Minggu, 25 Januari 2009

Ketika Rupiah dan Dollar Bertemu di Triple Six

Belum lama saya memasang papan pemantau popularitas postingan saya. Saya tidak memeriksanya setiap hari memang. Tetapi dari beberapa kali saya lihat, tulisan saya"Peringatan dan Pesan untuk Orang Jawa" termasuk yang kurang popular, meskipun saya telah memberi label khusus sehingga mudah ditemukan. Mungkin karena tulisan spiritual tersebut berisi peringatan dan hukuman sehingga tidak semua orang nyaman membacanya. Mungkin juga karena kebiasaan atau kecenderungan kita yang mempunyai keinginan tersembunyi: kalau bisa tidak ada hukuman, kalau bisa apa saja boleh dilakukan.

Namun demikian akan popular atau tidak suatu tulisan tetap akan saya sampaikan seandainya berisi informasi yang sangat penting untuk dibagikan. Idealnya memang informasi yang penting itu menjadi popular. Dalam kondisi tertentu kalau harus memilih, tidak popular pun tidak masalah bagi saya. Tidak sedikit informasi penting tidak diketahui publik, yang mengetahuinya hanya saya dan redaksi media konvensional. Misalnya sebelum gempa Yogya-Klaten, saya memberi peringatan akan adanya hukuman Tuhan melalui gempa, air, api atau bisul. Meskipun tulisan saya dimuat pada edisi 4 Juni 2006 tetapi hal-hal yang saya anggap penting itu dihilangkan oleh redaksi. Sangatlah tidak sehat kalau suatu informasi penting hanya diketahui oleh segelintir orang.

Sebagaimana postingan saya yang lain dalam blog ini, yang diberi label spiritual maka postingan ini pun seyogyanya tidak dibaca dengan kacamata eksakta seperti membaca peringatan dari BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) atau badan pengawas kegunungapian. Tulisan ini saya postingkan karena saya pribadi_secara spiritual_ mempercayai kebenarannya. Dan peristiwa-peristiwa yang dilaporkan media massa mendukung keyakinan saya itu.

Ketika harga emas masih sekitar Rp 267.000,- per gram, saya pernah menyampaikan peringatan kepada teman-teman dan kenalan saya. Apa yang terjadi kalau harga emas mencapai Rp 292.397,66 per gram? Ini bukan sekedar hitung-hitungan matematis, bukan klenik, bukan pula takhayul.

Begini penjelasannya. Dahulu kala ada seorang raja. Tidak penting siapapun namanya. Sebut saja Mr. X. Pendapatannya per tahun adalah 666 talenta emas (1 Raj 10:14). Berapa rupiahkah pendapatannya itu? Satu talenta emas sama dengan 3.000 syikal atau kurang lebih 34 kilogram (34,2Kg). Kalau harga emas Rp 292.397,66 per gram, maka 666 talenta emas sama dengan Rp6,66 trilyun. saat ini harga emas sudah melebihi itu (Rp 300.000-an). Dan kalau Rp 10.000,- sama dengan US $ 1 maka inilah yang akan terjadi: 666 talenta emas=Rp6,66 trilyun=666 juta Dollar AS!

Dari manakah raja itu memiliki kekayaan sebesar itu? Dari korupsi? Dari berdagang? Tidak! Tetapi dari warisan. Kita tidak hidup di massa 3.000 tahun lalu tetapi di tahun 2009 Masehi, di mana saat ini kita mengetahui bahwa triple six adalah kejahatan besar di mata Tuhan. Dan triple six itu berkaitan dengan pewarisan kekayaan berlimpah, secara nominal tidak harus mencapai Rp 6,66 triliun.

Apakah Tuhan akan menjatuhkan hukuman pada saat talenta emas, rupiah, dan dollar bertemu di titik triple six itu? Tidak ada orang yang tahu. Karena hal ini menyangkut batas waktu pertobatan yang menjadi wewenang mutlak Tuhan. Kita hanya bisa berjaga-jaga.

Ada sekelompok orang yang menduduki jabatan penting pada suatu institusi yang seharusnya melarang umat mengikuti triple six. Namun tidak melarangnya secara tegas.

Kita yang tidak termasuk triple six dan tidak melakukan hal-hal yang membuat Tuhan marah seperti yang saya uraikan dalam postingan "Peringatan dan Pesan untuk Orang Jawa" bisa berdoa mohon keselamatan seperti doa Raja Daud:"Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran!" Yang dimaksud keselamatan di sini adalah keselamatan di bumi. Terhindar dari hukuman yang dijatuhkan TUHAN ke bumi sehingga kita bisa memasuki jaman keemasan dimana kita hidup dalam damai sejahtera dan dalam terang Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar