Selasa, 26 April 2011

Tetap Semangat Memperjuangkan Kebenaran (dan Keadilan)

Menurut hemat saya seseorang yang pro kebenaran tidak akan anti pada agama yg benar tetapi seseorang yang pro agama bisa saja anti kebenaran. Kejadian orang yang pro agama tetapi anti pada kebenaran terjadi pada sekelompok imam-imam kepala dari bait suci Yerusalem. Peristiwa itu terjadi pada saat pengadilan terhadap Yesus Kristus di hari Jumat sekitar 2.000 tahun yang lalu.

Di dalam pembelaan-Nya Yesus mengatakan: "Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku." (Yohanes 18:37)

Sementara itu imam-imam kepala melakukan kesalahan dengan mengatakan "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!" (Yoh 19:15). Karena kata-kata yg terakhir ini, akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus untuk disalibkan (Yoh 19:16a), padahal sebelumya Pilatus tidak menjumpai adanya kesalahan dalam Diri Yesus. Pilatus yakin Yesus tidak menunjukkan tanda-tanda seorang pemberontak politik.

Sementara itu imam-imam kepala melakukan kesalahan. Paling tidak ada dua kesalahan yang terkandung dalam kata-kata imam-imam kepala itu, pertama kata-kata itu menyababkan kematian orang lain dengan menuduh atau merekayasa seseorang sebagai pemberontak politik sehingga bisa dijatuhi hukuman mati. Kedua, dengan mengatakan hanya Kaisar sebagai raja mereka, secara tidak langsung mereka meninggalkan TUHAN sebagai raja mereka. Dalam kitab Perjanjian Lama sering dikatakan TUHAN sebagai raja (Mazmur 44:5, Mazmur 47:1-10). Kata-kata imam-imam kepala jelas tidak berpijak pada kebenaran, lain halnya kalau kata-katanya begini: "Selain Kaisar, hanya TUHAN raja kami, tapi kami tidak mempercayai bahwa orang ini adalah anak (inkarnasi) TUHAN."

Orang yang pro agama belum tentu pro kebenaran, tetapi orang yang pro kebenaran akan pro agama yang benar. Kebenaran sering diselewengkan atau dibungkam dan ditindas. Tapi pada akhirnya kebenaran akan muncul. Dalam iman Kristiani, kebangkitan Yesus Kristus dari kematian menunjukkan bahwa Yesus benar.

Peristiwa semacam itu menguatkan saya untuk tetap bersemangat memperjuangkan biososioekonomi/demokrasi ekonomi dengan cara-cara damai dan konstitusional karena menurut saya biososioekonomi adalah kebenaran (dan keadilan). Kalau biososioekonomi salah tunjukkan letak kesalahannya supaya bisa dikoreksi. Biososioekonomi adalah bagian dari masyarakat terbuka yang terbuka terhadap kritik dan koreksi. Kalau biososioekonomi benar seharusnya diimplemantasikan dan jangan ditenggelamkan. Saya melalui postingan ini mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada siapa saja yang telah ikut mempublikasikan dan menyebaluasrkan teori ekonomi makro biososioekonomi. Semoga TUHAN memberkati Anda.

Minggu, 24 April 2011

Selamat Paskah 2011, Mari Berbagi

Kepada yang merayakan, saya mengucapkan selamat Paskah 2011, semoga karya penebusan Tuhan dan kebangkitan-Nya menggerakkan dan menguatkan hati kita untuk berbagi dengan kasih dan dengan gembira sehingga Paskah tidak hanya peristiwa penebusan dosa kita tetapi juga menjadi Pesta untuk semua orang karena menebus manusia dari hutang-hutang (ekonomi) dan kemiskinan. GBU

Selasa, 19 April 2011

Yesus dan Politik

Hari Minggu 17 April umat Kristiani sedunia merayakan Minggu Palma mengenang sebuah peristiwa ketika Yesus Kristus dielu-elukan rakyat memasuki kota Yerusalem. Dalam tradisi Katolik, ibadah Minggu Palma diikuti dengan pembacaan kisah sengsara-Nya. Peristiwa Yesus Kristus memasuki kota Yerusalem adalah suatu peristiwa di mana hidup Yesus bersentuhan dengan politik yaitu dengan kekuasaan dan rakyat.

