Selasa, 29 Juni 2010

Damarwulan, Lohgender, dan Realitas Hidup Kita

Pada jaman pemerintahan Presiden Megawati, publik dihebohkan oleh berita penggalian harta karun di Situs Batutulis Bogor. Kejadian itu memancing banyak kecaman dan komentar karena selain merusak situs bersejarah juga karena penggalian itu diperintahkan oleh pejabat negara. Penggalian itu dilakukan karena konon menurut prediksi paranormal di balik Batutulis itu terpendam harta karun yang besar jumlahnya yang bisa dipakai untuk membayar hutang negara. Setelah kecaman dan kritikan dari berbagai orang termasuk cendekiawan yang memojokkan pemerintah, kasus Batutulis itu berlalu. Kini setelah delapan tahun kasus itu terjadi, rakyat tetap saja hidup susah.

Meskipun sama-sama perempuan, lain Megawati lain pula kisah Kencanawungu perempuan Raja Majapahit dalam "Serat Damarwulan." Kencanawungu dalam kisah itu sedang menghadapi Minak Jingga di mana pasukan Majapahit kocar-kacir. Dalam mimpinya, Kencanawungu mendapat wangsit bahwa yang bisa mengalahkan Minak Jingga adalah seorang pemuda yang bernama Damarwulan. Kemudian ia memerintahkan bawahannya untuk mencari Damarwulan. Niat itu dihalang-halangi Lohgender, patih Majapahit. Lohgender berharap kedua anaknya Layang Seta dan Layang Kumitir yang akan sukses. Bahkan Lohgender menyembunyikan Damarwulan agar tidak bisa ditemukan oleh utusan Kencanawungu. Tetapi Kencanawungu tetap pada pendiriannya bahwa orang yang bernama Damarwulan seperti dalam mimpinya itu benar-benar ada. Akhir kisah, meskipun dihalang-halangi dan dibajak oleh Lohgender dan kedua anak lelakinya, Kencanawungu bisa bertemu dengan Damarwulan yang kemudian sukses mengalahkan Minak Jingga. Majapahit menjadi tenteram kembali.

Kembali pada kasus Batutulis yang pernah menghebohkan. Keyakinan bahwa di balik Batutulis ada harta karun, banyak dilecehkan orang dan cendekiawan di jaman moderen ini.
Kritikan, kecaman, atau pelecehan itu membuat keyakinan luntur.

Tulisan ini tidak bermaksud membenarkan ramalan bahwa di balik Situs Batutulis Bogor ada harta karun berlimpah yang bisa dipakai untuk membayar hutang negara. Kalau pembenaran itu saya lakukan saya khawatir bisa membuat peramalnya sombong dan lupa daratan. Akan tetapi kita tidak boleh mengabaikan nasib rakyat yang susah. Mengenai jaman keemasan di mana rakyat bisa hidup damai sejahtera itu sebenarnya sederhana sedemikian rupa sehingga rakyat yang intelektualitasnya sederhana bisa memahaminya dengan mudah. Kalau jaman keemasan menjadi kelihatan ruwet dan rumit atau tidak kunjung tiba, selain karena adanya orang-orang seperti Lohgender yang membuatnya ruwet juga karena ada orang-orang yang sebenarnya tidak jahat, kelihatannya rasional tetapi secara naif tidak sengaja tindakannya justru menguntungkan atau memunculkan orang-orang seperti Lohgender sebagai pemenangnya.

Tulisan ini saya posting, mengingat sejak masa reformasi orang-orang dari berbagai penjuru dunia baik barat atau timur datang menggurui Indonesia seolah-olah Indonesia bodoh tidak memiliki otak, tidak memiliki kearifan lokal yang bisa ditawarkan sebagai solusi atas krisis moneter waktu itu. Dua belas tahun setelah reformasi dan tiga belas tahun setelah krisis Asia, krisis juga menghantam AS dan Eropa. Kini saatnya cendekiawan, yang mungkin dahulu bertindak naif, mau terbuka terhadap kearifan lokal. Tentu kearifan lokal yang mau di-cross check dengan metode ilmiah dan para cendekiawan ikut juga melakukan cross check. Tidak seperti kasus Situs Batutulis Bogor yang terjadi tanpa cross check ilmiah.

Seperti saya tulis di atas jaman keemasan sebenarnya sangat sederhana. Kesederhanaan itu memungkinkan semua orang bisa ikut mengawasi supaya jangan diserong ke kiri atau ke kanan. Kearifan lokal mengenai jaman keemasan memberi petunjuk secara sederhana bagi semua orang termasuk rakyat yang intelektualitasnya terbatas. Petunjuk dan akurasinya memang luar biasa.

