Kamis, 16 April 2009

Pesta Demokrasi dan Pesta Perkawinan

Pemilu legislatif sebagai bagian dari pesta demokrasi telah dilaksanakan pada tanggal 9 April lalu dengan meninggalkan beberapa persoalan serta hasil yang kurang menggembirakan bagi kalangan yang anti neoliberalisme. Pemilu 9 April itu merupakan pelaksanaan Pemilu yang terburuk sepanjang sejarah reformasi karena banyaknya golput, baik golput aktif yang sengaja tidak memilih maupun golput karena tidak terdaftar pada DPT.

Bagi mereka yang anti neoliberalisme, pemilu legislatif yang dimenangi (berdasarkan quick count) partai-partai neoliberal ini adalah suatu pertanda bahwa kehidupan rakyat tidak akan banyak berubah menjadi lebih baik dalam lima tahun ke dapan kecuali mereka_yang terpilih dan memerintah karena kemenangannya dalam pemilu (maupun pilpres nanti)_mau mengubah paradigma neoliberalistiknya.

Pemilu adalah salah satu cara konstitusional manusiawi non kekerasan yang bisa diupayakan raktyat untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Meskipun bukan satu-satunya cara, tetapi tetap harus diapresiasi dengan keikutsertaan kita secara aktif sebagaimana saya juga ikut berpartisipasi. Namun di luar Pemilu tentu perlu diketahui suatu pandangan holistic (menyeluruh) mengenai kesejahteraan umum di mana Tuhan Semesta Alam telah merencanakan-Nya untuk seluruh umat manusia di bumi.

Sinkronisasi dengan rencana Tuhan bukan berarti menjejalkan hukum agama (manapun) ke dalam hukum positif negara. Saya termasuk orang yang tidak sependapat dengan suatu pandangan bahwa jaman keemasan akan terjadi dengan mengubah Pancasila dengan hukum agama (manapun). Jaman keemasan itu disediakan pada umat manusia di seluruh bumi bukan hanya untuk bangsa Indonesia.

Kondisi jaman keemasan itu bisa diibaratkan sebagai sebuah pesta perkawinan, di mana akan disediakan hidangan yang bergemuk dan bersumsum dan Tuhan megoyakkan kain perkabungan bagi semua bangsa. Pesta ini adalah pesta besar bagi orang-orang di seluruh bumi. Bagaimanakah pesta besar ini dibiayai? Tuhan Sang Mempelai Laki-laki pasti tahu bagaimana pesta besar ini dibiayai. Kalau Mempelai Laki-laki tidak nampak (tidak nampak bukan berarti tidak berkuasa), mempelai perempuan tahu bagaimana pesta besar ini harus dibiayai. Dalam budaya manapun dan pada jaman apapun sahabat mempelai laki-laki tidak tahu bagaimana pesta besar ini harus dibiayai.

Patut direnungkan kata-kata Samuel sebelum mengurapi Daud menggantikan Raja Saul, kita tidak akan duduk makan sebelum ia (Daud) datang kemari (1 Samuel 16:11). Bagaimana mungkin suatu pesta besar bisa terlaksana tanpa keterlibatan mempelai perempuan yang mengetahui pembiayaan pesta ini?

Dalam pesta perkawinan itu Mempelai Laki-laki memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk mengundang semua orang, maka atas perintah-Nya itu saya megnundang semua orang sebagaimana saya tulis dalam postingan terdahulu:"Peringatan dan Pesan untuk Orang Jawa: Terhindar Kutukan Memasuki Jaman Keemasan". Begitulah jaman keemasan itu bisa diumpamakan sebagai pesta perkawinan.

Dalam suasana Paskah ini, saya mengucapkan Selamat Paskah (bagi yang merayakan). Kalau Anda mengenal Mempelai Laki-laki pastikan Anda hadir dalam pesta perkawinan akbar ini. Paskah artinya Tuhan lewat dan kita terluput dari hukuman (bdk Keluaran 12:13). Di luar pesta perkawinan ini adalah neraka dunia.

Dan bagi Anda semua, Anda semua diundang untuk menghadiri pesta perkawinan akbar ini. God Bless You all.

1 komentar: