Kamis, 23 Februari 2012
Mengendalikan Populasi, Mengendalikan Permintaan
Kamis, 16 Februari 2012
Semoga Semakin Banyak Orang Kaya Berbagi
KOMPAS.com - Apa makna hidup? Banyak pendapat tentang hal ini. Akan tetapi, satu di antaranya adalah berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Salah seorang terkaya di dunia, Warren Buffet, agaknya memahami benar makna hidup. Ia tidak hanya ingin berguna bagi dirinya, tetapi bagaimana dirinya berguna bagi orang lain. Ia memiliki pandangan yang lebih kurang sama dengan mendiang Rose Kennedy, yang dengan tegas menyatakan bahwa semua anggota keluarga Kennedy, pria-wanita, sehat-kurang sehat, harus berguna bagi Amerika Serikat dan dunia.
Warren Buffet yang selalu bergantian dengan Bill Gates menjadi orang terkaya di Amerika Serikat dan dunia, di antaranya menjadi pemilik Bank of America, Coca Cola, IBM, Colgate, Gillette, dan aneka usaha ritel. Kekayaannya antara 40 miliar dollar AS dan 50 miliar dollar AS. Hal yang mengesankan adalah ia menyatakan akan menyerahkan 80 persen dari kekayaannya kepada sebuah lembaga sosial yang dipelopori Bill Gates. Dua anaknya tidak perlu diberi banyak warisan agar mereka tetap memiliki kreasi, inovasi, serta membangun mental suka berbagi.
Bagi Warren Buffet, hidup ini baru sangat bermakna kalau kita bisa berbagi sebab berbagi itu mulia. Amerika Serikat, meski menjadi negara kaya, masih banyak warganya yang hidup serba miskin. Mereka tidur di taman, di bawah jembatan, di samping asrama mahasiswa, dan sebagainya. Banyak pula anak muda Amerika Serikat yang brilian sehingga perlu diberi anggaran lebih untuk membuat riset berkelas. Kelak riset mereka amat berguna bagi kemanusiaan dan kemajuan peradaban manusia.
Hal yang mengejutkan, lelaki kaya raya ini hidup amat sederhana. Meski seorang triliuner, ia kurang suka pesta dan enggan membuang uang percuma. Pakaian yang dikenakannya dari bahan sederhana, begitu pula sepatunya. Perabotan di rumahnya pun, seperti pernah ditulis beberapa media terkemuka di Amerika Serikat, terbuat dari "bahan biasa", tidak mencerminkan seorang triliuner dunia.
Dalam pengamatan Kompas, para usahawan besar yang membangun usahanya dari bawah tak sedikit yang mempunyai gaya hidup mirip Warren Buffet. Mereka ada yang hidup sederhana. Mereka mengganti mobil setelah menggunakannya enam sampai delapan tahun.
Rumah mereka pun umumnya sangat sederhana. Rumah mereka sama sekali tidak mencerminkan rumah orang yang sangat berada. Mereka lebih memilih menyumbang untuk tujuan sosial.
Mereka sangat unik. Beberapa eksekutif tingkat tinggi di perusahaan-perusahaan skala besar di Jakarta menuturkan, mereka kerap sungkan kalau datang ke rumah majikannya. Rumahnya ternyata jauh lebih mentereng dibandingkan dengan rumah majikannya. (Abun Sanda)
Kamis, 09 Februari 2012
Sekali Lagi Mengenai PDB dan Kemiskinan
Selain saya ada orang yang vokal mengkritik pendapatan per kapita. Orang tersebut adalah Johanes Lim, PhD, CPC, CHt. Berikut ini saya kutipkan tulisan Johanes Lim, PhD, CPC, CHt, yang ditulis di Kompasiana 7 Februari 2012 [http://m.kompasiana.com/post/sosbud/2012/02/07/jebakan-statistik-kemiskinan-orang-miskin-berkurang/]
Statistik yang dilakukan dan disampaikan pihak Pemerintah mengatakan bahwa tingkat kemiskinan (orang miskin) terus menurun setiap tahunnya; terakhir "hanya" di angka 31.500.000 orang saja.
Pertumbuhan ekonomi kita juga sangat baik ditahun 2011, sebesar 6,5%.
Total PDB (produk domestik bruto) kita juga terus meningkat; ditahun 2011 mencapai Rp.7.427,1 triliun, atau sekitar US$850 miliar.
Income per-kapita juga mantab. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pendapatan per kapita masyarakat Indonesia sepanjang 2011 mencapai Rp.30,8 juta atau sekitar US$3.542,9. Angka ini naik sekitar Rp.3,7 juta dibandingkan setahun sebelumnya sebesar Rp.27,1 juta.
PERTANYAANNYA ADALAH:
Apakah hasil survey yang dilakukan oleh BPS itu benar ataukah tidak?
Jika jawabannya adalah, "Benar", maka pertanyaan selanjutnya ialah: Realistis ataukah tidak?
SEBELUM KITA MENJAWAB ATAU MENDEBAT, sebaiknya kita samakan dulu persepsi, definisi, metodologi dan parameter kita:
Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan PDB per kapita.
Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolok ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan perkapitanya, semakin makmur negara tersebut.
PDB (Produk Domestik Bruto), diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi dalam setahun
Populasi penduduk Indonesia terhitung 31 Desember 2010 mencapai 259.940.857. Jumlah ini terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan 127.700.802 perempuan.
Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:
PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor - impor)
Nah, setelah kita sepakat dengan definisi dan angka angka, maka saya akan "melemparkan"makalah untuk bahan renungan kita; apakah benar (sungguh, senyatanya) bahwa Income perkapita setiap rakyat Indonesia adalah Rp.30.800.000,- setahun; atau Rp. 2.566.666,- sebulan; atau Rp.85.555,- sehari ???
