Minggu, 22 Maret 2009

Silang Pendapat Para Capres Tentang BLT

Dalam kondisi seperti sekarang ini BLT (bantuan langsung tunai) adalah sebuah dilema. Hal ini tercermin dalam silang pendapat atau saling lempar kritik antara "Blok M" dan "Blok S" seperti diberitakan situs berita Detik Mobile 22/03/2009/pkl09:41. Dalam berita yang berjudul "SBY Jawab Kritikan Mega Tentang BLT" itu SBY mengatakan "BLT itu membantu orang susah. Boleh tidak membantu orang susah, punya hati nggak kita terhadap rakyat miskin."

Sebelumnya Mega mengkritik BLT yang disebutnya merendahkan harga diri bangsa (Detik Mobile 22/03/2009/pkl09:41). Di dalam Kompas Mobile (22/03/2009/pkl09:53) dikatakan bahwa pernyataan Yudhoyono ini sekaligus membantah tudingan sejumlah lawan politiknya yang menilai BLT sebagai program pemerintah menyogok rakyat.

Di dalam kondisi normal tidak menjelang pemilu-pilpres, suatu cash transfer pun sering mendapat kritikan. Para pengritik biasanya hanya memandang dari sudut mikro bahwa cash transfer akan membuat penerima dana menjadi malas dan memupuk sikap ketergantungan. Padahal kalau dilihat dari tataran makro cash transfer itu akan mempertahankan daya beli rakyat agar tidak anjlok. Secara makro kalau konsumsi rakyat terjaga, produksi juga terjaga. Secara makro BLT tidak bermasalah.

Tidak banyak yang bisa disarankan kepada pemerintah dalam waktu pendek menjelang pemilu-pilpres. Yang bisa saya tulis di sini hanya seandainya. Pertama, seandainya kriteria penerima BLT bukan kemiskinan. Tidak mudah menentukan kriteria orang miskin. Apakah seseorang yang tingkat konsumsi per kapita per bulannya adalah Rp 10.000,- di atas garis kemiskinan berarti sudah terbebas dari kemiskinan? Tidak kan. Kalau seandainya kriterianya adalah usia akan lebih sederhana, usia 65 tahun ke atas misalnya. Kalau ternyata penerima cash transfer tidak tergolong miskin maka kita serahkan kepada kebijaksanaan mereka, kepada siapa dana itu akan disumbangkan. Hal ini berarti kita mendistribusikan wewenang. Rakyat tertolong dan pemerintah terhindar dari tuduhan politis.

Yang kedua, seandainya saya pemenang pilpres 2004. Saya tidak akan maju lagi dalam pilpres 2009 dan itu saya nyatakan kepada publik. Sisa waktu pemerintahan saya akan saya dedikasikan untuk rakyat. Baik BLT atau program pro rakyat yang lain tidak akan dituduh sebagai program untuk melanggengkan kekuasaan. Bahkan saya akan mengajak kerjasama pusat-pusat pengaruh dalam civil society agar bersama-sama mengatasi krisis, dengan cara meningkatkan etos sosial anggota masyarakat yang berlebihan harta, bukan untuk memperpanjang kekuasaan saya tetapi benar-benar demi rakyat. Itu kalau seandaninya pemenang pilpres 2009 adalah saya.

Sebagai blogger, di dalam blog saya ini hanya bisa berpesan kepada rakyat, ambil saja uangnya masalah pilihan itu bisa berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar