranya kemujuran"