Jika benar, maka memang benar bahwa rakyat dan negara kita telah menjadi jauh lebih makmur dibandingkan tahun tahun manapun juga sebelumnya; dan perlu kita ucapkan "SELAMAT!" kepada Pemerintah dan segenap jajarannya.
Namun supaya adil, saya akan menyampaikan data yang telah dipublikasikan dibawah ini.
Berikut daftar 40 orang terkaya di Indonesia yang dirilis Forbes Rabu, 23 November 2011.
Hanya mereka 40 ORANG SAJA, nominal kekayaannya sudah mencapai TOTAL US$84,57 milyar; atau Rp.769.587.000.000.000,- (tujuh ratus enam puluh sembilan triliun lima ratus delapan puluh tujuh miliar Rupiah)
1. R Budi dan Michael Hartono (US$ 14 miliar)
2. Susilo Wonowidjojo (US$ 10 miliar)
3. Eka Tjipta Widjaja (US$ 8 miliar)
4. Low Tuck Kwong (US$ 3,7 miliar)
5. Anthoni Salim (US$ 3,6 miliar)
6. Sukanto Tanoto (US$ 2,8 miliar)
7. Martua Sitorus (US$ 2,7 miliar)
8. Peter Sondakh (US$ 2,6 miliar)
9. Putera Sampoerna (US$ 2,4 miliar)
10. Achmad Hamami (US$ 2,2 miliar)
11. Chairul Tanjung (US$ 2,1 miliar)
12. Boenjamin Setiawan (US$ 2 miliar)
13. Sri Prakash Lohia (US$ 1,7 miliar)
14. Murdaya Poo (US$ 1,5 miliar)
15. Tahir (US$ 1,4 miliar)
16. Edwin Soeryadjaya (US$ 1,35 miliar)
17. Kiki Barki (US$ 1,3 miliar)
18. Garibaldi Thohir (US$ 1,3 miliar)
19. Sjamsul Nursalim (US$ 1,22 miliar)
20. Ciliandra Fangiono (US$ 1,210 miliar)
21. Eddy Wiliam Katuari (US$ 1,2 miliar)
22. Hary Tanoesoedibjo (US$ 1,19 miliar)
23. Kartini Muljadi (US$ 1,15 miliar)
24. TP Rachmat (US$ 1,140 miliar)
25. Djoko Susanto (US$ 1,040 miliar)
26. Harjo Sutanto (US$ 1 miliar)
27. Ciputra (US$ 950 juta)
28. Samin Tan (US$ 940 juta)
29. Benny Subianto (US$ 900 juta)
30. Aburizal Bakrie (US$ 890 juta)
31. Engki Wibowo dan Jenny Quantero (US$ 810 juta)
32. Hashim Djojohadikusumo (US$ 790 juta)
33. Soegiarto Adikoesoemo (US$ 770 juta)
34. Kuncoro Wibowo (US$ 730 juta)
35. Muhammad Aksa Mahmud (US$ 710 dollar)
36. Husain Sjojonegoro (US$ 700 juta)
37. Sandiaga Uno (US$ 660 juta)
38. Mochtar Riady (US$ 650 juta)
39. Triatma Haliman (US$ 640 juta)
40. Handojo Santosa (US$ 630 juta)
Dan perlu diingat, bahwa data angka diatas HANYA UNTUK 40 ORANG TERKAYA SAJA (yang diduga angkanya segitu); belum yang tidak dipublikasikan;
dan belum termasuk entah BERAPA PULUH RIBU ATAU RATUS RIBU ORANG LAGI yang tidak dicantumkan Forbes (perhatikan: keluarga Cendana tidak ada satupun yang tercantum;
apakah mereka kurang cukup kaya? Atau memang tidak mau disurvey?)
Mungkin pula ada berapa JUTA ORANG LAGI yang masuk kategori kaya raya namun "low profile" (mungkin karena menghindari petugas pajak ataupun KPK)
MAKSUD JOHANES LIM mengungkapkan data publik diatas adalah mau MENGINGATKAN PEMANGKU KEKUASAAN agar jangan terlena!
Jangan merasa sudah berhasil mengurangi angka kemiskinan!
Jika penghasilan rakyat jelata, rakyat yang kadang berpenghasilan dan kadang tidak, DIGABUNGKAN DENGAN PENGHASILAN PARA TRILIUNER DAN MILYARDER kita, dan kemudian DIBAGI DENGAN POPULASI PENDUDUK, maka tentu saja income perkapita menjadi tinggi!
Namun INCOME PERKAPITANYA SIAPA??
Inilah yang saya maksudkan dengan JEBAKAN STATISTIK: kelihatannya ilmiah, intelek, metodologik, NAMUN MENYESATKAN! Dan jauh dari realita.
Kenyataan, realita, fakta, mencari uang susahnya bukan main; masih ditambah dengan melambungnya harga harga; kok berani dibilang angka kemiskinan terus menurun dan kemakmuran terus meningkat?
Maaf, yang berkurang itu ORANG MISKIN (karena mati bunuh diri atau lapar) dan BUKAN KEMISKINAN!
JEBAKAN STATISTIK seperti diatas bukan hanya terjadi diinstansi Pemerintah seperti BPS; namun juga di Lembaga Survey profesional (independen) untuk politik, ekonomi, bisnis, dsb
Sesungguhnya masih ada beberapa argumen yang ingin saya sampaikan untuk membuktikan bahwa data yang dipublikasikan adalah "jauh panggang dari api"; namun karena sudah terlalu panjang, ya sudah, saya akhiri dulu
Johanes Lim, Ph.D, CPC, CHt
Management Consultant, Author
Social Politic Observer
http://www.johanesliminternational.com
http://www.presiden-ri.com