Dalam tulisan yang berjudul "Yesus dan Politik" karya B.A. Pareira, OCarm (salah satu artikel dalam buku Yesus dan Situasi Jaman-Nya, Frans Harjawiyata, OCSO_editor_Kanisius, 1998) dikatakan:"Dia bukan seorang politikus. Benar! Yesus tidak berkecimpung dalam urusan pemerintahan. Akan tetapi, ada suatu hal yang tidak dapat dibantah oleh siapa pun. Yesus dihukum mati oleh pemerintah Romawi sebagai seorang penjahat Politik. Semua penginjil mengatakan hal itu: 'Dan di atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: Inilah Raja orang Yahudi' (Mat 27:37; bdk, Mrk 15:26, Luk 23:28, Yoh 19:19-22)" (hlm 59-60).

Persentuhan Yesus dengan politik memang tak terhindarkan karena karya-Nya langsung bersentuhan dengan rakyat melalui penyembuhan dan penggandaan roti serta ikan untuk memberi makan orang banyak di satu sisi dan di sisi lain berhadapan dengan aneka macam penindasan yang dilakukan penguasa, serta berhadapan dengan penguasa yang takut kehilangan kekuasaan dan popularitas.

Karena karya-karya-Nya itu Yesus pernah dipakasa menjadi raja dalam pandangan rakyat namun Ia menolak permintaan itu. Dia lebih senang menyampaikan dan menjalankan kebenaran dari pada mendapatkan kedudukan dan kenikmatan duniawi. Diurapi menjadi Mesias (imam, nabi, dan raja sekaligus) ataupun sekedar diurapi manjadi raja (di bawah Mesias) berarti harus menjalani banyak pantangan, suatu kritik atas kerajaan Israel di mana diurapi menjadi raja (pada jaman Saul dan Daud) berarti menduduki kedudukan sebagai raja seperti raja pada bangsa-bangsa lain.

Persentuhan Yesus dengan politik (rakyat dan kekuasaan) bukan hanya terjadi karena karya penyembuhan dan penggandaan roti-ikan sebagaimana disinggung dalam tulisan B.A. Pareira, OCarm di atas tetapi juga mengenai ajaran-Nya untuk berbagi. Sering kita baca, dalam Alkitab, kata-kata Yesus: "Juallah segala milikmu dan bagi-bagikanlah itu kepada orang miskin.." Kita tidak pernah menemukan ajaran Yesus Kristus dalam Injil bahwa kalau berbagi harta cukup 1% atau 10% saja. Jadi, menurut Yesus kalau berbagi harta itu harus mendekati 100%. Karena ajaran yang dianggap radikal ini Yesus tidak hanya berhadapan dengan penguasa keagamaan atau penguasa politik, tapi juga dengan pemilik modal. Sementara itu dalam Lukas 12:31-33 ajaran berbagi ini berkaitan dengan apa yang disebut sebagai "Kingdom of JHWH" sehingga persentuhan dengan politik tak terhindarkan.

Mengenai berbagi ini, parlu saya sampaikan sebuah catatan yang merupakan opini pribadi saya, menurut opini saya peristiwa berbagi memiliki dua dimensi atau dua sisi yaitu rohani dan duniawi (dalam arti kesejahteraan umum). Dalam dimensi rohani, berbagi harta harus dilakukan dengan kasih, kegembiraan, dan kerelaan. Sementara dalam dimensi kesejahteraan umum, berbagi harus bisa membawa rakyat kepada kesejahteraan umum tidak peduli apakah orang yang membagikan hartanya masuk sorga atau tidak. Yesus Kristus bisa menyampaikan atau menghadirkan dua dimensi ini sekaligus karena kapasitasnya sebagai Mesias yaitu sebagai imam, nabi, dan raja sekaligus. Namun untuk pekerja dibawah-Nya perlu ada pembagian peran atau tugas dimana dimensi rohani ditangani oleh rohaniwan atau institusi keagamaan dan dimensi duniawinya oleh orang/institusi lain yang tidak boleh menjadi sub ordinat institusi keagamaan. Mengapa? Karena kalau menjadi sub ordinat institusi keagamaan maka kesejahteraan umum akan selalu dikalahkan dengan suatu dalih-dalih seperti ini: (1) umat/rakyat relanya hanya membagikan 1% dari hartanya (2) hidup di dunia hanya sementara (biarkan orang miskin tetap miskin) (3) mewariskan kekayaan berlimpah kepada anak-cucu adalah bagian dari kasih. Dengan unit kerja yang otonom maka kesejahteraan umum bisa diwujudkan karena divisi (unit kerja) kesejahteraan umum berani menentang dan mengkritik dalih-dalih semacam itu selain itu juga karena memiliki akses ke media massa setara dengan institusi keagamaan sehingga terkspose dan tersebar.

