Selasa, 26 Oktober 2010

Dua Tahun Blog Satrio Piningit, Membangun Paradigma Ekonomi Publik Kerakyatan

Tak terasa dua tahun sudah usia blog ini. Sebuah blog yang saya pakai untuk memperkenalkan teori ekonomi makro baru yang merupakan suatu grand theory yang saya namakan biososioekonomi (bioekonomi). Tentu saja suatu teori tidak sekedar dipublikasikan, diseminarkan, kemudian didiamkan menumpuk di perpustakaan. Masih banyak ketidakpahaman, masih ada penyelewengan/pelacuran intelektual, masih ada ketidakberanian memperjuangkan biososioekomi, masih ada mafia Berkeley atau OTB (menurut istilah Kwik Kian Gie), masih ada kepura-puraan (pura-pura tidak tahu adanya grand theory baru), masih ada penenggelaman terhadap biososioekonomi, masih ada pragmatisme pejabat publik dan berbagai hambatan lain yang terjadi di tengah masyarakat dan negara. Untuk itu menurut hemat saya suatu hal yang perlu ditekankan dan ditekuni adalah "Membangun Paradigma Ekonomi Publik Kerakyatan." Membangun adalah suatu proses yang memerlukan waktu. Tidak semalam jadi. Proses ini memerlukan partisipasi banyak pihak, sementara berbagai pihak yang diharapkan berperan serta belum sepenuhnya pro aktif.

Seperti pernah saya kemukakan dalam karya tulis pengentasan kemiskinan tahun 2005, kita sebaiknya membagi ekonomi atau ilmu ekonomi berdasarkan sudut pandang kepentingannya di mana ada tiga kategori yaitu: ekonomi individu atau privat, kelompok, dan publik. Yang termasuk ekonomi individu adalah ekonomi rumah tangga atau individu, sementara yang termasuk ekonomi kelompok adalah ekonomi perusahaan, klan (dinasti), koperasi, dan negara sedangkan yang termasuk ekonomi publik adalah ekonomi global society yang berpedoman pada biososioekonomi. Memang ekonomi negara bisa menjadi ekonomi publik dalam teritori tertentu sepanjang ia tunduk pada prinsip-prinsip biososioekonomi. Dengan membagi ekonomi berdasarkan sudut pandang kepentingannya maka akan mudah didefinisikan suatu unit-unit ekonomi yang selanjutnya akan mudah pula didefinisikan apa yang termasuk pemasukan-pengeluaran kemudian juga aset-liabilitas bagi unit ekonomi tertentu itu. Hal ini penting karena pemasukan bagi unit ekonomi yang satu bisa menjadi pengeluaran bagi unit ekonomi yang lain. Demikian pula suatu aset bagi unit ekonomi yang satu bisa menjadi liabilitas bagi unit ekonomi yang lain. Dengan pendekatan seperti ini permasalahan yang ada akan mudah terlihat dengan jernih serta tidak rancu sehingga solusinya juga jelas.

Membangun paradigma ekonomi publik kerakyatan tidak lepas dari membangun paradigma biososioekonomi di tengah himpitan neoliberalisme dan fundamentalisme pasar. Hal itu tidak mudah tetapi saya meyakini bahwa paradigma biososioekonomi bisa dibangun, diwujudkan, dan diimplementasikan. Biososioekonomi adalah keniscayaan kalau kita ingin membangun paradigma ekonomi publik kerakyatan karena hanya biossioekonomi yang benar-benar ekonomi publik dan bersifat kerakyatan karena menentang pewarisan kekayaan berlimpah.

Tantangan dan hambatan memang ada. Salah satu contoh adalah keterbelengguan berbagai pihak pada peningkatan PDB dengan investasi ekonomi. Dalam hal ini patut dipahami bahwa PDB atau pertumbuhan PDB bukan ukuran suatu ekonomi publik (makro) karena PDB adalah penjumlahan pendapatan individual tahunan di suatu negara. Jumlah pendapatan individual tidak otomatis menjadi pendapatan publik seperti dijelaskan teori ekonomi makro biososioekonomi di mana yang menjadi pendapatan publik adalah pajak, derma, dan daur ulang kekayaan individu. Mengapa banyak orang terbelenggu pada upaya peningkatan PDB? Di suatu negara berkembang yang tingkat PDBnya masih rendah, peningkatan pendapatan publik akan otomatis meningkatkan PDB. Oleh karena itu fokus pada peningkatan pendapatan publik serta pengelolaannya yang baik (bukan fokus pada peningkatan PDB) otomatis akan menyelesaikan persoalan. Selain itu perlu dipahami bahwa pertumbuhan PDB nol persen atau mendekati nol persen yang berlangsung lama bukan merupakan kondisi krisis ekonomi selama aset publik sama dengan liabilitasnya. Oleh karena itu keterbelengguan berbagai pihak pada peningkatan PDB seharusnya diakhiri. Keterbelengguan pada peningkatan PDB atau yang diistilahkan sebagai pertumbuhan ekonomi ini adalah suatu contoh adanya hambatan di masyarakat. Oleh karena itu membangun paradigma ekonomi publik kerakyatan merupakan proses yang tidak sekali jadi perlu upaya terus-menerus dan ketekunan. Saya meyakini hal itu bisa diwujudkan bersama TUHAN Yang Maha Kuasa. Segala kekuasaan, kesempurnaan, dan kemulian hanya ada pada TUHAN. Kita sebaga hamba TUHAN berupaya dengan cara damai, TUHAN yang akan menyempurnakannya.

Dalam usia dua tahun, blog ini telah mulai dikenal orang, otomatis biososioekonomi juga mulai dikenal orang. Sebagai teori ilmiah, biososioekonomi tetap terbuka terhadap kritik dan perbaikan. Kepada semua pihak yang telah ikut menyebarkan teori biososioekomi dan blog ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, saya berdoa agar Anda diluputkan dari hukuman dan tulah TUHAN yang akan dijatuhkan ke bumi. Bagi yang belum berpartisipasi ditunggu partisipasinya.

1 komentar:

  1. Ass pak, saran ya...alangkah baiknya jika teori biososioekonomi ini di jabarkan dalam skema/bagan secara sistematis...jadi kita dalam memahami konsepnya tdk salah persepsi nantinya...n alangkah baiknya, bapak jabarkan juga ke kita2 ni yg mo tahu lebih jelas... how to implementasinya di tanah air tercinta ini,menurut bapak....Sebelumnya thx n wss

    BalasHapus