Nama satrio piningit itu secara tersandi sebagai RA Parjinah sudah muncul sejak sekitar bulan Mei 1993 (lima tahun sebelum reformasi). Kalau mau dicari sebenarnya satrio piningit itu dengan mudah bisa ditemukan karena petunjuknya akurat. Tetapi sampai 4 Juli 2002 saat saya berhasil membaca sandi RA Parjinah sebagai R. Hani Japar, tak seorang pun yang menemukan saya sebagai R. Hani Japar. Padahal petunjuknya akurat, RA Parjinah dalam mimpi itu disebut sebagai puteri Ki Ageng Mangir-Pambayun. Sementara ramalan lain mengatakan akan adanya kemakmuran setelah Kali Progo kawin dengan Kali Opak. Pulung kesejahteraan sering digambarkan sebagai perawan/gadis juga bukan hal baru dalam kebatinan (bdk Sindhunata, Bayang-bayang Ratu Adil 1999 hlm 41). Satrio piningit akan lahir di Mataram atau tempat yang memakai nama Mataram juga sudah diramalkan orang. Bahkan "Babad Kedhiri" dengan ramalan atau sumpah Sabdopalon-nya meramalkan hal yang sama. Mengenai ramalan atau sumpah Sabdopalon saya kutipkan lagi di sini: "Tetapi ingat, bila besok ada orang yang mempunyai nama tua tidak memakai keris bersedia duduk sejajar dengan tuan (raja-pen), dialah utusan dan asuhan saya. Saya akan membuat tanah Jawa makmur" (Bambang Noorsena, 2003, Menyongsong Sang Ratu Adil hlm 64). Juga ramalan lain mengatakan:"Sang Prabu diminta menjadi saksi, bila kelak ada orang bernama tua, bersenjata ilmu, itulah yang diasuh Sabdopalon, manusia kerdil akan diajar benar dan salah" (Bambang Noorsena, 2003, Menyongsong Sang Ratu Adil hlm 326). Bukankah hanya mataram yang maknanya dikaitkan dengan ilmu pengetahuan? Saya tidak bersenjatakan keris/kekerasan tetapi ilmu pengetahuan yaitu teori ekonomi makro biososioekonomi.

Memang di antara kita ada yang tidak bisa membedakan mana wangsit yang sah atau tidak. Dalam kisah Damarwulan yang mimpi itu adalah orang lain. Kalau yang mimpi Damarwulan maka wangsit itu tidak sah karena tidak ada saksinya. Demikian juga dalam kasus saya, yang mimpi dan menyebarluaskan adanya puteri kraton bernama RA Parjinah itu adalah orang lain, kalau yang mimpi saya maka wangsit itu tidak sah karena tidak ada saksinya. Itulah sebabnya Ki Ageng Giring tidak memperoleh wahyu keprabon, karena fungsinya hanyalah saksi atas wangsit air kelapa muda. Kesaksian untuk diri sendiri tidak sah.

Tetapi mengapa kalau petunjuknya begitu akurat orang tidak menemukan saya sebagai R. Hani Japar? Banyak penyebabnya seperti ateisme praktis, paradigma kolonialistis, rasionalitas buta dan arogansi. Selain itu mungkin itu juga karena sabda ini:"Barang siapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunya; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui siapa pun, selain oleh yang menerimanya." (dikutip dari Alkitab Perjanjian Baru yaitu Kitab Wahyu, Why 2:17). Hanya saya yang menerimanya yang bisa membaca sandi itu menjadi R Hani Japar. Di balik batu tulis (bukan Situs Batutulis Bogor) memang ada "harta karun" yang berlimpah yang bisa dipakai membayar hutang negara, itulah teori ekonomi makro biososioekonomi yang saya rumuskan. Dengan metode daur ulang kekayaan pribadi itu pendapatan bagi publik (pemerintah dan masyrakat) tidak akan pernah kering. Para ilmuwan dan cendekiawan boleh meng-cross check-nya.

Peristiwa ini adalah peristiwa besar, 500 tahun orang Jawa menunggunya. Hanya saja peristiwa besar ini sering ditenggelamkan oleh "junk news" dan bad news. Media massa yang kelihatannya terhormat pun kadang ikut-ikutan menyebarluaskan "junk news." Saya berharap tidak lagi berbuat naif, kenaifan itu hanya akan memunculkan orang-orang seperti Lohgender yang tidak pro rakyat. Adalah suatu penindasan dan penyiksaan kalau sebuah rebung (tunas bambu) disuruh atau dipaksa merunduk. Biarkan tumbuh menjadi tinggi. Kalau sudah tinggi dan dikenal orang akan merunduk dengan sendirinya.

Kalau Kencanawungu sukses itu karena ia tidak mudah menyerah termasuk tidak mudah menyerah oleh aneka macam rekayasa yang dilakukan orang-orang di sekelilingya. Cendekiawan harus terbuka pada kearifan lokal, dan kearifan lokal harus mau di-cross check. Marilah kita menjadi negarawan, warga negara, dan warga masyarakat yang baik yang peduli pada kesejahteraan publik dan rakyat.

2 komentar:

  1. kasihan tulisan ini yang mengharafkan kedudukan... tidakkan kalian ketahui jika mengaku-aku harus ada dasarnya yang jelas dan akurat.... bercerminlah supaya tidak salah kaprah dan tidak pula merusak sejarah dalam legenda... pahami dahulu alamnya, baru anda dapat menikmati isinya. txc.

    BalasHapus
  2. Wong edan agawe salah kaprah lan keblinger

    BalasHapus