Ada lagi hal yang menarik dari sabda Yesus untuk berbagi yaitu bahwa Yesus TIDAK mengatakan:"Juallah segala harta milikmu kemudian bawa kemari supaya Saya yang membagi-bagikan kepada orang miskin" Juga TIDAK mengatakan: "...bagikan kepada orang-orang miskin di negaramu." Kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kalau berbagi harta harus mendekati 100% dan harta itu dibagikan ke seluruh dunia tanpa sekat-sekat negara dan sekat-sekat sektarian-primordial. Maka wajar kalau Yesus Kristus tidak mengikat Diri dalam kekuasaan politik pemerintahan tertentu.

Tidak mudahnya mengikuti ajaran berbagi Yesus Kristus bukan berarti tidak mungkin. Bagi kita yang memahami teori ekonomi makro biososioekonomi akan tahu bagaimana ajaran berbagi Kristus itu seharusnya diimplemantasikan. Sebagaimana Yesus Kristus, biosoioekonomi juga mengajarkan kalau berbagi harus mendekati 100%, hanya saja biososioekonomi mengambil dimensi kesejahteraan umumnya, bukan dimensi rohani dari peristiwa berbagi. Organisasi sosial konsumen yang inklusif bisa berperan mendistribusikan kekayaan daur ulang ke seluruh dunia tanpa sekat.

Kini kita seharusnya bisa memahami mengapa Yesus menolak menjadi raja dalam pandangan sebagian orang-orang Yahudi. Berbagi harta tidak boleh dibatasi sekat-sekat negara maupun sekat-sekat primordial-sekatarian lainnya. Bersentuhan dengan politik tidak berarti masuk dalam politik.

Selasa, 12 April 2011

Kebiasaan Buruk Pegawai/Eksekutif?

Di lingkungan perusahaan swasta sering ada kejadian yang berkaitan dengan perilaku tertentu dari direktur pemasarannya. Direktur pemasaran yang meminta kenaikan anggaran pemasaran sering kali bukan berniat baik untuk memajukan perusahaan. Boleh jadi tindakan ditektur pemasaran itu sekedar menaikkan citra dirinya dengan meningkatkan penjualan secara instan kemudian pindah bekerja ke perusahaan lain dengan menawarkan diri sebagai eksekutif yang berhasil (tentu juga dengan meminta gaji yang lebih besar). Direktur pemasaran itu tidak peduli bahwa program pemasarannya hanya berorientasi jangka pendek, ia tidak peduli bahwa setelah itu penjualannya merosot karena tujuannya hanya mengangkat citra dirinya bukan memajukan perusahaan. Dewan komisaris yang cerdas dan jeli sering bisa mencium akal bulus direktur pemasarannya itu sehingga bisa menangani dan mencegahnya dengan bijaksana. Kejadian yang mirip itu bisa terjadi di pemerintahan.

Hari-hari terakhir ini di media terjadi kritik oleh tokoh lintas agama terhadap kebohongan pemerintah. Saya membacanya melalui share yang ada di account facebook saya. Perilaku buruk eksekutif swasta dengan akal bulusnya mungkin juga menjalar ke lingkungan pemerintahan dengan nuansa yang berbeda. Tebar pesona dan politik pencitraan adalah bahasa halus, bahasa lugasnya adalah kebohongan.

Rakyat pemilik kedaulatan harus jeli dan cerdas seperti dewan komisaris yang tidak mudah dibohongi direktur pemasarannya. Selain itu sistem demokrasi langsung memang memerlukan open society yaitu masyarakat terbuka yang percaya pada akal, memberikan kebebasan, dan adanya persaudaraan. Di dalam open society kebenaran atau potensi kebenaran harus dipublikasikan. Ketika kebenaran ditenggelamkan atau ditindas, rakyat bisa salah pilih.

