Selasa, 24 Agustus 2010

Pemerintahan Tuhan

Tidak ada hal yang sering memancing perdebatan dan tidak ada hal yang sering diperebutkan selama lebih dari 2.000 tahun selain apa yang disebut Kerajaan Sorga dengan segala variasi, penyimpangan, atau turunannya. Hanya hati yang jernih tenang dan kepala dingin yang membuat kita bisa bertemu dengan kebenaran.

Menurut kamus yang dilampirkan pada bagian belakang Alkitab terbitan LAI, Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah adalah pemerintahan Allah sebagai Raja yang hendak dilaksanakan di sorga maupun di bumi. Sementara Garry Wills dalam buku terjemahannya "What Jesus Meant, Maksud Yesus yang Sebenarnya" yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama 2007 menggunakan kata Pemerintahan Tuhan dalam setiap pembahasannya, dan itu mengganti istilah Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga yang dipakai Alkitab terbitan LAI.

Sejak awal memang ada orang-orang yang mau menyerong Kerajaan Sorga sebagaimana tercatat di dalam Injil Matius 11:12-14. Dalam Mat 11:12 dikatakan: "Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya." Mungkin karena pernah diserong, dalam sejarah selanjutnya Kerajaan Sorga pernah didorong ke langit sehingga tidak bersentuhan dengan hal-hal yang profan di bumi. Dalam Doa Syukur Agung, ritus resmi Gereja Katolik, istilah Kerajaan Sorga sering dipakai menggantikan kata sorga menandakan bahwa Kerajaan Sorga juga pernah didorong ke langit. Padahal antara sorga dan Kerajaan Sorga adalah dua hal yang berbeda.

Karena didorong ke langit, maka di kalangan Katolik hampir tidak ada awam (bukan rohaniwan) yang berani membicarakan perihal Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah. Kalau saya memberanikan diri memposting tema di atas karena suatu dorongan hati nurani saya yang tidak tega menyaksikan kesengsaraan rakyat, juga karena saya terlahir sebagai orang Jawa yang dalam perjalanan hidup saya telah menemukan diri saya sebagai orang JHWH/JAWA yang arti harafiahnya adalah umat Tuhan. Maka menemukan atau menerima "Kingdom of JHWH" atau "Kingdom of Heaven" adalah suatu proses yang tak terelakkan yang alamiah dan mengalir begitu saja. Namun agar tidak tumpang tindih dengan pihak lain, saya hanya akan fokus pada salah satu bagian dari "Kingdom of JHWH" yaitu kesejahteraan umum di bumi di mana saya pribadi meyakini bahwa di bagian itulah saya dipekerjakan Tuhan. Saya tidak dipekerjakan pada bidang kerohanian/sorgawi.

Pemerintahan Tuhan memang sering memancing orang untuk menguasainya dengan cara menyerongnya. Namun Pemerintahan Tuhan yang sebenarnya tidak bisa diserong karena tegaknya Pemerintahan Tuhan tergantung pada kuasa-Nya, tidak tergantung pada saya, pada Anda, atau pada otoritas keagamaan. Dalam hal kesejahteraan umum, pengalaman dan perjalanan hidup saya menemukan suatu kenyataan di bumi bahwa hambatan terbesar di pihak manusia akan tegaknya
Pemerintahan Tuhan adalah sikap manusia yang anti demokrasi ekonomi. Dan perjalanan rohani saya itu menemukan bahwa anti demokrasi ekonomi tak lain adalah apa yang disebut dengan istilah triple six sebagaimana saya baca dalam Alkitab Perjanjian Lama (1Raj10:14 atau kitab paralelnya 2Taw9:13). Meskipun tidak banyak di antara pelayan Firman atau otoritas keagamaan yang menjelaskan seperti itu namun saya pribadi meyakini bahwa triple six itu berkaitan dengan pewarisan kekuasaan dan atau kekayaan berlimpah pada keturunan sendiri. Sungguh suatu hal yang membahagiakan bagi saya, bahwa saya bisa melihat suatu hal yang bagi banyak orang adalah rahasia yaitu Pemerintahan Tuhan dan hambatannya yang terbesar di pihak manusia.

Sebagaimana suatu pemerintahan, hukuman atau penghancuran terhadap penyeleweng atau penghambat memang akan dilakukan. Tepat pada titik inilah yang sering menjadi kontroversi, perdebatan, penyelewengan, atau pertikaian. Inkuisisi, terorisme, kekerasan atas nama agama, atau negara agama adalah kenyataan kelam dalam sejarah umat manusia. Namun menurut hemat saya sebagaimana saya baca dalam Alkitab penghancuran atau penghukuman di bumi itu sebenarnya dilakukan oleh Tuhan dan penghuni sorga lainnya entah malaikat atau orang/santo yang sudah hidup mulia di sorga bukan dilakukan oleh kita yang masih hidup dan berjuang di bumi (bdk Wahyu 19:19-21, Wahyu 2:16 atau Wahyu 2:26-27).