Selain itu kita berharap banyak agar perilaku buruk pegawai/eksekutif segera ditinggalkan. Perilaku buruk itu adalah mencari dalih bukan mencari solusi, mengutamakan citra dan mengabaikan kerja nyata yang berorientasi pada keberhasilan. Pengalaman saya hidup berprofesi sebagai direct sales yang bukan pegawai menunjukkan bahwa sales associate yang berhasil adalah yang benar-benar bekerja bukan pura-pura kerja untuk cari muka, mencari solusi untuk membukukan transaksi penjualan bukan mencari dalih atas kegagalannya.

Semakin tinggi jabatan seseorang semakin tinggi tuntutannya Dituntut semakin dewasa untuk benar-benar bekerja dan berhasil mewujudkan janji kampanyenya, jangan bertindak dengan akal bulus untuk kepentingan diri dan kelompok. Semoga hal ini dipahami.

Selasa, 05 April 2011

Biar Tuhan Menyempurnakan Usaha Kita

Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika adalah pilihan dan kesepakatan final kita berbangsa dan berngara dalam wadah NKRI. Meskipun sebagian komponen bangsa sangat teguh dengan prinsip ini namun yang lain sering menghkianatinya. Pancasila adalah jalan tengah yang mempersatukan Indonesia yang warganya menganut aneka macam agama dan kepercayaan dan membebaskan mereka beribadah sesuai keyakinannya masing-masing. Selain itu Ekonomi Pancasila merupakan ekonomi jalan ketiga yang pro rakyat dan terbuka terhadap teori ekonomi makro baru seperti biososioekonomi yang juga ekonomi jalan ketiga. Di tengah krisis kapitalisme global, ekonomi jalan ketiga dan Pancasila ini adalah sebuah harapan.

Namun demikian pengkhianatan terhadap Pancasila juga masih ada dengan menghalangi kebebasan beribadah yang ironisnya dilakukan oleh pejabat pemerintah. Kita prihatin dengan kejadian seperti ini. Kita semua yang adalah Warga Negara Indonesia harus menegakkan, menjaga, dan mengaktualisasikan Pancasila dalam hidup bernegara sehari-hari. Selain rumah kita, Pancasila adalah konsensus final yang tidak bisa diubah, tidak bisa diubah dengan logika "demokrasi" mayortas dan minoritas. Mengubah Pancasila berarti mengubah negara.

Pembangkangan terhadapPancasila dan konstitusi harus ditindak. Kita yang tidak memiliki wewenang bisa menyampaikan kritik atau kecaman melalui berbagai media. Dalam hal ini kita berusaha dengan cara konstitusional selanjutnya TUHAN akan menyempurnakan usaha kita.

"...biar Tuhan menyempurnakan usaha kita." Inilah yang ingin saya garis bawahi. Kata-kata ini saya kutip dari komentar saya di facebook atas tautan berita yang mengkritik pembangkang yang membangkang terhadap Pancasila dan konstitusi. Komentar saya Minggu 3 April 2011 selengkapnya adalah: "Pembangkang harus ditindak. Bagi kita yg gak punya wewenang paling tidak mengecam dan mengkritik via berbagai media. Selanjutnya biar Tuhan yg akan menyempurnakan usaha kita."

Civil society berushaha dengan cara damai non violence, pejabat pemerintah bekerja dan bertindak sesuai konstitusi, selanjutnya Tuhan yang akan menyempurnakan usaha kita. Gempa Cilacap 7,1 SR yang terjadi Senin dini hari mungkin peringatan atau tanda bahwa Tuhan tidak diam. Semoga kita peka terhadap tanda-tanda jaman.

Pada jaman Musa Tuhan menjatuhkan Tulah dan hukuman pada bangsa Mesir. Menurut opini pribadi saya tulah itu dijatuhkan karena dua hal: (1) Bangsa Mesir durhaka terhadap kebaikan Tuhan (2) Bangsa mesir menindas dan menghalangi kebebasan orang-orang JHWH (umat Tuhan) untuk beribadah. Waktu itu Mesir melupakan kebaikan Tuhan yang membebaskan mereka dari bahaya kelaparan pada jaman Yusuf bin Yakub. Kejadian di Mesir itu menjadi bahan refleksi bagi kita semua.

Semoga kebebasan beragama di Indonesia membaik sesuai Pancasila dan tidak ada yang mendurhakai kebaikan Tuhan yang telah mengirimkan dan memberikan kepada bangsa ini orang-orang yang peduli pada kesejahteraan umum.