Penggunaan kekerasan oleh kita yang masih hidup di bumi terhadap penghambat "Kingdom of JHWH" adalah suatu penyelewengan. Kehendak Tuhan agar kita yang masih hidup di bumi tidak menggunakan kekerasan dapat dibaca baik dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Baru. Dalam Perjanjian Lama paling tidak ada tiga perikop yang berwibawa yang perlu disebut di sini yaitu Yesaya 2:4 dan, Daniel 2:45, dan Daniel 8:25. Dalam Kitab Daniel itu jelas-jelas ditekankan "...tanpa perbuatan tangan manusia..." Dalam Daniel 8:25 dikatakan: "Tetapi tanpa perbuatan tangan manusia ia akan dihancurkan"

Dalam Perjanjian Baru pun demikian paling tidak ada dua perikop dalam Injil yang perlu saya sebut di sini yaitu kata-kata Yesus kepada Petrus saat Yesus akan ditangkap (Mat 26:52)dan Luk 12:42-46. Mengenai Lukas 12:42-46 perlu saya kutip lengkap di sini: "Jawab Tuhan: 'Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada meraka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas atas segala miliknya. Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkanya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia....' " Kesetiaan akan perjuangan tanpa kekerasan adalah syarat mutlak dalam Pemerintahan Tuhan. Mungkin yang dimaksud hamba dalam perikop itu adalah saya, Anda, hirarki Gereja Katolik, orang Yahudi/Farisi, Senopati (Danang Sutawijya) atau siapa pun (terlalu sensitif untuk disebut di sini). Siapa yang dimaksud hamba dalam perikop ini tidak terlalu penting, tetapi yang penting pada dasarnya adalah kesetiaan pada jalan damai sampai kesudahannya.

Pesan pokok yang ingin disampaikan dalam postingan ini adalah bahwa penggunaan kekerasan dalam Pemerintahan Tuhan adalah sebuah penyelewengan kalau itu dilakukan oleh kita yang masih hidup di bumi Kita bisa memperjuangkan demokrasi ekonomi dengan cara-cara damai sebagaimana saya sampaikan dalam buku saya atau melalui blog ini.

Mungkin tidak terlalu salah kalau dikatakan bahwa dalam mewujudkan Kerajaan Sorga di bumi, TUHAN berkarya sebagai Sang Maha Seniman dalam arti Kerajaan Sorga di bumi bersentuhan dengan hal-hal yang profan tetapi tidak terperosok ke dalamnya. Kerajaan Sorga bersentuhan dengan etnisitas tetapi tidak menjadi kerajaan etnis, bersentuhan dengan realitas politik pada jamannya tetapi tidak masuk ke dalam struktur politik (sebagai negara agama), bersentuhan dengan nama kerajaan di masa lalu tetapi tidak sama dengan kerajaan itu. Bagaimana sentuhan-sentuhan yang terjadi itu tidak membuat Kerajaan Sorga terperosok ke dalamnya? Bagi yang bukan seniman atau yang tidak memahami kesenimanan akan sulit memahaminya memang. Dibutuhkan sikap hening dan jiwa seni untuk memahaminya. Kedatangan Yesus yang kedua tidak akan menjadikan sebuah negara menjadi negara agama. Dalam iman Kristiani Yesus Kristus bukanlah tokoh gagal yang gagal mendirikan negara agama di masa lalu. Yesus lebih besar dari Raja Daud dan tidak sama dengan Raja Daud. Yesus datang kembali bukan sebagai Raja Israel, Raja Yerusalem, atau Raja Mataram. Yesus datang sebagai Raja Semesta Alam. Tugas saya hanya menyampaikan pesan atau peringatan akan kesejahteraan umum di bumi.

Oleh karena itu dalam bulan kemerdekaan ini selalu saya ingatkan dan tekankan bahwa NKRI sebagi negara demokrasi modern yang berdasar hukum dan Pancasila dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya adalah sesuatu yang sudah final. Kita harus menjaga apa yang telah diperjuangkan para bapa bangsa itu. Petugas dan penjaga keaamanan jangan takut dengan orang-orang yang menggunakan kekerasan dengan jubah agama. Marilah menjadi negarawan yang baik sesuai konstitusi.

Marilah menjadi anggota masyarakat yang baik yang setia pada jalan damai.

4 komentar:

  1. saya sangat tertarik sekali dengan tulisan bapak. jika berkenan, bolehkah saya dapat bertemu langsung dengan bapak. (joko/an4xjak4rta@yahoo.com)

    BalasHapus
  2. Tidak ada hal yang sering memancing perdebatan dan tidak ada hal yang sering diperebutkan selama lebih dari 2.000 tahun selain apa yang disebut Kerajaan Satria Piningit dengan segala variasi, penyimpangan, atau turunannya. Hanya hati yang jernih tenang dan kepala dingin yang membuat kita bisa bertemu dengan kebenaran Satria Piningit

    BalasHapus
  3. Tidak ada hal yang sering memancing perdebatan dan tidak ada hal yang sering diperebutkan selama lebih dari 2.000 tahun selain apa yang disebut Kerajaan Satria Piningit dengan segala variasi, penyimpangan, atau turunannya. Hanya hati yang jernih tenang dan kepala dingin yang membuat kita bisa bertemu dengan kebenaran Satria Piningit

    BalasHapus
  4. Pesan pokok yang ingin disampaikan dalam postingan ini adalah bahwa penggunaan kekerasan dalam menolak Pemerintahan Satria Piningit adalah sebuah penyelewengan kalau itu dilakukan oleh kita yang masih hidup di bumi Kita bisa memperjuangkan Pemerintahan Satria Piningit dengan cara damai sebagaimana disampaikan dalam buku saya melalui blog ini.

    BalasHapus